SEMINAR HASIL KARYA ILMIAH
PENUGASAN AKHIR
PROGRAM D IV STUDI PENYULUHAN
PERTANIAN
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN
PERTANIAN BOGOR 2015
“Pemberdayaan Petani dalam Penerapan
PHT Cabai
Merah
(Capsicum annuum L.) di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan,
Provinsi Maluku Utara *)
Oleh: Darwin Rauf **)
dibawah bimbingan:
Dr.
Ir. Soesilo Wibowo. MS
(Pembimbing I)
Nawangwulan
W. SP. M.Si (Pembimbing
II)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan
Undang-Undang No.12/1992 tentang sistem budidaya tanaman,pengendalian OPT
dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Kunci keberhasilan
pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman hortikultura adalah pelaksanaan
sistem perlindungan tanaman yang efektif dan efisien.
Di dunia
internasional, Indonesia terkenal sebagai negara berkembang pertama yang telah
berhasil menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ditingkat petani sehingga
sekarang telah dijadikan model bagi negara-negara lain dalam menerapkan dan
mengembangkan PHT sesuai dengan kondisi pertanaman, ekosistem, dan sistem
sosial ekonomi masyarakat (Untung, 2008).
Pada saat ini cabai merah telah ditetapkan sebagai
komoditas utama hortikultura yang mengalami fluktuasi harga
paling tinggi diIndonesia. Cabai merah juga merupakan kebutuhan
sehari hari di dalam konsumsi rumah tangga sehingga perlu ada perhatian serius dari
pemerintah untuk pemberdayaan petani dalam penerapan teknologi PHT agar
produksi cabai merah dapat meningkat. Pentingnya upaya
pemberdayaan petani menyebabkan dalam kegiatan Penugasan akhir, Penulis
mengambil judul “Pemberdayaan Petani dalam Penerapan PHT Cabai merah (Capsicum annuum
L) di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidoren Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara” agar dapat membantu petani dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, sehingga diharapkan usaha budidaya cabai merah dapat berkembang
secara baik dan petani dapat berdaya.
Perumusan Masalah
Permasalahan
yang muncul di lapangan adalah masih ditemukan musuh alami yang mati di lahan
petani, hal ini sebagai akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan yang
mendorong berkembangnya jenis hama yang resisten.
Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka beberapa pertanyaan penelitiannya adalah:
1.
Sejauhmana
tingkat penerapan teknologi PHT oleh petani cabai merah di Kecamatan Tidore
Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara ?
2.
Apakah
terdapat hubungan antara pemberdayaan Petani dengan tingkat penerapan teknologi
PHT cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara ?
Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai adalah:
1.
Mengetahui
tingkat penerapan teknologi PHT oleh petani cabai merah di Kecamatan Tidore
Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
2.
Mengetahui
hubungan antara pemberdayaan petani dengan tingkat penerapan teknologi PHT pada
tanaman cabai merah di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi
Maluku Utara.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari Karya Ilmiah Penugasan Akhir ini adalah :
1.
Sebagai
sumbangan pemikiran bagi instansi terkait dalam melaksanakan pembinaan kelompok
tani.
2.
Sebagai
masukan bagi para penyuluh pertanian dalam menetapkan strategi untuk penerapan
PHT cabai merah agar usaha budidaya cabai merah dapat berkembang secara baik
dan petani dapat berdaya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberdayaan Petani
Menurut
Mardikanto (2008), pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain dari tujuan
penyuluhan pembangunan, yaitu untuk mengembangkan masyarakat (petani) menjadi
sumberdaya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidupnya secara mandiri, tidak tergantung pada “belas
kasih” pihak lain.
Upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu ;
1.
Pembangunan
kelembagaan (institutional building) dalam rangka
menciptakan iklim yang kondusif secara internal dan eksternal sehingga tercipta
akses dan peluang bagi masyarakat .
2.
Pembangunan
organisasi masyarakat untuk menggalang potensi kelompok masyarakat dan
memberikan wadah kerjasama secara internal maupun eksternal sehingga menjadi
satu kesatuan visi dan misi dalam pembangunan.
3.
Pembangunan
sumberdaya manusia sendiri baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat.
Penyuluhan Pertanian
Menurut Rodjak (2006), petani sebagai unsur usahatani
memegang peranan yang penting dalam pemeliharaan tanaman atau ternak agar dapat
tumbuh dengan baik, ia berperan sebagai pengelola usahatani. Petani sebagai
pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam
memanfaatkan lahan yang dimiliki atau disewa dari petani lainnya untuk
kesejahteraan hidup keluarganya.
Cabai merah (Capsicum annuum L.)
Ada dua spesies cabai
merah yang terkenal yaitu cabai merah besar atau cabai merah dan cabai merah
kecil atau cabai merah rawit. Cabai merah yang termasuk ke dalam cabai merah
besar atau cabai merah adalah paprika. (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Beberapa hama yang sering menyerang tanaman cabai
merah yaitu:
a.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
b. Kutu Daun (Myzus persicae Sulz)
c. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
d. Trips (Thrips sp)
Penyakit
yang sering menyerang tanaman cabai merah
yaitu:
a.
Bercak Daun (Cercospora capsici heald et walf)
b.
Busuk Phytoptora (Phytoptora capsici Leonian)
c.
Layu Bakteri (Pseudomonas
solanacearum (E.F) Sm)
d.
Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp. Capsici
schlecht)
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Menurut Direktorat
Perlindungan Tanaman (2007), ada empat prinsip yang digunakan dalam PHT yaitu:
1.
Budidaya
tanaman sehat
2.
Pelestarian
musuh alami
3.
Pengamatan
secara teratur
4.
Petani sebagai
ahli PHT
.
METODE PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan
Penugasan Akhir dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret 2015 sampai dengan 30
April 2015 yang bertempat di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan,
Provinsi Maluku Utara.
Sasaran
Sasaran
kegiatan Penugasan Akhir adalah anggota kelompoktani yang sudah
mengikuti SL-PHT cabai merah di BP3K Kecamatan Tidore
Utara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.
Populasi dan
Pengambilan Sampel
Populasi dalam pengkajian
ini adalah petani cabai merah yang berada di Kecamatan Tidore Utara. Petani tersebut
tergabung dalam kelompoktani yang sudah melaksanakan kegiatan SL-PHT sebanyak 9
kelompok tani yaitu Poktan Garakinyinga 2 orang anggota, Fomakati 2 orang anggota, Borero
7 orang anggota, Fosarimalah 4 orang anggota, Marimoi 1 orang anggota di
Kelurahan Fobaharu., dan Poktan Jaya Lestari 1 orang anggota , Prima Jaya 1
orang anggota, Rakomoi 7 orang anggota, Duka Saya 5 orang anggota dari Kelurahan Jaya sehinga jumlah total
populasi 30
orang. Oleh karena sasaran utama yang dijadikan sebagai sampel adalah petani
yang sudah mengikuti kegiatan SL-PHT Cabai Merah yang dapat memberikan
informasi yang diperlukan dalam kajian, maka penentuan sampel yang digunakan yaitu teknik sensus
dengan mengambil semua populasi untuk dijadikan sebagai sampel sehingga
diperoleh jumlah sampel tetap 30 orang.
Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data pada kegiatan Penugasan Akhir ini menggunakan
metode survei sebagai berikut:
1.
Wawancara
berstruktur. Wawancara berstruktur merupakan suatu teknik wawancara yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam kajian ini. Bentuknya berupa pertanyaan
kepada responden secara langsung.
2.
Memberikan
kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara tertutup.
3.
Observasi.
Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan
terhadap objek penelitian.
Sumber Data
Sumber
data yang diperoleh untuk kegiatan Penugasan Akhir adalah
sebagai berikut:
1.
Data
berasal dari data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh dari petani melalui pengisian kuesioner dan
wawancara dengan jumlah responden sebanyak 30 orang petani.
2.
Data
sekunder adalah data yang berasal dari Kantor Kecamatan Tidore Utara, BP3K/BP4K
Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan lembaga / instansi lainnya.
Instrumen
Instrumen atau alat ukur
yang digunakan dalam kajian ini adalah berupa kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan indikator masing-masing variabel.
Validitas (kesahihan) suatu alat ukur adalah kebenaran suatu alat ukur untuk mengukur suatu hal
yang ingin diukur oleh peneliti atau pengkaji. Untuk membuktikan instrumen yang
digunakan dalam kajian ini sudah tepat sehingga hasil pengukurannya dapat
dipercaya, maka dilakukan uji validitas. Untuk menguji validitas (kesahihan) jumlah pertanyaan pada
instrumen/kuesioner sebanyak 40 pertanyaan dengan junlah responden sebanyak 10
orang diluar sampel yang dilaksanakan di lokasi KIPA pada tanggal 10 maret
2015. Hasil uji validitas dari 20 pertanyaan variabel (Y) penerapan PHT
diperoleh hasil valid 13 pertanyaan yang mendapatkan bintang (**) dan 7 pertanyaan
mendapatkan bintang (*), sedangkan variabel (X) pemberdayaan petani dari 20
pertanyaan diperoleh hasil valid 14 pertanyaan mendapatkan bintang (**) dan 6
pertanyaan mendapatkan bintang (*) maka secara keseluruhan 40 pertanyaan
dinyatakan relatif valid.
Untuk
menguji reliabilitas instrumen yang digunakan pada pengkajian ini
menggunakan metode alpha Cronbach dengan
bantuan software SPSS Versi 21,0
Apabila uji reliabilitas dengan alpha
Cronbach menunjukkan nilai korelasi (r) ≥ 0,61, maka uji instrumen dapat
dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas pada instrumen/kuesioner
diperoleh nilai Cronbac’s Alpha sebesar 0,854 yang berarti reliabel.
Analisis
dan Interpretasi Data
Analisis
dan Interpretasi data yang digunakan pada kegiatan ini dilaksanakan
berdasarkan hasil banyak data dari variabel penerapan teknologi PHT dan
pemberdayaan seperti:
Penerapan Teknologi PHT dan Pemberdayaan Petani
Setiap
parameter dalam variabel penerapan teknologi PHT dan pemberdayaan petani diukur dengan menggunakan skala Likert yang
dimodifikasi menjadi 4 (empat) tingkatan yaitu:
§ Skor 1 bila Penerapan
Teknologinya tidak sesuai/ Pemberdayaannya
tidak baik
§ Skor 2 bila Penerapan
Teknologinya kurang sesuai/ Pemberdayaannya
kurang baik
§ Skor 3 bila Penerapan
Teknologinya sesuai/ Pemberdayaannya
baik
§ Skor 4 bila Penerapan
Teknologinya sangat sesuai/ Pemberdayaannya
sangat baik
Semua nilai yang
diperoleh dari semua pertanyaan kemudian dihitung rata-ratanya. Nilai rata-rata
tersebut kemudian dimasukan kedalam 3 (tiga) kategori penerapan tinggi, sedang,
dan rendah dengan selang menurut rumus:
Nilai Maksimum – Nilai Minimum 4 - 1
Selang =
= = 1
Kategori
3
|
Kategori:
§ 1 – 2 = Penerapan teknologin PHT rendah/ Pemberdayaan rendah
§ 2,01 – 3 = Penerapan
teknologi PHT sedang/ Pemberdayaan
sedang
§ >3
= Penerapan teknologi PHT tinggi/ Pemberdayaan tinggi
Kemudian
dilakukan analisis korelasi Kendall Tau
(Ϭ) antara pemberdayaan (X) dengan Penerapan Teknologi PHT (y) dengan
menggunakan rumus Kendall Tau (Ϭ)
menurut Siegel, (1956 ) yaitu:
Di
mana:
Ϭ = nilai
koefisien Kendall Tau
S = Pembilang yang berasal dari jumlah nilai
secara keseluruhan
n = Jumlah sampel
1 dan 2 = konstanta (nilai tetap)
Perangkat yang
digunakan untuk mengolah data tersebut menggunakan SPSS Verssion 21,0
SPSS (Statistical Product and Service Solution).
Untuk dapat
mengetahui kuat lemahnya tingkat atau derajat keeratan hubungan antara
Pemberdayaan (X) dengan Penerapan teknologi PHT (Y). Secara sederhana dapat
diterangkan berdasarkan tabel nilai Koefisien Korelasi dari Guilford
Emperical Rulesi.
Tabel 1. Tingkat
Keeratan Hubungan Variabel (X) dan Variabel (Y)
Nilai Korelasi
|
Keterangan
|
0,00 – 0,20
0,20 − < 0,40
0,40 − < 0,70
0,70 − < 0,90
0,90 − < 1,00
|
Hubungan sangat lemah (diabaikan,
dianggap tidak ada)
Hubungan rendah
Hubungan sedang atau cukup
Hubungan kuat atau tinggi
Hubungan sangat kuat atau
tinggi
|
Sumber: Abdurraman dan Muhidin, Tahun 2007.
Analisis Kendall Tau (Ϭ) dilakukan pengkajian untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara Pemberdayaan dengan Penerapan Teknologi PHT.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan sampel petani sebanyak 30 orang dengan
menggunakan kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah
Kecamatan Tidore Utara dipilih secara sengaja untuk
dijadikan lokasi kajian dengan dasar pertimbangan bahwa Kecamatan Tidore Utara
merupakan salah satu kecamatan di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara
yang telah mengikuti program SL-PHT Cabai Merah. Kecamatan Tidore Utara
terletak di sebelah utara Kota Tidore Kepulauan yang berbatasan dengan :
§ Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku
§ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tidore Timur
§ Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tidore Selatan
§ Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Ternate
Luas wilayah Kecamatan Tidore Utara 43.960 km2 terdiri
dari 4 (empat) Desa dan 10 (sepuluh) Kelurahan. Empat Desa terletak disalah
satu pulau yaitu pulau Maitara, Desa ini dikategori sebagai Desa perikanan yang
mana 95 % aktivitas masyarakatnya adalah nelayan, sedangkan sepuluh Kelurahan
ada yang terletak di daerah pegunungan dan di pesisir pantai.
Keadaan topografi wilayah Kecamatan Tidore Utara umumnya
adalah dataran rendah dengan kemiringan 2 - 5 % dengan ketinggian tempat
berkisar 50 - 100 meter di atas permukaan laut,
pH tanah 4,5 – 6,5. Jenis tanah regosol yang memiliki tekstur tanah
bervariasi yaitu memiliki permukaan tanah yang bergelombang yang terbentuk dari
abu vulkanik dan pasir pantai, rata-rata curah hujan per Tahun 157 mm,
dengan suhu rata-rata 30 oC, beriklim
tropis musim kemarau terjadi pada bulan Desember sampai Maret, musim hujan
terjadi pada bulan Mei sampai Oktober dan musim pancaroba terjadi pada bulan April
sampai Desember.
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Kecamatan
Tidore Utara bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Tidore Utara luas lahan
pertanian 156,4 ha diantaranya adalah 54.00 ha untuk komoditi ubi kayu, luas
lahan 43.00 ha untuk komoditas jagung, luas lahan 30.90 ha untuk komoditas
cabai merah dan disusul luas lahan 28.50 ha untuk komoditas tomat.
Kecamatan Tidore Utara sampai dengan bulan Desember 2014
memilki Jumlah penduduk sebanyak 16.131 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki
8.079 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 8.052 jiwa Jumlah Kepala Keluarga
(KK) sebanyak 3.921 KK. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani,
nelayan. Pedagang, PNS, TNI/POLRI, Supir angkutan dan buruh tani yang terdiri
dari petani 1.275 orang, nelayan 758 orang,
pedagang 287 orang, PNS. 631 orang, TNI/POLRI 72 orang, dan buruh tani
28 orang. Jarak dari pusat pemerintahan Kota Tidore Kepulauan 16 km, jarak dari pusat pemerintahan
Provinsi ± 85 km. Salah satu kelembagaan
petani, peternak dan nelayan adalah kelompok tani, kelembagaan tersebut sangat
penting untuk menunjang dalam kegiatan usaha taninya.
Berdasarkan data kelompok tani sampai dengan Desember
2014, Jumlah kelompok tani di Kecamatan Tidore Utara sebanyak 54 kelompok
terdiri dari kelompok tani dewasa (KTD), dimana dari 54 kelompok tani yang ada
di Kecamatan Tidore Utara sebanya 3 kelompok tani berada pada kelas lanjut, 51
kelompok tani termasuk kelas pemula. Jumlah gabungan kelompok tani (Gapoktan)
di Kecamatan Tidore Utara sebanyak 12 gapoktan, yang tersebar di 12 Kelurahan
yang ada di Kecamatan Tidore Utara. Kelembagaan penunjang yang ada di Kecamatan
Tidore Utara diantaranya adalah Bank BRI 1 unit, KUD 1 unit.
Hasil pengambilan
data di lokasi pengkajian di Kelurahan Fobaharu bahwa pada umumnya masyarakat
Kelurahan Fobaharu lebih banyak memanfaatkan tanah pertanian untuk penanaman
komoditi tanaman Hortikultura, palawija, buah-buahan dan perkebunan hal ini
dilihat secara visual dan hasil pendataan di pelaku utama.
Kegiatan budidaya tanaman hortikultura sudah ada sebagian
masyarakat menggunakan pupuk dan ada juga tergantung pada alam sedangkan pada
tanaman perkebunan belum tersentuh dengan teknologi pertanian. Pada umumnya
masyarakat berkeinginan untuk menggunakan teknologi pertanian akan tetapi
masalah modal untuk pengadaan pupuk dan sarana pendukung kegiatan pertanian
lainnya.
Hasil pengambilan data dilokasi pengkajian di Kelurahan
Jaya bahwa pada umumnya masyarakat di Kelurahan Jaya lebih banyak memanfaatkan
tanah pertanian untuk penanaman komoditi tanaman Hortikultura, palawija,
buah-buahan dan perkebunan hal ini dilihat secara visual dan hasil pendataan di
pelaku utama.
Kegiatan budidaya tanaman hortikultura sudah ada sebagian
masyarakat menggunakan pupuk dan ada juga tergantung pada alam sedangkan pada
tanaman perkebunan belum tersentuh dengan teknologi pertanian. Pada umumnya
masyarakat berkeinginan untuk menggunakan teknologi pertanian akan tetapi
masalah modal untuk pengadaan pupuk dan sarana pendukung kegiatan pertanian
lainnya.
Karakteristik Responden
Responden dalam kegiatan kajian
ini ditentukan
secara sensus Responden yang
diambil sebanyak 30 orang yang berasal dari Petani cabai yang
tergabung dalam kelompok tani yang sudah melaksanakan kegiatan SL-PHT Cabai
Merah. Karakteristik
responden yang dapat digali dari kajian
ini terdiri dari: umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman usahatani, jumlah
tenaga kerja keluarga, diluar keluarga, pemilikan sprayer.
Umur Responden
Berdasarkan umur bahwa dari 30 responden sebagian besar
petani berusia antara 51 - 60 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 50 %,
bila dilihat dari usia sebagian besar petani relatif masih memiliki kemampuan
fisik yang cukup baik dalam menunjang kegiatan usahataninya.
Pendidikan Responden
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pendidikan
formal petani sebagian besar rendah 90%
yaitu tamat SD
Luas Lahan
Dari data hasil kajian secara umum luas lahan cabai merah
yang dikelola oleh petani termasuk kategori sempit yaitu 0,5 ha (100%). Lahan
yang dikelola oleh petani tersebut, terdiri dari lahan kebun dengan komoditas
utama yang diusahakan oleh petani adalah cabai merah.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani berdasarkan data kajian berkisar
antara 2 Tahun sampai dengan 5
Tahun. Petani yang memiliki pengalaman
berusahatani cabai merah 2 sampai 3 tahun sebanyak 27 sorang responden atau
(90%), sedangkan petani yang memiliki pengalaman berusahatani cabai merah 4
sampai 5 th sebanyak 3 orang responden atau (10%).
Tenaga Kerja Keluarga
Data hasil kajian berdasarkan tenaga kerja keluarga
menunjukkan bahwa sebagian besar petani memiliki tenaga kerja keluarga yaitu 1
– 2 orang atau (76,7%) sedang yang memiliki 3 - 4 orang tenaga kerja keluarga
(23,3%). Hal ini berhubungan dengan rasa memiliki terhadap usahatani cabai
merah, sehingga inisiatif selalu datang dari tenaga kerja keluarga dan juga
para petani dalam memelihara seperti penyediaan sarana produksi secara
bersama-sama, dan kegiatan pengolahan lahan yang saling membantu.
Tenaga Kerja di Luar Keluarga
Tenaga kerja di luar keluarga menunjukkan bahwa petani
tidak memiliki tenaga kerja di luar keluarga atau (0%) hal ini disebabkan karena
lahan usahatani cabai yang di olah tidak terlalu luas, sehingga para petani
dalam mengolah lahannya tidak menggunakan tenaga kerja di luar keluarga.
Sarana Produksi/Sprayer
Kepemilikan sarana produksi/sprayer menunjukkan sebagian besar petani rata-rata
memiliki satu unit sprayer 29 reponden atau (96,7%) dalam kondisi baik,
sedangkan petani yang memiliki sprayer dalam kondisi rusak satu unit sprayer 1
responden atau (3,3%).
Tingkat Penerapan Teknologi PHT Cabai Merah
Kategori untuk
penerapan teknologi PHT cabai merah dalam kajian adalah sebagai berikut :
§ 1
– 2 = Penerapan teknologi PHT rendah
§ 2,01
– 3 = Penerapan teknologi PHT sedang
§ >3 = Penerapan teknologi PHT tinggi
Distribusi responden berdasarkan pendapatnya terhadap
penerapan teknologi PHT Cabai merah yaitu: (1) Budidaya Tanaman Sehat (2)
Pelestarian Musuh Alami, (3) Pengamatan Berkala, (4) Petani Ahli disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi
Responden Hasil Kajian Tingkat Penerapan PHT
No
|
Indikator Kajian
|
Nilai Rata-Rata
|
Kategori
|
1
|
Budidaya Tanaman Sehat :
|
2,88
|
Sedang
|
2
|
Pelestarian Musuh Alami :
|
2,7
|
Sedang
|
3
|
Pengamatan Berkala :
|
3,38
|
Tinggi
|
4
|
Petani Ahli :
|
2,65
|
Sedang
|
Jumlah
|
11,61
|
||
Rerata
|
2,90
|
Sedang
|
Sumber ; Data Primer Hasil Olahan Tahun 2015
Berdasarkan hasil kajian jawaban
30
orang responden pada penerapan teknologi PHT indikator budidaya
tanaman sehat diperoleh nilai rata-rata 2,88
yang termasuk kategori penerapan PHT
sedang, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT yaitu pemilihan
benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan berimbang dan pola tanam. Dalam tahapan penerapan
PHT yaitu Pelestarian musuh alami, dari hasil kajian diperoleh nilai
rata-rata 2,7 masuk dalam kategori sedang, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT
yaitu menentukan musuh alami dan membatasi penggunaan pestisida. Dalam tahapan penerapan
PHT yaitu Pengamatan Berkala dari hasil kajian diperoleh nilai
rata-rata 3,38 masuk dalam kategori
tinggi, hal ini meliputi tahapan penerapan PHT yaitu pengamatan tanaman, pengamatan hama,
pengamatan musuh alami dan pengamatan penyakit. Dalam tahapan penerapan
PHT yaitu Petani ahli PHT, dari hasil kajian diperoleh nilai
rata-rata 2,65 masuk dalam kategori sedang hal
ini meliputi Manajer PHT dan Pengambilan keputusan. Hasil tersebut menunjukan
bahwa penerapan teknologi PHT dalam meningkatkan produksi cabai merah termasuk
kategori sedang karena nilai reratanya 2,90. Artinya bahwa penerapan teknologi
PHT sudah termasuk baik.
Tingkat penerapan
PHT terendah indikator budidaya tanaman sehat yaitu pada pola tanam dengan
nilai rata-rata 2,6, indikator pelestarian musuh alami yaitu pada membatasi penggunaan pestisida dengan nilai
rata-rata 2,47, indikator pengamatan berkala yaitu pada hama dengan nilai rata
rata 2,67, dan penyakit dengan nilai rata-rata 2,7, sedangkan indikator petani
ahli yaitu pada pengambilan keputiusan dengan nilai rata-rata 2,63.
Tingkat Pemberdayaan Petani Cabai Merah
Kategori untuk
pemberdayaan petani cabai merah dalam kajian adalah sebagai berikut :
§ 1
– 2 = Pemberdayaan rendah
§ 2,01
– 3 = Pemberdayaan sedang
§ >3 = Pemberdayaan tinggi
Distribusi responden berdasarkan pendapatnya terhadap
pemberdayaan petani Cabai merah yaitu: (1) Kelembagaan (2) Organisasi (3) SDM
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi
Responden Hasil Kajian tentang Pemberdayaan
No
|
Indikator Kajian
|
Nilai
Rata-Rata
|
Kategori
|
1
|
Kelembagaan
|
3,1
|
Tinggi
|
2
|
Organisasi
|
3,2
|
Tinggi
|
3
|
SDM
|
3,1
|
Tinggi
|
Jumlah
|
9,4
|
||
Rerata
|
3,13
|
Tinggi
|
Sumber ; Data Primer Hasil Olahan Tahun 2015
Berdasarkan hasil kajian jawaban
30
orang responden pada pemberdayaan prtani indikator kelembagaan diperoleh nilai rata-rata 3,1
yang termasuk kategori pemberdayaan tinggi, hal ini meliputi
tahapan kelembagaan yaitu manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam tahapan pemberdayaan
yaitu Organisasi, dari hasil kajian diperoleh nilai rata-rata 3,2 masuk dalam
kategori tinggi, hal ini meliputi tahapan organisasi yaitu pimpinan, anggota dan
program kerja. Dalam tahapan pemberdayaan yaitu SDM dari hasil kajian diperoleh
nilai rata-rata 3,1 masuk dalam kategori
tinggi, hal ini meliputi tahapan SDM yaitu
proses pendidikan/pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja/karyawan. Hasil
tersebut menunjukan bahwa pemberdayaan petani dalam penerapan PHT cabai merah
termasuk kategori tinggi karena nilai reratanya 3,13. Artinya bahwa
pemberdayaan petani sudah termasuk baik.
Kajian Tentang Hubungan
antara Pemberdayaan Petani
dengan Penerapan PHT Cabai Merah
Data yang
diperoleh dalam kajian ini digunakan untuk untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara Pemberdayaan petani dengan Penerapan Teknologi PHT.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan sampel petani sebanyak 30 orang dengan
menggunakan kuesioner.
Uji statistik yang
digunakan adalah korelasi antara variabel pemberdayaan petani dengan variabel
penerapan teknologi PHT cabai merah, dengan menggunakan rumus Kendall Tau (Ϭ). Hasil analisis antara pemberdayaan petani dan penerapan teknologi PHT , disajikan pada
Tabel 4
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan antara Pemberdayaan Petani dengan Penerapan PHT Cabai Merah (Capsicum annuum. L)
Correlations
|
||||
(X) Pemberdayaan Petani
|
(Y) Penerapan PHT
|
|||
Kendall's tau_b
|
(X) Pemberdayaan Petani
|
Correlation Coefficient
|
1,000
|
,407**
|
Sig. (2-tailed)
|
.
|
,003
|
||
N
|
30
|
30
|
||
(Y) Penerapan PHT
|
Correlation Coefficient
|
,407**
|
1,000
|
|
Sig. (2-tailed)
|
,003
|
.
|
||
N
|
30
|
30
|
||
**. Correlation is significant
at the 0.01 level (2-tailed).
|
Berdasarkan
hasil analisis korelasi data pada Tabel 4, terdapat hubungan sangat nyata (sangat
significant
(**), antara pemberdayaan petani
dengan penerapan PHT cabai merah dengan nilai sebesar 0,407 dengan kriteria sedang.
Kriteria kekuatan hubungannya berdasarkan pada tabel kriteria besaran koefisien
korelasi menurut Abdurraman dan Muhidin (2007). Besarnya pengaruh pelaksanaan
pemberdayaan petani terhadap penerapan PHT cabai merah dipengaruhi diantaranya
adalah Kelembagaan dalam aspek manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, petani melaksanakan dengan baik, demikian juga organisasi dalam aspek pimpinan atau ketua
sangat baik dalam segi pengawasan terhadap kinerja anggota, perogram kerja
anggota, sehingga kesadaran anggota kelompok dalam meningkatkan mutu dan jumlah
produknya sangat kuat kemudian didukung oleh SDM petani yang aktif dalam proses
pendidikan atau pelatihan yang dilaksanakan oleh pemerintah seperti SL-PHT,
sehingga petani sedikit memiliki ilmu tentang penerapan PHT cabai merah.
PELAKSANAAN
PENYULUHAN
Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Kegiatan pelaksanaan penyuluhan dalam pelaksanaan KIPA
merupakan upaya tindak lanjut dari kegiatan kajian dengan tujuan agar petani
lebih memahami tentang materi yang disampaikan dalam kegiatan PHT. Kegiatan tersebut
dilaksanakan pada petani cabai merah yang sudah mengikuti kegiatan SL-PHT cabai
merah yang masuk dalam kelompok tani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, Prima Jaya
sebanyak 1 orang , Rakomoi 7 orang, Duka Saya sebanyak 5 orang, Garakinyinga
sebanyak 2 orang, Borero sebanyak 7 orang, Fomakati sebanyak 2 orang,
Fosarimalaha sebanyak 4 orang, Marimoi sebanyak 1 orang. Pelaksanaan kegiatan
penyuluhan di kelompoktani tersebut terdapat di dua Kelurahan yaitu Kelurahan
Fobaharu dan Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara, yang terdiri dari; Lima
kelompoktani di Kelurahan Fobaharu dan empat kelompoktani di Kelurahan Jaya.
Dari hasil analisis diketahui bahwa Nilai
terendah pada penerapan teknologi PHT dari indikator budidaya tanaman sehat
yaitu pada pola tanam dengan nilai rata-rata 2,6 dan pelestarian musuh alami
yaitu membatasi penggunaan pestisida dengan
nilai rata-rata 2,47 dan pengamatan berkala pada hama dengan nilai rata-rata 2,67,
dan penyakit 2,7 petani ahli pada pengambilan keputusan dengan nilai rata-rata
2,63. Dari
nilai terendah tersebut maka dilakukan kegiatan penyuluhan dengan materi
penyuluhan yang telah disesuaikan.
Kegiatan penyuluhan dalam pelaksanaan KIPA dilaksanakan
di dua Kelurahan yang ada di Kecamatan Tidore Utara disajikan pada Tabel 5
Tabel 5,
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
NO
|
Tanggal
|
Kelurahan dan
Kelompoktani
|
Metode
|
Materi
|
1.
|
14-04-2015
|
FOBAHARU :
§ Garakinyinga
§ Borero
§ Fomakati
§ Fosarimalaha
§ Marimoi
|
§ Ceramah
§ Diskusi
|
§ Pola Tanam
§ Membatasi
penggunaan Pestisida
|
2.
|
17-04-2015
|
Jaya :
§ Jaya Lestari
§ Prima Jaya
§ Rakomoi
§ Duka Saya
|
§ Ceramah
§ Diskusi
|
§ Pola Tanam
§ Membatasi
Penggunaan Pestisida
|
3.
|
19-04-2015
|
FOBAHARU :
§ Garakinyinga
§ Borero
§ Fomakati
§ Fosarimalaha
§ Marimoi
|
§ Ceramah
§ Diskusi
|
§ Hama dan
Penyakit
§ Pengambilan
Keputusan
|
4.
|
20-04-2015
|
JAYA :
§ Jaya Lestari
§ Prima Jaya
§ Rakomoi
§ Duka Saya
|
§ Ceramah
§ Disk usi
|
§ Hama dan
Penyakit
§ Pengambilan
Keputusan
|
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada
tanggal 14 April 2015, peserta dari petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu
yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2 orang, dari kelompoktani
Borero sebanyak 5 orang, dari kelompoktani Fomakati sebanyak 2 orang, dari
kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari kelompoktani Marimoi sebanyak
1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan sebanyak 14
orang yang terdiri dari 2 orang Ketua kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan
11 orang anggota, dari 16 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidakhadiran 2
orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan karena kesehatannya terganggu
(sakit). Peserta dalam
kegiatan penyuluhan pertanian ini adalah petani cabai merah di Kelurahan Jaya
dari kelompoktani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Prima Jaya
sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Rakomoi sebanyak 1 orang, dari kelompoktani
Duka Saya sebanyak 2 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan
penyuluhan di Kelurahan Jaya pada tanggal 17 April 2015 sebanyak 5 orang yang
terdiri dari 2 orang ketua kelompoktani, 1 orang Ketua Gapoktan dan 2 orang
anggota, dari 14 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran 9 orang peserta dalam kegiatan penyuluhan
disebabkan adanya kepentingan keluarga.Kegiatan penyuluhan pertanian yang
dilaksanakan pada tanggal 19 April 2015, peserta dari petani cabai merah di
Kelurahan Fobaharu yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2
orang, dari kelompoktani Borero sebanyak 7 orang, dari kelompoktani Fomakati
sebanyak 2 orang, dari kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari
kelompoktani Marimoi sebanyak 1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada
pelaksanaan penyuluhan sebanyak 16 orang yang terdiri dari 3 orang Ketua
kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan 12 orang anggota, dari 16 orang yang
ditargetkan untuk hadir.
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pada
tanggal 19 April 2015, peserta dari petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu
yang berasal dari kelompoktani Garakinyinga sebanyak 2 orang, dari kelompoktani
Borero sebanyak 5 orang, dari kelompoktani Fomakati sebanyak 2 orang, dari
kelompoktani Fosarimalaha sebanyak 4 orang, dari kelompoktani Marimoi sebanyak
1 orang. Jumlah peserta yang hadir pada pelaksanaan penyuluhan sebanyak 12
orang yang terdiri dari 2 orang Ketua kelompoktani, 1 orang ketua Gapoktan dan
9 orang anggota, dari 16 orang yang ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran 4
orang peserta dalam kegiatan penyuluhan disebabkan adanya kepentingan keluarga.
Peserta dalam kegiatan penyuluhan pertanian ini adalah petani cabai merah di
Kelurahan Jaya dari kelompoktani Jaya Lestari sebanyak 1 orang, dari kelompoktani
Prima Jaya sebanyak 1 orang, dari kelompoktani Rakomoi sebanyak 5 orang, dari
kelompoktani Duka Saya sebanyak 5 orang. Jumlah peserta yang hadir pada
pelaksanaan penyuluhan pada tanggal 20 April 2015 sebanyak 12 orang yang
terdiri dari 2 orang ketua kelompok dan 10 orang anggota, dari 14 orang yang
ditargetkan untuk hadir. Ketidak hadiran 2 orang peserta dalam kegiatan
penyuluhan disebabkan adanya kepentingan keluarga.
Kegiatan aksi penyuluhan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Pola Tanam
2.
Membatasi Penggunaan Pestisida
3.
Hama dan Penyakit
4.
Pengambilan Keputusan
Tujuan pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah:
1.
Agar petani
dapat mengetahui cara-cara pola tanam cabai merah yang baik.
2.
Agar petanii
dapat mengetahui
manfaat membatasi penggunaan pestisida
3.
Agar Petani dapat mengetahui cara penanganan hama dan penyakit pada tanaman
cabai merah
4.
Agar Petani dapat melaksanakan pengambilan keputusan dalam penerapan PHT
cabai merah
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan adalah sebagai berikut :
A. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan penyuluhan adalah petani cabai merah di Kelurahan Fobaharu dan petani cabai merah di Kelurahan Jaya Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore
Kepulauan .
B. Waktu dan Tempat
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 14, 17, 20 dan 21 April 2015.
Tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilakukan di rumah ketua kelompok tani
Borero di Kelurahan Fobaharu dan rumah ketua kelompoktani Jaya Lestari di
Kelurahan Jaya.
C. Materi
Materi kegiatan yang disampaikan adalah pola tanam,
membatasi penggunaan pestisida, hama penyakit dan pengambilan keputusan.
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Folder
E.
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah
ceramah dan diskusi.
F.
Hasil
- Penyuluhan tentang Pola Tanam
- Penyuluhan tentang Membatasi Penggunaan Pestisida
- Penyuluhan tentang Hama Penyakit
- Penyuluhan tentang Pengambilan Keputusan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
hasil analisis tentang pemberdayaan petani mengenai penerapan
penerapan PHT cabai merah di Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan hasil kajian jawaban 30 orang responden pada penerapan
teknologi PHT indikator budidaya tanaman sehat
termasuk kategori penerapan teknologi PHT sedang, hal ini meliputi
pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan berimbang dan pola
tanam. Pelestarian musuh alami, masuk dalam kategori sedang, hal ini meliputi
menentukan musuih alami dan membatasi penggunaan pestisida. Pengamatan Berkala
dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi pengamatan
tanaman, pengamatan hama, pengamatan musuh alami dan pengamatan penyakit. Petani
ahli PHT, masuk dalam kategori sedang hal ini meliputi Manajer PHT dan
Pengambilan keputusan. Hasil tersebut menunjukan bahwa penerapan teknologi PHT
dalam meningkatkan produksi cabai merah termasuk kategori sedang .
2.
Tingkat penerapan PHT terendah indikator budidaya tanaman sehat yaitu
pada pola tanam , indikator pelestarian musuh alami yaitu pada membatasi penggunaan pestisida . indikator
pengamatan berkala yaitu pada hama dan penyakit , sedangkan indikator petani
ahli yaitu pada pengambilan keputiusan .
3.
Pada pemberdayaan indikator kelembagaan
termasuk kategori pemberdayaan tinggi, hal ini meliputi tahapan
kelembagaan yaitu manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, Organisasi,
dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi, hal ini meliputi pimpinan,
anggota dan program kerja. SDM dari hasil kajian masuk dalam kategori tinggi,
hal ini meliputi proses pendidikan/pelatihan dan pengelolaan tenaga
kerja/karyawan. Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberdayaan petani dalam
penerapan PHT cabai merah termasuk kategori tinggi .
4.
Hasil analisis korelasi
menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata, (sangat significant
(**), antara pemberdayaan petani dengan penerapan PHT cabai merah dengan
nilai sebesar 0,407 dengan kriteria kekuatan hubungannya sedang berdasarkan
pada koefisien korelasi menurut Abdurraman dan Muhidin (2007).
Saran
Saran yang ingin disampaikan penyusun dalam kaitannya
tentang pemberdayaan petani dalam penerapan PHT cabai merah adalah sebagai
berikut :
1.
Perlunya peningkatan pembinaan bagi petani agar
lebih mampu dan terampil dalam penerapan PHT dalam kegiatan budidaya cabai
merah.
2.
Perlu diadakannya kembali kegiatan SL-PHT di
Kecamatan Tidore Utara, di karenakan masih banyak petani di wilayah binaan BP3K
Kecamatan Tidore Utara yang belum pernah
mengikuti kegiatan SL-PHT cabai merah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dan Muhidin. 2007. Analisis Korelasi,
Regresi dan Jalur. Bandung: Pustaka Setia Bandung.
Bulu, Y.G. 2010. Hubungan antara Modal Sosial dengan
Modal Manusia dalam Adopsi Inovasi Jagung. Jurnal Ilmu- ilmu Pertanian. Vol
6, No. 2.
Deptan (Departemen Tanaman). 2007. Laporan Pelaksanaan
Koordinasi Kelompok Kerja (POKJA) Penanggulangan Hama Lalat Buah Bali,
21-22 Mei, Availableat. http: / ditlin. hortikultura. go. Id / berita _2007 /
pokja_llt_ buah. html. Diunduh pada 28 Januari 2015
Draf Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.
2005. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Departemen Pertanian.
Jakarta
Hafsah, Moch Jafar. (2008). Pengetasan Kemiskinan
melalui Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Pustaka Sinar harapan
Harpenas, A. dan darmawan R. (2010). Budidaya Cabai Merah
Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya
Mardikanto, T. 2008 Refleksi dan Rekomendasi
Implementasi Penyuluhan Pemberdayaan Pertanian Di dalam: Yustina I,
Sudraajat A, penyuting. Pemberdayaan Manusia Pembangunan yang Bermartabat.
Medan : Pustaka bangsa Press.
Rachmawati, D & K. Eli. 2009. Pemanfaatan
Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman.
Departemen Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur hlm. 4-5.
Salim, F. 2005. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian
(Materi dalam Diklat Dasar-Dasar Fungsional Penyuluh).
Setiana. L. 2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan
Masyarakat. Bogor : Ghalia Indonesia.
Samsudin H. 2008. Resistensi
Tanaman Terhadap Serangga Hama.
Jakarta.
Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Cabai
merah.Bandung : Yrama Widya
Yustina. Chrismardani. 2009. Pengaruh
Relationship Marketing terhadap Customer Relation Orientation dan Dampaknya
pada Relationship Outcome dari Nasabah Bank Umu. Malang – Wacana Vol. 12
No. 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar