Kamis, 22 Oktober 2015

POLA TANAM CABAI MERAH. Oleh Darwin Rauf, S.ST



POLA TANAM CABAI MERAH


PENDAHULUAN

Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki umur panen yang cukup pendek, permintaan pasarnya pun cukup tinggi karena merupakan kebutuhan dapur sehari-hari. Nilai ekonomis sayuran bukan hanya dari hasil panen dalam bentuk segar saja, tetapi berbagai produk pasca panen sayuran yang telah diolah juga memiliki nilai ekonomis tinggi karena sayuran menjadi lebih tahan lama, tidak mudah rusak, dan tidak cepat busuk (Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto, 2012).
Cabai sebagai komoditas sayuran mempunyai prospek pemasaran yang cerah. Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan di bidang industri pengolahan pangan juga akan berperan terhadap besarnya serapan pasar cabai. Selain itu dengan meningkatnya kemajuan di bidang transportasi juga akan lebih menunjang dalam proses pemasarannya (Tim Bina Karya Tani, 2008). Tanaman tersebut memiliki manfaat dan kegunaan yang tidak dapat digantikan oleh komoditas pertanian lainnya. Karakteristiknya yang tidak tahan lama dan selalu dikonsumsi segar membuatnya harus tersedia setiap saat, itulah yang menjadi penyebab setiap saat permintaan dan kebutuhan cabai selalu tinggi (Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan, 2013).
Pengembangan tanaman sayuran (cabai merah) sebagai salah satu komoditas pertanian yang potensial pada akhirnya harus bermuara pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan petani. 

PEMBAHASAN

Pola Tanam Cabai Merah
Pola tanam merupakan salah satu cara petani dalam efisiensi penggunaan lahan dan untuk menata ulang kalender penanaman. Di daerah tropis seperti Indonesia biasanya pola tanam disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, salah satunya adalah dengan pergiliran tanaman atau rotasi tanaman. Rotasi tanaman merupakan penanaman tanaman yang berbeda-beda secara bergilir pada sebidang tanah dan pada kurun waktu tertentu kembali lagi pada tanaman pertama.
Budidaya cabai merah ditanam pada bulan Desember hingga Juli. Setelah cabai merah selesai dipanen lahan diistirahatkan (bera) untuk beberapa saat sebelum penanaman tomat dilakukan. Hal ini berguna untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit pada tanaman cabai merah sebelum dilakukan penanaman tanaman tomat. Pada usahatani dengan sistem pola tanam, pengolahan lahan yang terdiri dari pencangkulan, pembuatan bedengan, pemupukan dasar, dan pemasangan mulsa hanya dilakukan satu kali yaitu sebelum penanaman tanaman pertama (cabai merah). Berdasarkan sistem kalender, cabai merah ditanam pada pertengahan musim hujan. Hal ini mengakibatkan penyiraman pada tanaman cabai merah tidak dilakukan karena mengandalkan dari air hujan. Pada saat musim kemarau pun penyiraman pada tanaman cabai merah masih bergantung pada hujan.

Teknis Budidaya Cabai Merah

Benih yang digunakan adalah benih cabai merah varietas hibrid Gada. Keunggulan varietas Gada diantaranya adalah produktivitas tinggi yaitu 1 kg/tanaman (Muhamad Syukur, Rahmi Yunianti dan Rahmansyah Dermawan, 2013).
Lahan seluas 0,5 hektar membutuhkan benih sebanyak 7.500 benih, tetapi biasanya petani menyemaikan sebanyak 8.000 benih. Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam larutan fungisida. Perendaman benih bertujuan untuk menghindari serangan hama atau penyakit dan untuk mempercepat perkecambahan. Benih disemai satu persatu pada bumbungan daun pisang.
Langkah awal dari pengolahan lahan adalah pembabadan atau pembersihan lahan. Selanjutnya lahan dicangkul dan pembuatan bedengan. Bedengan yang dibuat berukuran panjang 12 meter, lebar 120 cm dan tinggi 30 cm serta jarak antar bedengan 50 cm.
Bedengan yang telah selesai dibuat, kemudian diberikan pupuk dasar berupa pupuk kandang dan pupuk buatan. Lahan seluas 0,5 ha digunakan pupuk kandang sebanyak 12,5 ton, pupuk NPK sebanyak 400 kg dan ZA sebanyak 100 kg. Pada pemupukan dasar juga diberikan insektisida granula yang berfungsi untuk melindungi tanah dari hama yang bersarang di dalam tanah. Pupuk kandang, pupuk buatan dan insektisida granula dicampur dan ditutup kembali oleh tanah dan permukaan bedengan dihaluskan agar pemasangan mulsa dapat dilakukan dengan baik. Mulsa yang digunakan adalah Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP).
Pemasangan mulsa dilakukan oleh dua orang dengan cara membentang dan menarik 6 antara dua sisi dengan permukaan perak di bagian atas. Pelubangan mulsa dilakukan dengan jarak 60 cm x 50 cm. Bibit cabai merah yang telah berumur 24 hari setelah semai kemudian ditanam ke dalam lubang tanam. Pada usahatani, pengolahan lahan hanya dilakukan satu kali saja yaitu sebelum penanaman bibit tanaman pertama.
Pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya tanaman cabai merah meliputi pemberian pupuk pelengkap cair, pemasangan ajir, pengikatan dan pemasangan rapia atas, perempelan serta pengendalian gulma, hama dan penyakit. Pemberian pupuk pelengkap cair dilakukan dengan cara menyemprotkan pupuk pelengkap cair pada tanaman cabai merah. Agar tanaman dapat tetap tumbuh dengan tegak maka harus dilakukan pengikatan yaitu dengan pengikatan tanaman pada ajir. Pemasangan ajir pada tanaman cabai merah dilakukan pada 2 minggu setelah tanam, selain itu juga dilakukan pemasangan rapia secara horizontal sepanjang bedengan pada ajir bagian atas agar ajir dapat berdiri dengan tegak dan tidak mudah roboh.
Pengendalian hama dan penyakit merupakan tahap yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya cabai merah. Sebelum melakukan pengendalian, harus diketahui terlebih dahulu penyebab utama timbulnya gangguan pada tanaman. Hama yang sering dijumpai oleh responden dalam budidaya cabai merah adalah ulat daun, ulat tanah dan lalat buah, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman cabai merah adalah busuk buah, busuk daun dan bercak daun. Frekuensi penyemprotan yang dilakukan oleh responden adalah setiap 5 hari sekali.
Cabai merah yang telah dipanen kemudian disortir berdasarkan keseragaman warna dan pemisahan buah yang baik dengan buah yang cacat atau rusak, kemudian cabai merah dikemas dengan menggunakan karung untuk dipasarkan.




HAMA TANAMAN CABAI MERAH

PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annuum L) merupakan tanaman hortikultura yang cukup penting di Indonesia karena merupakan salah satu jenis sayuran buah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. (Har yantini, dan Muji Santoso 2001). Buah cabai terdapat hampir di setiap rumah dinegara-negara tropis yang dikonsumsi dalam keadaan segar maupun kering. ( Sarker,. dan Fazlur, 2003).
Kebutuhan cabai merah dari tahun-ketahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk (Haryantini,. dan Muji 2001) dan berkembangnya berbagai industri makanan yang membutuhkan bahan baku cabai (Sumarni,. dan Rini Rosliani 2001).

PEMBAHASAN
Hama Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Hama ini menyerang tanaman cabai muda saat malam hari. Serangannya dilakukan pada awal penanaman cabe ketika baru pidah tanam, Pada siang harinya, hama bersembunyi di dalam tanah. Gangsir membuat liang di dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Hama gangsir merusak tanaman cabai muda dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya. Upaya pengendalian : Taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran pada lubang tanam sebanyak 1 gram.

Hama Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Hama ulat tanah menyerang tanaman cabai muda saat malam hari, ketika siang harinya ia akan bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Hama ulat tanah menyerang tanaman cabai dengan cara memotongnya, terutama pada batang cabai muda. Upaya pengendalia Taburkan insektisida berbahan aktif karbofuran pada lubang tanam sebanyak 1 gram, atau pemberian umpan beracun, yaitu dedak yang diberi insektisida berbahan aktif metomil, kemudian diberikan pada lubang tanam ketika sore hari. Pemberian umpan beracun cukup efektif untuk mengendalikan Agrotis ipsilon.

Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabai secara bergerombol. Daun cabai yang terserang berlubang dan meranggas. Pada serangan parah, daun tanaman cabai hanya tinggal epidermisnya saja. Hama ulat grayak disebut juga dengan nama ulat tentara. Seperti halnya jenis hama ulat lain, hama ini menyerang tanaman cabai saat malam hari, sedang siang harinya beresembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Hama ulat grayak bersifat polifag. Upaya pengendalian : Penyemprotan pestisida insektisida berbahan aktif deltametrin, dimehipo, kartophidroklorida, klorpirifos, metomil, profenofos, atau sipermetrin. Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Ulat Buah (Helicoverpa sp)
Hama ulat buah yang menyerang tanaman cabai berasal dari spesies Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah cabai muda maupun tua dengan cara membuat lubang dan memakannya. Hama ulat Helicoverpa sp bersifat polifag. Upaya pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif profenofos, metomil, klorpirifos, sipermetrin, kartophidroklorida, deltametrin, atau dimehipo. Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Thrips (Thrips parvispinus)
Thrips merupakan hama utama tanaman cabai. Serangannya ditandai adanya bercak keperak-perakanan di balik daun cabai. Daun tanaman cabai muda lebih disenangi hama ini, serangannya dengan cara menghisap cairan daun, akhirnya menyebabkan tanaman cabai menjadi keriting dan kerdil. Hama thrips berkembangbiak secara partenogenesis (tak kawin) sehingga populasinya berkembang sangat cepat. Selain bersifat polifag, hama thrips juga merupakan serangga vektor penular berbagai macam virus tanaman. Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif abamektin, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir, lamdasihalotrin, sipermetrin, atau tiametoksam. Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Kutu Daun
Hama kutu daun pada tanaman cabai berasal dari spesies Myzus persiceae. Hama ini mengisap cairan tanaman cabai terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut. Serangan parah menyebabkan daun tanaman cabai mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman cabai menjadi kerdil. Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dengan penyemprotan pestisida insektisida bahan aktif abamektin, asetamiprid, imidakloprid, klorfenapir, lamdasihalotrin, sipermetrin, atau tiametoksam. Dosis : Lihat di kemasan.

Hama Tungau (Polyphagotarsonemus lotus) dan (Tetranychus cinnabarinus)
Hama tungau yang menyerang tanaman cabe ada dua jenis, yaitu tungau merah (Tetranychus cinnabarinus) dan tungau kuning (Polyphagotarsonemus lotus). Sama seperti halnya hama thrips, hama tungau juga menyerang dengan cara menghisap cairan daun, bahkan hama ini senang bersembunyi pada daun cabe bagian bawah. Daun tanaman cabai akhirnya berubah menjadi kecoklatan dan terpelintir. Jika daun dibalik, maka tampak diselimuti benang halus kemerahan atau kekuningan. Upaya pengendalian : Pengendalian hama tungau dengan penyemprotan pestisida akarisida bahan aktif abamektin, amitraz, dikofol, fenpropatrin, klofentezin, piridaben, propargit, atau tetradifon. Dosis : Lihat di kemasan


Hama lalat buah yang menyerang cabe adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah cabai dengan cara menyuntikkan telurnya, setelah menetas, telur-telur ini berubah menjadi larva yang memakan buah cabai, akhirnya buah cabai membusuk dan berjatuhan. Upaya pengendalian : Pengendalian hama ini dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : masukkan metil eugenol ke dalam botol. Ikat dengan posisi horisontal botol aqua pada bambu, atau gunakan buah-buahan seperti nangka, timun yang aromanya disenangi lalat buah, campur dengan insektisida bahan aktif metomil. Atau semprot tanaman cabe menggunakan pestisida insektisida berbahan aktif deltametrin, dimehipo, kartophidroklorida, klorpirifos, metomil, profenofos, atau sipermetrin. Penyemprotan efektif dilakukan ketika pagi hari saat masih banyak embun sehingga sayap lalat masih basah tidak memungkinkan untuk terbang lepas. Dosis : Lihat di kemasan.



PENYAKIT TANAMAN CABAI


PENDAHULUAN

Cabai merupakan salah satu jenis sayuran penting yang dibudidayakan secara komersial di negara-negara tropis. Tercatat berbagai spesies cabai yang telah didomestikasi, namun hanya Capsicum annuum L. dan C. frutescens L.yang memiliki potensi ekonomis (Sulandari, 2004). Penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam budidaya cabai. Beberapa macam virus telah dilaporkan dapat menyerang berbagai kultivar cabai di Indonesia (Duriatet al., 1995; Suryaningsih dkk., 1996), empat virus penting di antaranya yaitu cucumber mosaic virus (CMV), chilli veinal mottle virus (ChiVMV), potato virus Y(PVY) dan tobaco mosaic virus(TMV) dapat menginduksi gejala mosaik (Nurdin, 1998), tiga diantaranya ditemukan berasosiasi dengan penyakit mosaik yaitu TMV, CMV dan Chi VMV.Penyakit mosaik menjadi penting karena kerugian yang ditimbulkannya cukup besar.

PEMBAHASAN

Penyakit Rebah semai
Penyakit rebah semai menyerang tanaman cabai disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum dan Rhizoctonia Solani. Serangannya biasanya dilakukan di fase pembibitan dan tanaman cabai muda setelah pindah tanam. Cendawan ini tergolong patogen tular tanah. Serangan penyakit rebah semai banyak terjadi ketika suhu rendah serta tanah masam. Serangan penyakit rebah semai di persemaian bisa mengakibatkan bibit tidak berkecambah atau tanaman cabai tiba-tiba rebah. Pada pangkal batang terdapat infeksi cendawan berwarna cokelat hitam kebasah-basahan.
Upaya pengendalian : Penyemprotan pestisida fungisida sistemik berbahan aktif asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, propamokarb hidroklorida, atau simoksanil, dan fungisida kontak berbahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram atau ziram.
Dosis : ½ dari dosis terendah di kemasan.

Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp)
Serangan penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan budidaya cabe. Penyakit layu bakteri banyak ditemukan di areal budidaya cabai dataran rendah. Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun cabai muda. Bila batang, cabang atau pangkal batang tanaman cabai dibelah maka akan terlihat berkas pembuluh pengangkut berwarna cokelat tua dan membusuk. Umumnya sulit membedakan antara penyakit layu bakteri dan layu fusarium. Cara untuk membedakan sebagai berikut, ambil air jernih, potong secara melintang bagian tanaman cabai terserang, masukkan potongan tersebut ke dalam air. Tunggu beberapa menit, bila dari potongan tersebut keluar cairan berwarna putih, menyerupai asap, dapat dipastikan tanaman cabai terserang penyakit layu bakteri.
Upaya pengendalian : Pengendalian penyakit Pseudomonas sp. diantaranya meningkatkan pH tanah, penggiliran tanaman, memusnahkan tanaman cabai terserang, saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai, serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif asam oksolinik, kasugamisin, oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, atau validamisin. Sebagai pencegahan, saat persiapan lahan berikan trichoderma dan lanjutkan pengocoran pestisida organik (misal wonderfat, super glio) saat tanaman cabe berumur 25, 40 dan 70 hst. Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Busuk Phytophtora (Phytopthora infestans)
Cendawan ini berasal dari spesies Phytopthora infestans. Serangan penyakit phytophtora dapat dijumpai pada seluruh bagian tanaman cabai, dan menimbulkan layu jika terjadi serangan akut. Serangan penyakit busuk phytophtora pada batang cabai ditandai adanya bercak kebasah-basahan berwarna coklat kehitaman, sedangkan serangan pada bagian daunnya terlihat seperti tersiram air panas. Buah cabai terserang ditandai adanya bercak coklat kehitaman, kebasah-basahan serta lunak. Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, metalaksil, propamokarb hidrokloroda, atau simoksanil, dan fungisida kontak, bahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram, atau ziram. Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Busuk kuncup
Serangan penyakit busuk kuncup diakibatkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum. Penyakit ini menyerang bunga, tangkai bunga, pucuk dan ranting tanaman cabai. Ranting cabai terserang penyakit busuk kuncup ini akan berwarna coklat kehitaman, cepat menyebar sehingga mematikan ujung tanaman cabai, sedangkan bagian tanaman lainnya masih tegar. Upaya pengendalian : Secara kimiawi semprotkan fungisida sistemik, contoh bahan aktifnya seperti asam fosfit, dimetomorf, kasugamisin, metalaksil, propamokarb hidrokloroda, atau simoksanil, dan fungisida kontak bahan aktif mankozeb, propineb, tembaga, tiram, atau ziram. Dosis : Lihat di kemasan.

Penyakit Bercak Bakteri (Xanthomonas campestris)
Penyakit ini menyerang daun, buah dan batang tanaman cabai. Penyakit bercak bakteri dikenal juga dengan sebutan Bacterial spot. Serangan pada daun tanaman cabai terdapat bercak kecil kebasah-basahan kemudian menjadi nekrotis kecoklatan di bagian tengahnya. Serangan parah akan mengakibatkan daun tanaman cabai gugur. Serangan penyakit bercak bakteri pada buah cabai terdapat bercak putih dikelilingi warna cokelat kehitaman. Pengendalian penyakit Xanthomonas campestris secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga atau bakterisida golongan antibiotik. Dosis : Lihat di kemasan.

Penyebab kegagalan pada budidaya cabe disebabkan oleh virus jenis TMV, TRV, CTV, CMV, TEV, TRSV dan PVY. Serangan penyakit ini parah biasanya terjadi di musim kemarau, dan hingga kini sebetulnya belum ada penangkalnya. Serangan penyakit virus ditularkan oleh vektor (penular), bisa melalui serangga ataupun manusia. Gejala serangan penyakit ditandai daun cabai mengeriting, tanaman cabai menjadi kerdil, timbul bercak berwarna kuning kebasah-basahan pada daun. Upaya penanganan : Beberapa cara penangan penyakit virus adalah dengan mengendalikan serangga vektor, sanitasi lingkungan, mencabut dan memusnahkan tanaman cabai terserang, sterilisasi alat-alat pertanian, serta tidak ceroboh saat melakukan penangan terhadap tanaman, terutama saat perempelan daun dan buah cabe.


PENGAMBILAN KEPUTUSAN PHT


PENDAHULUAN

Pengambilan Keputusan dalam Pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu bertujuan meminimalisasi serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, tanaman, dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok (termasuk biologi, genetis, mekanis, fisik, dan kimia) dengan cara seharmoni mungkin, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Dengan demikian, biaya perlindungan tanaman dapat di kurangi, terlebih lagi apabila pengendalian OPT menggunakan pestisida hayati, sehingga dampak negatif terhadap produk hortikultura dari residu pestisida dan pencemaran lingkungan hampir tidak ada. Implementasi PHT di Indonesia secara nasional di mulai sejak di keluarkannya Inpres No. 6 tahun 1986, kemudian di ikuti dengan Undang-undang No. 12 tahun 1992.

PEMBAHASAN

Beberapa langkah atau taktik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT, usahatani non sintetik bisa dilaksanakan, antara lain sebagai berikut :

a. Budidaya tanaman ;
·         Pengolahan tanah yang baik,
·         Penggunaan pupuk kandang,
·         melakukan pemulsaan,
·         mengatur pengairan,
·         mengaturjarak tanam,
·         menanamsecara tumpang sari (bertanam ganda),
·         melakukan rotasi tanaman,
·         menanam tanaman perangkap/penarik,
·         menanam tanaman naungan,
·         menggunakan benih yang sehat dan bersih dari kontaminasi OPT.

b.Fisik/mekanis  ;
·         menghasilkan sumber infeksi (dicabut/dipetik),
·         menggunakan peralatan yang bersih,
·         memasang perangkap mekanis,
pembakaran sumber infeksi,
·         menggunakan alat penimbul suara-suara (menolak hama).

c.Biologis
·         introduksi atau pelestarian musuh alami,
·         penggunaan/eksploitasi benih tahan hama dan penyakit,

d.Kimiawi ;
·         penggunaan pestisida dari
tumbuhan/nabati,
·         penggunaan pestisida kimia
sintesa/buatan,
e Pasca panen ;
·         melakukan penyimpanan/penanganan
pasca panen yang tepat
Contoh-contoh penerapan PHT pada tanaman hortikultura khususnya pada tanaman sayuran dapat dijelaskan berikut ini.
Pengelolaan ekosistem dengan cara budidaya Pengelolaan ekosistem yang baik akan membuat pertanaman hortikultura memiliki “ketahanan lingkungan”. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tanaman tidak sesuai dengan siklus perkembangan OPT, iklim mikro atau kurang sesuai secara nutrisi, dan populasi musuh alami meningkat serta lebih beragam.
·         Tumpangsari tomat – kubis dapat menolak ngengat betina Plutella xylostella (L.)
meletakkan telur pada tanaman kubis.
·         Penggunaan mulsa plastik hitam – perak pada pertanaman cabai dapat mengurangi serangan hama Trips parvispinus Karny dan kutu daun persik (Myzus persicae Sulzer).
·         Menjaga kebersihan kebun (sanitasi)
·         Penanaman “Rape” (Brassica campestris ssp. oleifera) sebagai tanaman pinggiran yang dapat berfungsi sebagai perangkap hama .

1.    Pengendalian hayati
Beberapa cara pengendalian hayati yang dapat dilakukan yaitu ;
·      Pemanfaatan musuh alami setempat dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung semakin berfungsinya musuh-musuh alami .
·      Pemasukan, peningkatan populasi musuh alami secara buatan dan perbanyakan musuh musuh alami hama.

2.    Pengendalian secara mekanik
 Beberapa cara pengendalian mekanik yang dapat diterapkan yaitu :
·  Pengumpulan telur, larva, dan pupa dengan tangan.
·  Pengumpulan telur ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)
·  Pengumpulan telur dan larva S. exigua dan S. litura.
-          Pengurungan atau penggunaan kasa nylon plastik.
-          Pemasangan kelambu mencegah masuk lalat pengorok daun L. chinensis dan S. exigua pada bawang merah
-          Pemasangan kasa plastik pada rumah kaca mencegah masuk hama trips spp, kutu kebul.

3.    Pemantauan populasi hama (OPT)
         Pemantauan atau pengamatan OPT secara rutin (mingguan) perlu dilakukan untuk mengetahui posisi populasi hama terhadap Ambang Pengendalian (Ambang Ekonomi) hama. Bila populasi hama mencapai/melampaui Ambang Pengendaliannya, perlu dilakukan aplikasi pestisida nabati. Contoh Ambang Pengendalian (AP) dengan pestisida kimia (bahan patokan untuk kimia nabati) adalah:
·      AP hama P. xylostella adalah 5 larva instar III / IV per 10 tanaman kubis (0,5 larva /
tanaman).
·      AP C. binotalis adalah 3 paket telur per 10 tanaman kubis (0,3 paket telur / tanaman).
·      AP P. operculella adalah 20 larva per 10 tanaman kentang (0,2 larva / tanaman).
·      AP hama S. exigua adalah 1 paket telur per 10 tanaman (rumpun) bawang merah.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar