BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA
I.
Sejarah Singkat
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan
biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar
ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika.
Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk
Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman jagung adalah
daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada
fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. Suhu yang dikehendaki antara 21 - 34 0C,
2.2. Media Tanam
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus.
Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus
dengan pH antara 5,6-7,5.
Ketinggian Tempat.
Jagung dapat
ditanam dengan
ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600 m
dplmerupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung.
III.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Pengolahan Media Tanam
Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah
tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang
akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm,
kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak.
Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran
drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20
cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada
barisan tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300
kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin
ketersediaan hara yang cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang
dibutuhkan tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara
bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100 kg/ha
dan KCl=50-100 kg/ha. Adapun cara dan dosis pemupukan untuk setiap hektar:
Pemupukan dasar:
1/3 bagian pupuk Urea dan 1 bagian pupuk TSP diberikan saat tanam, 7 cm di
parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 5 cm lalu ditutup tanah;
Susulan I: 1/3
bagian pupuk Urea ditambah 1/3 bagian pupuk KCl diberikan setelah tanaman
berumur 30 hari, 15 cm di parit kiri dan kanan lubang tanam sedalam 10 cm lalu
di tutup tanah;
Susulan II: 1/3
bagian pupuk Urea diberikan saat tanaman berumur 45 hari.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Beberapa pola tanam yang
biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
Tumpang sari (intercropping), melakukan penanaman lebih
dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti
jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi
gogo.
Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara
beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk
mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi
kayu.
Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan
cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam
waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan
kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas
beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua
tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan
penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang
tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya,
semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang
lebih luas. Jagung berumur dalam/panjang dengan waktu panen ³ 100 hari sejak
penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur
sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur pendek (panen <>
Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu
tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman.
Pemeliharaan
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan sesegera
mungkin setelah ada tanaman yang tumbuh abnormal dan berlebihan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secepat mungkin bersamaan
pemupukan dan setelah tumbuh gulma.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan
bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah.
Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah
karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6
minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan
kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga
biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah
tanaman berumur 1 bulan.
Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah
pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk
KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap
pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Pada tahap
kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 3-4
minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk diberikan
setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya,
kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya
dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman
berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan
cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan
tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila
menggunakan alat mesin pemetikan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar