Kamis, 22 Oktober 2015

SEMINAR HASIL KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR PROGRAM D IV STUDI PENYULUHAN PERTANIAN Oleh, Darwin Rauf, S.ST


SEMINAR HASIL KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR
PROGRAM D IV STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR 2015

Pemberdayaan Petani dalam Penerapan PHT Cabai Merah
(Capsicum annuum L.) di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan,
Provinsi Maluku Utara *)


Oleh: Darwin Rauf **)
dibawah bimbingan:
Dr. Ir. Soesilo Wibowo. MS (Pembimbing I)
Nawangwulan W. SP. M.Si (Pembimbing II)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang No.12/1992 tentang sistem budidaya tanaman,pengendalian OPT dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Kunci keberhasilan pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman hortikultura adalah pelaksanaan sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien.
Di dunia internasional, Indonesia terkenal sebagai negara berkembang pertama yang telah berhasil menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ditingkat petani sehingga sekarang telah dijadikan model bagi negara-negara lain dalam menerapkan dan mengembangkan PHT sesuai dengan kondisi pertanaman, ekosistem, dan sistem sosial ekonomi masyarakat (Untung, 2008).
Pada saat ini cabai merah telah ditetapkan sebagai komoditas utama hortikultura yang mengalami fluktuasi harga paling tinggi diIndonesia. Cabai merah juga merupakan kebutuhan sehari hari di dalam konsumsi rumah tangga  sehingga perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk pemberdayaan petani dalam penerapan teknologi PHT agar produksi cabai merah dapat meningkat.  Pentingnya upaya pemberdayaan petani menyebabkan dalam kegiatan Penugasan akhir, Penulis mengambil judul “Pemberdayaan Petani dalam Penerapan PHT Cabai merah (Capsicum annuum L) di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidoren Kepulauan, Provinsi Maluku Utara” agar dapat membantu petani dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga diharapkan usaha budidaya cabai merah dapat berkembang secara baik dan petani dapat berdaya.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang muncul di lapangan adalah masih ditemukan musuh alami yang mati di lahan petani, hal ini sebagai akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan yang mendorong berkembangnya jenis hama yang resisten.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka beberapa pertanyaan penelitiannya adalah:
1.    Sejauhmana tingkat penerapan teknologi PHT oleh petani cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara ?
2.    Apakah terdapat hubungan antara pemberdayaan Petani dengan tingkat penerapan teknologi PHT cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara ?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah:
1.    Mengetahui tingkat penerapan teknologi PHT oleh petani cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
2.    Mengetahui hubungan antara pemberdayaan petani dengan tingkat penerapan teknologi PHT pada tanaman cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari Karya Ilmiah Penugasan Akhir ini adalah :
1.    Sebagai sumbangan pemikiran bagi instansi terkait dalam melaksanakan pembinaan kelompok tani.
2.    Sebagai masukan bagi para penyuluh pertanian dalam menetapkan strategi untuk penerapan PHT cabai merah agar usaha budidaya cabai merah dapat berkembang secara baik dan petani dapat berdaya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pemberdayaan Petani
  Menurut Mardikanto (2008), pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan penyuluhan pembangunan, yaitu untuk mengembangkan masyarakat (petani) menjadi sumberdaya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya  secara mandiri, tidak tergantung pada “belas kasih” pihak lain.
Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu ;
1.      Pembangunan kelembagaan (institutional building) dalam rangka menciptakan iklim yang kondusif secara internal dan eksternal sehingga tercipta akses dan peluang bagi masyarakat . 
2.      Pembangunan organisasi masyarakat untuk menggalang potensi kelompok masyarakat dan memberikan wadah kerjasama secara internal maupun eksternal sehingga menjadi satu kesatuan visi dan misi dalam pembangunan.
3.      Pembangunan sumberdaya manusia sendiri baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat.
Penyuluhan Pertanian
Menurut Rodjak (2006), petani sebagai unsur usahatani memegang peranan yang penting dalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat tumbuh dengan baik, ia berperan sebagai pengelola usahatani. Petani sebagai pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk kesejahteraan hidup keluarganya.
Cabai merah (Capsicum annuum L.)
Ada dua spesies cabai merah yang terkenal yaitu cabai merah besar atau cabai merah dan cabai merah kecil atau cabai merah rawit. Cabai merah yang termasuk ke dalam cabai merah besar atau cabai merah adalah paprika. (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Beberapa hama yang sering menyerang tanaman cabai merah yaitu:
a.    Ulat Grayak (Spodoptera litura)
b.    Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
c.    Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
d.    Trips (Thrips sp)
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah  yaitu:
a.    Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
b.    Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
c.    Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum (E.F) Sm)
d.    Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici schlecht)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman (2007), ada empat prinsip yang digunakan dalam PHT yaitu:
1.    Budidaya tanaman sehat
2.    Pelestarian musuh alami
3.    Pengamatan secara teratur
4.    Petani sebagai ahli PHT
.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan Penugasan Akhir dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret 2015 sampai dengan 30 April 2015 yang bertempat di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Sasaran
Sasaran kegiatan Penugasan Akhir adalah anggota kelompoktani yang sudah mengikuti  SL-PHT cabai merah di BP3K Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dalam pengkajian ini adalah petani cabai merah yang berada di Kecamatan Tidore Utara. Petani tersebut tergabung dalam kelompoktani yang sudah melaksanakan kegiatan SL-PHT sebanyak 9 kelompok tani  yaitu Poktan Garakinyinga 2 orang anggota, Fomakati 2 orang anggota, Borero 7 orang anggota, Fosarimalah 4 orang anggota, Marimoi 1 orang anggota di Kelurahan Fobaharu., dan Poktan Jaya Lestari 1 orang anggota , Prima Jaya 1 orang anggota, Rakomoi 7 orang anggota, Duka Saya 5 orang anggota dari Kelurahan Jaya sehinga jumlah total populasi 30 orang. Oleh karena sasaran utama yang dijadikan sebagai sampel adalah petani yang sudah mengikuti kegiatan SL-PHT Cabai Merah yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam kajian, maka penentuan sampel yang digunakan yaitu teknik sensus dengan mengambil semua populasi untuk dijadikan sebagai sampel sehingga diperoleh jumlah sampel tetap 30 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada kegiatan Penugasan Akhir ini menggunakan metode survei sebagai berikut:
1.      Wawancara berstruktur. Wawancara berstruktur merupakan suatu teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kajian ini. Bentuknya berupa pertanyaan kepada responden secara langsung.
2.      Memberikan kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara tertutup.
3.      Observasi. Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap objek penelitian.
Sumber Data
Sumber data yang diperoleh untuk kegiatan Penugasan Akhir adalah sebagai berikut:
1.      Data berasal dari data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh dari  petani melalui pengisian kuesioner dan wawancara dengan jumlah responden sebanyak 30 orang petani.
2.      Data sekunder adalah data yang berasal dari Kantor Kecamatan Tidore Utara, BP3K/BP4K Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan lembaga / instansi lainnya.
Instrumen
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam kajian ini adalah berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan indikator masing-masing variabel.
Validitas (kesahihan) suatu alat ukur adalah kebenaran suatu alat ukur untuk mengukur suatu hal yang ingin diukur oleh peneliti atau pengkaji. Untuk membuktikan instrumen yang digunakan dalam kajian ini sudah tepat sehingga hasil pengukurannya dapat dipercaya, maka dilakukan uji validitas. Untuk menguji validitas (kesahihan) jumlah pertanyaan pada instrumen/kuesioner sebanyak 40 pertanyaan dengan junlah responden sebanyak 10 orang diluar sampel yang dilaksanakan di lokasi KIPA pada tanggal 10 maret 2015. Hasil uji validitas dari 20 pertanyaan variabel (Y) penerapan PHT diperoleh hasil valid 13 pertanyaan yang mendapatkan bintang (**) dan 7 pertanyaan mendapatkan bintang (*), sedangkan variabel (X) pemberdayaan petani dari 20 pertanyaan diperoleh hasil valid 14 pertanyaan mendapatkan bintang (**) dan 6 pertanyaan mendapatkan bintang (*) maka secara keseluruhan 40 pertanyaan dinyatakan relatif valid.
Untuk menguji reliabilitas instrumen yang digunakan pada pengkajian ini menggunakan metode alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS Versi 21,0 Apabila uji reliabilitas dengan alpha Cronbach menunjukkan nilai korelasi (r) ≥ 0,61, maka uji instrumen dapat dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas pada instrumen/kuesioner diperoleh nilai Cronbac’s Alpha sebesar 0,854 yang berarti reliabel.
Analisis dan Interpretasi Data
 Analisis dan Interpretasi data yang digunakan pada kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan hasil banyak data dari variabel penerapan teknologi PHT dan pemberdayaan seperti:
Penerapan Teknologi PHT dan Pemberdayaan Petani
Setiap parameter dalam variabel penerapan teknologi PHT dan pemberdayaan petani  diukur dengan menggunakan skala Likert yang dimodifikasi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu:
§  Skor 1 bila Penerapan Teknologinya tidak sesuai/ Pemberdayaannya tidak baik
§  Skor 2 bila Penerapan Teknologinya kurang sesuai/ Pemberdayaannya kurang baik
§  Skor 3 bila Penerapan Teknologinya sesuai/ Pemberdayaannya baik
§  Skor 4 bila Penerapan Teknologinya sangat sesuai/ Pemberdayaannya sangat baik
 Semua nilai yang diperoleh dari semua pertanyaan kemudian dihitung rata-ratanya. Nilai rata-rata tersebut kemudian dimasukan kedalam 3 (tiga) kategori penerapan tinggi, sedang, dan rendah dengan selang menurut rumus:
                         Nilai Maksimum – Nilai Minimum                         4 - 1                            
      Selang  =                                                                      =                        =  1
                                            Kategori                                              3

Kategori:
§  1 – 2      = Penerapan teknologin PHT rendah/  Pemberdayaan rendah
§  2,01 – 3 = Penerapan teknologi PHT sedang/ Pemberdayaan sedang
§    >3        = Penerapan teknologi PHT tinggi/ Pemberdayaan  tinggi
Kemudian dilakukan analisis  korelasi Kendall Tau (Ϭ) antara pemberdayaan (X) dengan Penerapan Teknologi PHT (y) dengan menggunakan rumus Kendall Tau (Ϭ)  menurut Siegel, (1956 ) yaitu:
Di mana:
Ϭ    = nilai koefisien Kendall Tau
S    = Pembilang yang berasal dari jumlah nilai secara keseluruhan
n   = Jumlah sampel
1 dan 2 = konstanta (nilai tetap)
 Perangkat yang digunakan untuk mengolah data tersebut menggunakan SPSS Verssion 21,0 SPSS (Statistical Product and Service Solution).
 Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan hubungan antara Pemberdayaan (X) dengan Penerapan teknologi PHT (Y). Secara sederhana dapat diterangkan berdasarkan tabel nilai Koefisien Korelasi dari Guilford Emperical Rulesi.
Tabel 1.  Tingkat Keeratan Hubungan Variabel (X) dan Variabel (Y)
Nilai Korelasi
Keterangan
 0,00 – 0,20
 0,20 − < 0,40
 0,40 − < 0,70
 0,70 − < 0,90
 0,90 − < 1,00
Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
Hubungan rendah
Hubungan sedang atau cukup
Hubungan kuat atau tinggi
Hubungan sangat kuat atau tinggi
Sumber:  Abdurraman dan Muhidin, Tahun 2007.     
Analisis Kendall Tau (Ϭ) dilakukan pengkajian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Pemberdayaan dengan Penerapan Teknologi PHT. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan sampel petani sebanyak 30 orang dengan menggunakan kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah
Kecamatan Tidore Utara dipilih secara sengaja untuk dijadikan lokasi kajian dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Tidore Utara merupakan salah satu kecamatan di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara yang telah mengikuti program SL-PHT Cabai Merah. Kecamatan Tidore Utara terletak di sebelah utara Kota Tidore Kepulauan yang berbatasan dengan :
§  Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku
§  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tidore Timur
§  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tidore Selatan
§  Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Ternate
Luas wilayah Kecamatan Tidore Utara 43.960 km2 terdiri dari 4 (empat) Desa dan 10 (sepuluh) Kelurahan. Empat Desa terletak disalah satu pulau yaitu pulau Maitara, Desa ini dikategori sebagai Desa perikanan yang mana 95 % aktivitas masyarakatnya adalah nelayan, sedangkan sepuluh Kelurahan ada yang terletak di daerah pegunungan dan di pesisir pantai.
Keadaan topografi wilayah Kecamatan Tidore Utara umumnya adalah dataran rendah dengan kemiringan 2 - 5 % dengan ketinggian tempat berkisar 50 - 100 meter di atas permukaan laut,  pH tanah 4,5 – 6,5. Jenis tanah regosol yang memiliki tekstur tanah bervariasi yaitu memiliki permukaan tanah yang bergelombang yang terbentuk dari abu vulkanik dan pasir pantai, rata-rata curah hujan per Tahun 157 mm, dengan suhu rata-rata  30 oC, beriklim tropis musim kemarau terjadi pada bulan Desember sampai Maret, musim hujan terjadi pada bulan Mei sampai Oktober dan musim pancaroba terjadi pada bulan April sampai Desember.
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Kecamatan Tidore Utara bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Tidore Utara luas lahan pertanian 156,4 ha diantaranya adalah 54.00 ha untuk komoditi ubi kayu, luas lahan 43.00 ha untuk komoditas jagung, luas lahan 30.90 ha untuk komoditas cabai merah dan disusul luas lahan 28.50 ha untuk komoditas tomat.
Kecamatan Tidore Utara sampai dengan bulan Desember 2014 memilki Jumlah penduduk sebanyak 16.131 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki 8.079 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 8.052 jiwa Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.921 KK. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani, nelayan. Pedagang, PNS, TNI/POLRI, Supir angkutan dan buruh tani yang terdiri dari petani 1.275 orang, nelayan 758 orang,  pedagang 287 orang, PNS. 631 orang, TNI/POLRI 72 orang, dan buruh tani 28 orang. Jarak dari pusat pemerintahan Kota Tidore Kepulauan 16 km, jarak dari pusat pemerintahan Provinsi  ± 85 km. Salah satu kelembagaan petani, peternak dan nelayan adalah kelompok tani, kelembagaan tersebut sangat penting untuk menunjang dalam kegiatan usaha taninya.
Berdasarkan data kelompok tani sampai dengan Desember 2014, Jumlah kelompok tani di Kecamatan Tidore Utara sebanyak 54 kelompok terdiri dari kelompok tani dewasa (KTD), dimana dari 54 kelompok tani yang ada di Kecamatan Tidore Utara sebanya 3 kelompok tani berada pada kelas lanjut, 51 kelompok tani termasuk kelas pemula. Jumlah gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Kecamatan Tidore Utara sebanyak 12 gapoktan, yang tersebar di 12 Kelurahan yang ada di Kecamatan Tidore Utara. Kelembagaan penunjang yang ada di Kecamatan Tidore Utara diantaranya adalah Bank BRI 1 unit, KUD 1 unit.
 Hasil pengambilan data di lokasi pengkajian di Kelurahan Fobaharu bahwa pada umumnya masyarakat Kelurahan Fobaharu lebih banyak memanfaatkan tanah pertanian untuk penanaman komoditi tanaman Hortikultura, palawija, buah-buahan dan perkebunan hal ini dilihat secara visual dan hasil pendataan di pelaku utama.
Kegiatan budidaya tanaman hortikultura sudah ada sebagian masyarakat menggunakan pupuk dan ada juga tergantung pada alam sedangkan pada tanaman perkebunan belum tersentuh dengan teknologi pertanian. Pada umumnya masyarakat berkeinginan untuk menggunakan teknologi pertanian akan tetapi masalah modal untuk pengadaan pupuk dan sarana pendukung kegiatan pertanian lainnya.
Hasil pengambilan data dilokasi pengkajian di Kelurahan Jaya bahwa pada umumnya masyarakat di Kelurahan Jaya lebih banyak memanfaatkan tanah pertanian untuk penanaman komoditi tanaman Hortikultura, palawija, buah-buahan dan perkebunan hal ini dilihat secara visual dan hasil pendataan di pelaku utama.
Kegiatan budidaya tanaman hortikultura sudah ada sebagian masyarakat menggunakan pupuk dan ada juga tergantung pada alam sedangkan pada tanaman perkebunan belum tersentuh dengan teknologi pertanian. Pada umumnya masyarakat berkeinginan untuk menggunakan teknologi pertanian akan tetapi masalah modal untuk pengadaan pupuk dan sarana pendukung kegiatan pertanian lainnya.
Karakteristik Responden
Responden dalam kegiatan kajian ini  ditentukan secara sensus Responden yang diambil sebanyak 30 orang yang berasal dari Petani cabai yang tergabung dalam kelompok tani yang sudah melaksanakan kegiatan SL-PHT Cabai Merah. Karakteristik responden  yang dapat digali dari kajian ini terdiri dari: umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman usahatani, jumlah tenaga kerja keluarga, diluar keluarga, pemilikan sprayer.

Umur Responden
Berdasarkan umur bahwa dari 30 responden sebagian besar petani berusia antara 51 - 60 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 50 %, bila dilihat dari usia sebagian besar petani relatif masih memiliki kemampuan fisik yang cukup baik dalam menunjang kegiatan usahataninya.
Pendidikan Responden
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pendidikan formal  petani sebagian besar rendah 90% yaitu tamat SD
Luas Lahan
Dari data hasil kajian secara umum luas lahan cabai merah yang dikelola oleh petani termasuk kategori sempit yaitu 0,5 ha (100%). Lahan yang dikelola oleh petani tersebut, terdiri dari lahan kebun dengan komoditas utama yang diusahakan oleh petani adalah cabai merah.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani berdasarkan data kajian berkisar antara 2 Tahun  sampai dengan 5 Tahun.  Petani yang memiliki pengalaman berusahatani cabai merah 2 sampai 3 tahun sebanyak 27 sorang responden atau (90%), sedangkan petani yang memiliki pengalaman berusahatani cabai merah 4 sampai 5 th sebanyak 3 orang responden atau (10%).

Tenaga Kerja Keluarga
Data hasil kajian berdasarkan tenaga kerja keluarga menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tenaga kerja keluarga yaitu 1 – 2 orang atau (76,7%) sedang yang memiliki 3 - 4 orang tenaga kerja keluarga (23,3%). Hal ini berhubungan dengan rasa memiliki terhadap usahatani cabai merah, sehingga inisiatif selalu datang dari tenaga kerja keluarga dan juga para petani dalam memelihara seperti penyediaan sarana produksi secara bersama-sama, dan kegiatan pengolahan lahan yang saling membantu.
Tenaga Kerja di Luar Keluarga
Tenaga kerja di luar keluarga menunjukkan bahwa petani tidak memiliki tenaga kerja di luar keluarga atau (0%) hal ini disebabkan karena lahan usahatani cabai yang di olah tidak terlalu luas, sehingga para petani dalam mengolah lahannya tidak menggunakan tenaga kerja di luar keluarga.
Sarana Produksi/Sprayer
Kepemilikan sarana produksi/sprayer  menunjukkan sebagian besar petani rata-rata memiliki satu unit sprayer 29 reponden atau (96,7%) dalam kondisi baik, sedangkan petani yang memiliki sprayer dalam kondisi rusak satu unit sprayer 1 responden atau (3,3%).
Tingkat Penerapan Teknologi PHT Cabai Merah
Kategori untuk penerapan teknologi PHT cabai merah dalam kajian adalah sebagai berikut :
§ 1 – 2      = Penerapan teknologi  PHT rendah
§ 2,01 – 3 = Penerapan teknologi PHT sedang
§ >3          = Penerapan teknologi PHT tinggi
Distribusi responden berdasarkan pendapatnya terhadap penerapan teknologi PHT Cabai merah yaitu: (1) Budidaya Tanaman Sehat (2) Pelestarian Musuh Alami, (3) Pengamatan Berkala, (4) Petani Ahli   disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.   Distribusi   Responden Hasil Kajian Tingkat Penerapan PHT
No
Indikator Kajian
Nilai  Rata-Rata
Kategori
1
Budidaya Tanaman Sehat :
2,88
Sedang
2
Pelestarian Musuh Alami :
2,7
Sedang
3
Pengamatan Berkala :
3,38
Tinggi
4
Petani Ahli :
2,65
Sedang

Jumlah
11,61


Rerata
2,90
Sedang
Sumber ; Data Primer Hasil Olahan Tahun 2015
Berdasarkan hasil kajian jawaban 30 orang responden pada penerapan teknologi PHT indikator budidaya tanaman sehat  diperoleh nilai rata-rata 2,88 yang termasuk kategori penerapan  PHT sedang, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT yaitu pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan berimbang dan pola tanam. Dalam tahapan penerapan PHT yaitu Pelestarian musuh alami, dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 2,7 masuk dalam kategori sedang, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT yaitu menentukan musuh alami dan membatasi penggunaan pestisida. Dalam tahapan penerapan PHT yaitu Pengamatan Berkala dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 3,38  masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT yaitu  pengamatan tanaman, pengamatan hama, pengamatan musuh alami dan pengamatan penyakit. Dalam tahapan penerapan PHT yaitu Petani ahli PHT, dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 2,65  masuk dalam kategori sedang hal ini meliputi Manajer PHT dan Pengambilan keputusan. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan teknologi PHT dalam meningkatkan produksi cabai merah termasuk kategori sedang karena nilai reratanya 2,90. Artinya bahwa penerapan teknologi PHT sudah termasuk baik.
           Tingkat penerapan PHT terendah indikator budidaya tanaman sehat yaitu pada pola tanam dengan nilai rata-rata 2,6, indikator pelestarian musuh alami yaitu pada  membatasi penggunaan pestisida dengan nilai rata-rata 2,47, indikator pengamatan berkala yaitu pada hama dengan nilai rata rata 2,67, dan penyakit dengan nilai rata-rata 2,7, sedangkan indikator petani ahli yaitu pada pengambilan keputiusan dengan nilai rata-rata 2,63.

Tingkat Pemberdayaan Petani Cabai Merah
Kategori untuk pemberdayaan petani cabai merah dalam kajian adalah sebagai berikut :
§ 1 – 2      = Pemberdayaan rendah
§ 2,01 – 3 = Pemberdayaan  sedang
§ >3          = Pemberdayaan tinggi
Distribusi responden berdasarkan pendapatnya terhadap pemberdayaan petani Cabai merah yaitu: (1) Kelembagaan (2) Organisasi (3) SDM disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.   Distribusi   Responden   Hasil   Kajian   tentang  Pemberdayaan
No
Indikator Kajian
Nilai Rata-Rata
Kategori
1
Kelembagaan
3,1
Tinggi
2
Organisasi
3,2
Tinggi
3
SDM
3,1
Tinggi

Jumlah
9,4


Rerata
3,13
Tinggi
Sumber ; Data Primer Hasil Olahan Tahun 2015
Berdasarkan hasil kajian jawaban 30 orang responden pada pemberdayaan prtani indikator kelembagaan  diperoleh nilai rata-rata 3,1 yang termasuk kategori pemberdayaan tinggi, hal ini meliputi tahapan kelembagaan yaitu manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam tahapan pemberdayaan yaitu Organisasi, dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 3,2 masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi tahapan organisasi yaitu pimpinan, anggota dan program kerja. Dalam tahapan pemberdayaan yaitu SDM dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 3,1  masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi tahapan SDM yaitu  proses pendidikan/pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja/karyawan. Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberdayaan petani dalam penerapan PHT cabai merah termasuk kategori tinggi karena nilai reratanya 3,13. Artinya bahwa pemberdayaan petani sudah termasuk baik.
Kajian Tentang Hubungan antara Pemberdayaan Petani
 dengan Penerapan PHT Cabai Merah
 Data yang diperoleh dalam kajian ini digunakan untuk untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Pemberdayaan petani dengan Penerapan Teknologi PHT. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan sampel petani sebanyak 30 orang dengan menggunakan kuesioner.
Uji statistik yang digunakan adalah korelasi antara variabel pemberdayaan petani dengan variabel penerapan teknologi PHT cabai merah, dengan menggunakan rumus Kendall Tau (Ϭ). Hasil analisis antara pemberdayaan petani  dan penerapan teknologi PHT , disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan antara Pemberdayaan Petani dengan Penerapan PHT Cabai Merah (Capsicum annuum. L)
Correlations

(X) Pemberdayaan Petani
(Y) Penerapan PHT
Kendall's tau_b
(X) Pemberdayaan Petani
Correlation Coefficient
1,000
,407**
Sig. (2-tailed)
.
,003
N
30
30
(Y) Penerapan PHT
Correlation Coefficient
,407**
1,000
Sig. (2-tailed)
,003
.
N
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis korelasi data pada Tabel 4, terdapat hubungan sangat nyata (sangat  significant (**), antara pemberdayaan petani dengan penerapan PHT cabai merah dengan nilai sebesar 0,407 dengan kriteria sedang. Kriteria kekuatan hubungannya berdasarkan pada tabel kriteria besaran koefisien korelasi menurut Abdurraman dan Muhidin (2007). Besarnya pengaruh pelaksanaan pemberdayaan petani terhadap penerapan PHT cabai merah dipengaruhi diantaranya adalah Kelembagaan dalam aspek manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, petani melaksanakan dengan baik, demikian juga  organisasi dalam aspek pimpinan atau ketua sangat baik dalam segi pengawasan terhadap kinerja anggota, perogram kerja anggota, sehingga kesadaran anggota kelompok dalam meningkatkan mutu dan jumlah produknya sangat kuat kemudian didukung oleh SDM petani yang aktif dalam proses pendidikan atau pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah seperti SL-PHT, sehingga petani sedikit memiliki ilmu tentang penerapan PHT cabai merah.
PELAKSANAAN PENYULUHAN
Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan pelaksanaan penyuluhan dalam pelaksanaan KIPA merupakan upaya tindak lanjut dari kegiatan kajian dengan tujuan agar petani lebih memahami tentang materi yang disampaikan dalam kegiatan PHT. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada petani cabai merah yang sudah mengikuti kegiatan SL-PHT cabai merah yang masuk dalam kelompok tani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, Prima Jaya sebanyak 1 orang , Rakomoi 7 orang, Duka Saya sebanyak 5 orang, Garakinyinga sebanyak 2 orang, Borero sebanyak 7 orang, Fomakati sebanyak 2 orang, Fosarimalaha sebanyak 4 orang, Marimoi sebanyak 1 orang. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan di kelompoktani tersebut terdapat di dua Kelurahan yaitu Kelurahan Fobaharu dan Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara, yang terdiri dari; Lima kelompoktani di Kelurahan Fobaharu dan empat kelompoktani di Kelurahan Jaya.
Dari hasil analisis diketahui bahwa Nilai terendah pada penerapan teknologi PHT dari indikator budidaya tanaman sehat yaitu pada pola tanam dengan nilai rata-rata 2,6 dan pelestarian musuh alami yaitu  membatasi penggunaan pestisida dengan nilai rata-rata 2,47 dan pengamatan berkala pada hama dengan nilai rata-rata 2,67, dan penyakit 2,7 petani ahli pada pengambilan keputusan dengan nilai rata-rata 2,63. Dari nilai terendah tersebut maka dilakukan kegiatan penyuluhan dengan materi penyuluhan yang telah disesuaikan.
Kegiatan penyuluhan dalam pelaksanaan KIPA dilaksanakan di dua Kelurahan yang ada di Kecamatan Tidore Utara disajikan pada Tabel 5
Tabel 5, Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO
Tanggal
Kelurahan dan
Kelompoktani
Metode
Materi
1.
14-04-2015
FOBAHARU :
§ Garakinyinga
§ Borero
§ Fomakati
§ Fosarimalaha
§ Marimoi
§ Ceramah
§ Diskusi
§ Pola Tanam
§ Membatasi penggunaan Pestisida

2.
17-04-2015
Jaya :
§ Jaya Lestari
§ Prima Jaya
§ Rakomoi
§ Duka Saya
§ Ceramah
§ Diskusi
§ Pola Tanam
§ Membatasi Penggunaan Pestisida
3.
19-04-2015
FOBAHARU :
§ Garakinyinga
§ Borero
§ Fomakati
§ Fosarimalaha
§ Marimoi
§ Ceramah
§ Diskusi
§ Hama dan Penyakit
§ Pengambilan Keputusan
4.
20-04-2015
JAYA :
§ Jaya Lestari
§ Prima Jaya
§ Rakomoi
§ Duka Saya
§ Ceramah
§ Disk usi
§ Hama dan Penyakit
§ Pengambilan Keputusan
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015, peserta dari petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Borero sebanyak 5 orang, dari kelompoktani Fomakati sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari kelompoktani Marimoi sebanyak 1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan sebanyak 14 orang yang terdiri dari 2 orang Ketua kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan 11 orang anggota, dari 16 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidakhadiran 2 orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan karena kesehatannya terganggu (sakit). Peserta dalam kegiatan penyuluhan pertanian ini adalah petani cabai merah di Kelurahan Jaya dari kelompoktani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Prima Jaya sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Rakomoi sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Duka Saya sebanyak 2 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan di Kelurahan Jaya pada tanggal 17 April 2015 sebanyak 5 orang yang terdiri dari 2 orang ketua kelompoktani, 1 orang Ketua Gapoktan dan 2 orang anggota, dari 14 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran  9 orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan adanya kepentingan keluarga.Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2015, peserta dari petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Borero sebanyak 7 orang, dari kelompoktani Fomakati sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari kelompoktani Marimoi sebanyak 1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan sebanyak 16 orang yang terdiri dari 3 orang Ketua kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan 12 orang anggota, dari 16 orang yang ditargetkan untuk hadir.
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 2015, peserta dari petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Borero sebanyak 5 orang, dari kelompoktani Fomakati sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari kelompoktani Marimoi sebanyak 1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan sebanyak 12 orang yang terdiri dari 2 orang Ketua kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan 9 orang anggota, dari 16 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran 4 orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan adanya kepentingan keluarga. Peserta dalam kegiatan penyuluhan pertanian ini adalah petani cabai merah di Kelurahan Jaya dari kelompoktani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Prima Jaya sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Rakomoi sebanyak 5 orang, dari kelompoktani Duka Saya sebanyak 5 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan pada tanggal 20 April 2015 sebanyak 12 orang yang terdiri dari 2 orang ketua kelompok dan 10 orang anggota, dari 14 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran 2 orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan adanya kepentingan keluarga.

Kegiatan aksi penyuluhan  yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.        Pola Tanam
2.        Membatasi Penggunaan Pestisida
3.        Hama dan Penyakit
4.        Pengambilan Keputusan
Tujuan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah:
1.        Agar petani dapat mengetahui cara-cara pola tanam cabai merah yang baik.
2.        Agar petanii dapat mengetahui manfaat membatasi penggunaan pestisida
3.        Agar Petani dapat mengetahui cara penanganan hama dan penyakit pada tanaman cabai merah
4.        Agar Petani dapat melaksanakan pengambilan keputusan dalam penerapan PHT cabai merah
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :
A.       Sasaran
Sasaran dalam kegiatan penyuluhan adalah petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu dan petani cabai merah di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan .
B.       Waktu dan Tempat
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 14, 17, 20 dan 21 April 2015. Tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan di rumah ketua kelompok tani Borero di Kelurahan Fobaharu dan rumah ketua kelompoktani Jaya Lestari di Kelurahan Jaya.
C.       Materi
Materi kegiatan yang disampaikan adalah pola tanam, membatasi penggunaan pestisida, hama penyakit dan pengambilan keputusan.
D.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :
1.    Alat tulis
2.    Folder
E.        Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah ceramah dan diskusi.
F.        Hasil
  1. Penyuluhan tentang Pola Tanam
  2. Penyuluhan tentang Membatasi Penggunaan Pestisida
  3. Penyuluhan tentang Hama Penyakit
  4. Penyuluhan tentang Pengambilan Keputusan

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
          Dari hasil analisis tentang pemberdayaan petani mengenai penerapan penerapan PHT cabai merah di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan  dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Berdasarkan hasil kajian jawaban 30 orang responden pada penerapan teknologi PHT indikator budidaya tanaman sehat  termasuk kategori penerapan teknologi PHT sedang, hal ini meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan berimbang dan pola tanam. Pelestarian musuh alami, masuk dalam kategori sedang, hal ini meliputi menentukan musuih alami dan membatasi penggunaan pestisida. Pengamatan Berkala dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi pengamatan tanaman, pengamatan hama, pengamatan musuh alami dan pengamatan penyakit. Petani ahli PHT, masuk dalam kategori sedang hal ini meliputi Manajer PHT dan Pengambilan keputusan. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan teknologi PHT dalam meningkatkan produksi cabai merah termasuk kategori sedang .
2.    Tingkat penerapan PHT terendah indikator budidaya tanaman sehat yaitu pada pola tanam , indikator pelestarian musuh alami yaitu pada  membatasi penggunaan pestisida . indikator pengamatan berkala yaitu pada hama dan penyakit , sedangkan indikator petani ahli yaitu pada pengambilan keputiusan .
3.    Pada pemberdayaan indikator kelembagaan  termasuk kategori pemberdayaan tinggi, hal ini meliputi tahapan kelembagaan yaitu manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, Organisasi, dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi pimpinan, anggota dan program kerja. SDM dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi proses pendidikan/pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja/karyawan. Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberdayaan petani dalam penerapan PHT cabai merah termasuk kategori tinggi .
4.    Hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata, (sangat  significant (**), antara pemberdayaan petani dengan penerapan PHT cabai merah dengan nilai sebesar 0,407 dengan kriteria kekuatan hubungannya sedang berdasarkan pada koefisien korelasi menurut Abdurraman dan Muhidin (2007).
Saran
          Saran yang ingin disampaikan penyusun dalam kaitannya tentang pemberdayaan petani dalam penerapan PHT cabai merah adalah sebagai berikut :
1.        Perlunya peningkatan pembinaan bagi petani agar lebih mampu dan terampil dalam penerapan PHT dalam kegiatan budidaya cabai merah.
2.        Perlu diadakannya kembali kegiatan SL-PHT di Kecamatan Tidore Utara, di karenakan masih banyak petani di wilayah binaan BP3K Kecamatan Tidore Utara  yang belum pernah mengikuti kegiatan SL-PHT cabai merah.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman dan Muhidin. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur.  Bandung:  Pustaka Setia Bandung.
Bulu, Y.G. 2010. Hubungan antara Modal Sosial dengan Modal Manusia dalam Adopsi Inovasi Jagung. Jurnal Ilmu- ilmu Pertanian. Vol 6, No. 2.
Deptan (Departemen Tanaman). 2007. Laporan Pelaksanaan Koordinasi Kelompok Kerja (POKJA) Penanggulangan Hama Lalat Buah Bali, 21-22 Mei, Availableat. http: / ditlin. hortikultura. go. Id / berita _2007 / pokja_llt_ buah. html. Diunduh pada 28 Januari 2015
Draf Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. 2005. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta
Hafsah, Moch Jafar. (2008). Pengetasan Kemiskinan melalui Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar harapan
Harpenas, A. dan darmawan R. (2010). Budidaya Cabai Merah Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Mardikanto, T. 2008 Refleksi dan Rekomendasi Implementasi Penyuluhan Pemberdayaan Pertanian Di dalam: Yustina I, Sudraajat A, penyuting. Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat. Medan : Pustaka bangsa Press.
Rachmawati, D & K. Eli. 2009. Pemanfaatan Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman. Departemen Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur hlm. 4-5.
Salim, F. 2005. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian (Materi dalam Diklat Dasar-Dasar Fungsional Penyuluh).
Setiana. L. 2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Samsudin H. 2008. Resistensi Tanaman Terhadap Serangga Hama. Jakarta.
Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Cabai merah.Bandung : Yrama Widya
Yustina. Chrismardani. 2009. Pengaruh Relationship Marketing terhadap Customer Relation Orientation dan Dampaknya pada Relationship Outcome dari Nasabah Bank Umu. Malang – Wacana Vol. 12 No. 2





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar