EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
Oleh Darwin Rauf, S.ST
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang–undang Nomor 16 Tahun
2006 tentang Sisitem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (pasal 1
ayat 2) menyatakan, bahwa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang
selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan
pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumberdaya alam lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktifitas, efesiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraan
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan teori proses adopsi inovasi,
perubanahan perilaku masyarakat melalui
kegiatan penyuluhan biasanya memerlukan waktu yang lama dimana prosesnya alih
ilmu pengetahuan dan teknologi, petani tidak langsung menerapakan tetapi
melewati tahap–tahap adopsi yaitu tahap penumbuhan perhatian, penumbuhan minat,
penilaian, mencoba dan tahap menetapkan. Dalam proses adopsi inovasi ini
penyuluh berperan sebagai pelaksana
perubahan ( agent of cahange ).
Dalam memberdayakan petani dan
usaha kecil di pedesaan pemerintah selalu menggunakan pendekatan kelompok. Kelompoktani terdiri dari dua orang atau lebih petani yang mepunyai persepsi dan
kepentingan yang sama dalam berusahatani.
Kelompoktani mempunyai fungsi yang sangat penting dalam peningkatan
kegiatan suatu usahatani. Fungsi itu
adalah sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. Ketiga fungsi tersebut berkaitan satu sama
lain, yang diawali dengan peran kelas belajar, dimana petani dapat memperoleh
ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berkaitan dengan usahatani
mereka. Dari pembelajaran tersebut
diharapkan petani dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh baik melalui
penyuluhan, karyawisata, kursus tani, dan lainnya. Fungsi selanjutnya yaitu sebagai wahana
kerjasama, petani melalui kelompoktani diharapkan dapat melakukan kerjasama
dengan lembaga yang dapat mendukung kegiatan usahatani misalnya lembaga
permodalan, perusahan sarana pertanian, lembaga pemasaran, atau instansi
lainnya baik pihak pemerintah maupun pihak swasta. Selanjutnya sebagai unit
produksi, melalui kelompoktani diharapkan dapat menyusun rencana kegiatan
usahatani yang akan dikembangkan, dan dilaksanakan secara bersama serta dapat
mengembangkan kegiatan tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktifitas
hasil pertanian. Pemerintah dalam upaya mengembangkan kegiatan usaha tani telah
melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Program PTT Jagung
dilaksanakan antara lain melalui PTT, sehubungan dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan evaluasi kegaiatan PTT terutama pada aspek pengolahan tanah.
Penyuluhan
pertanian merupakan pendidikan nonformal atau proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dapat
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi, baik informasi pasar,
teknologi permodalan, harga pasar dalam upaya meningkatkan produktifitas,
efisiensi usaha pendapatan dan kesejahteraan dan meningkatkan kesadaran dalam
melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Untuk
memenuhi harapan tersebut maka peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
pelaku utama merupakan salah satu faktor penyebab gagalnya produktifitas
usahatani, untuk merubah pengetahuan keterampilan dan sikap pelaku utama
tersebut maka diperlukan metode yang tepat menyampaikan suatu teknologi kepada
pelaku utama. Salah satu tugas penyuluh
adalah merubah penegtahuan keterampilan dan sikap dengan menggunakan metode
penyuluhan diantaranya melalui kegiatan PTT tanaman jagung.
PTT
merupakan salah satu metode penyuluhan yang digunakan dalam upaya mengatasi
masalah serangan hama dan penyakit sekaligus menjadi alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi pelaku utama.
Masalah dan Tujuan.
Masalah
Berdasarkan penilaian terhadap tingkat penerapan
teknologi berdasarkan 5 jurus kemampuan kelompoktani dan program serta sarana
penyuluhan, makadapat dirumuskan masalah-masalah yang akan di evaluasi adalah
sebagai berikut :
1. Tingkat pemahaman
petani .
2. Tingkat pengetahuan
petani
3. Tingkat sikap petani
Tujuan
Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas, maka tujuan evaluasi di lakukan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui
tingkat pemahaman, pengetahuan dan sikap petani terhadap budidaya tanaman
jagung melalui SLPTT Jagung.
2. Untuk mengukur
tingkat keberhasilan program yang di buat sesuai dengan kebutuhan petani.
3. Untuk menilai apakah
sarsaran penyuluhan sudah sesuai dengan jenis usaha yang dikembangkan.
Manfaat Evaluasi
Evaluasi ini di
harapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis
antaralain sebagai berikut :
1. Secara teoritis
evaluasi diharapkan menjadi acuan dalam mengukur apakah program penyuluhan
dapat dilanjutkan ataukah harus dievaluasi karena tidak sesuai dengan kebutuhan
atau program pengembangan.
2. Secara praktik
evaluasi ini diharapkan dapat memberikan masukan baik terhadap penyelenggaraan
kegiatan, pelaksanaan kegiatan ditingkat lapangan maupun penyuluh agar
pelaksanaan kegiatan penyuluhan kedepan akan sesuai dengan tujuan, sasaran dan
manfaat dilaksanakannya penyuluhan.
TINJAUAN PUSTAKA
Adopsi
Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku baik pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.
Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai
benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya
dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan
dari adanya perubahan sikap,
pengetahuan, dan atau ketrampilannya (Mardikanto, 1993). Adopsi dapat diartikan
sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide, alat-alat atau teknologi baru
yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasinya
dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode maupun
peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya
(Mardikanto dan Sutarni, 1983). Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi
mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena
proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan
keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi
inovasi merupakan proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian,
banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk
sampai tahapan mereka mau menerima ide-ide tersebut diperlukan waktu yang
relatif lama. Menurut Lionberger (1960).
Langkah-langkah yang dilakukan seseorang untuk
mengadopsi suatu ide atau gagasan baru adalah sebagai berikut :
1.
Kesadaran (awareness), yaitu pengetahuan
pertama tentang ide baru, produk atau latihan.
2.
Tumbuhnya minat (Interest), yaitu aktif
mencari informasi tentang ide atau gagasan baru untuk mengetahui manfaat dan
penerapan ide atau gagasan baru tersebut.
- Evaluasi (Evaluation), yaitu
penilaian terhadap informasi dilihat dari suatu kondisi, apakah cocok
untuk diterapkan.
- Percobaan (Trial), dimana
bersifat sementara untuk mencoba gagasan atau ide baru yang diterima untuk
lebih meyakinkan.
- Penerapan
(Adoption), yaitu penggabungan secara penuh latihan kedalam operasi
atau pelaksanaan yang berkesinambungan.
Dengan adanya perbedaan dalam kecepatan
menerima sesuatu hal baru oleh petani, berakibat timbulnya suatu pembagian
golongan petani yang didasarkan atas cepat lambatnya proses adopsi dan
partisipasi petani dalam usaha penyebarlusan hal-hal baru tersebut ke dalam
lingkungannya. Dikenal lima golongan adopter, yaitu :
- Golongan perintis atau inovator
- Golongan pengetrap dini atau early
adopter.
- Golongan tokoh setempat atau
pengetrap awal atau early mayoritity.
- Golongan penganut lambat atau
golongan pengetrap akhir atau late mayority.
- Golongan penolak atau golongan kaum
kolot atau laggard. .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses adopsi menurut Slamet dalam Mardikanto dan Sutarni (1983),
meliputi :
Sifat-sifat Inovasi
1. Keuntungan relatif (relative
advantage)
Setiap ide (inovasi) baru akan dipertimbangkan mengenai seberapa jauh
keuntungan relatif yang dapat diberikan, yang diukur dengan derajat keuntungan
ekonomi, besarnya penghematan atau keamanan, atau pengaruhnya terhadap posisi
sosial yang akan diterima oleh komunikasi selaku adopter. Menurut Rogers
(1983), keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap
suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Keuntungan relatif
seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis.
2. Kompatibilitas (compatibility)
Setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala mempunyai kecocokan atau
berhubungan dengan kondisi setempat yang telah ada di masyarakat. Menurut
Rogers (1983), kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan
penerima.
3. Kompleksitas (complexity)
Inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala
cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk
dipahami dan dipergunakan oleh komunikasinya. Menurut Rogers (1983),
kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk
dimengerti dan digunakan. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami
oleh penerima tertentu, sedangkan orang lainnya tidak. Kerumitan suatu inovasi
menurut pengamatan anggota sistem sosial, berhubungan negatif dengan kecepatan
adopsinya. Ini berarti makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan
makin lambat pengadopsiannya.
4. Triabilitas (trialability)
Inovasi baru yang tidak mudah dicoba karena perlengkapannya yang kompleks
dan memerlukan biaya atau modal yang besar lebih sulit diadopsi dibanding benih
varietas unggul baru yang tidak mahal dan mudah dikerjakan oleh petani. Menurut
Rogers (1983), triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat
dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih
cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu.
5. Observabilitas (observability)
Inovasi baru akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau hasilnya
mudah dan atau cepat dapat dilihat atau diamati oleh komunikannya.
Jenis Keputusan Inovasi
Tergantung bagaimana proses atau
siapa yang harus berhak mengambil keputusan untuk mengadopsi inovasi baru,
sangat menentukan kecepatan adopsi. Keputusan yang diambil secara individual (optional),
relatif lebih cepat bila dibanding adopsi inovasi yang harus menunggu keputusan
kelompok (kolektif), apalagi dibanding dengan yang harus menunggu pihak
penguasa yang berhak mengambil keputusan.
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi
(1987), ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu :
- Keputusan
otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh
individu yang berada dalam posisi atasan.
- Keputusan
individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil
peranan dalam pembuatannya.
Keputusan
individual ini ada 2 macam :
1.
Keputusan opsional yakni keputusan yang
dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh
anggota sistem.
2.
Keputusan kolektif yakni keputusan yang
dibuat oleh individu-individu yang ada
dalam sistem sosial melalui konsensus.
Ciri-ciri Sistem Sosial
- Adopsi inovasi didalam masyarakat
modern, relatif lebih cepat dibanding dengan adopsi inovasi di dalam
masyarakat yang masih tradisional.
- Demikian pula, proses adopsi dalam
masyarakat lokalite akan lebih
lamban bila dibandingkan di dalam masyarakat yang kosmopolite.
Kegiatan Promosi
Kecepatan adopsi inovasi juga sangat
ditentukan oleh semakin intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi
promosi yang dilakukan agen pembaharuan (penyuluh) setempat dan atau
pihak-pihak lain yang berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut seperti :
lembaga penelitian produsen, pedagang, dan atau sumber informasi (inovasi)
tersebut.
Menurut Rogers (1995), model
proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah. yaitu :
- Pengetahuan,
terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan memperoleh
beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri.
- Persuasi atau bujukan, terjadi ketika
seseorang membentuk suatu sikap yang kurang baik atau baik ke arah
inovasi.
- Pengambilan keputusan, terjadi ketika
seseorang terlibat dalam aktivitas yang mendorong kearah suatu pilihan
untuk mengadopsi atau menolak inovasi.
- Implementasi, terjadi ketika
seseorang menggunakan suatu inovasi.
- Konfirmasi, terjadi ketika seseorang
mencari penguatan mengenai suatu inovasi untuk menolak atau mengadopsi
suatu inovasi.
Penyuluh adalah
Pegawai Negri Sipil yang selanjutnya
disebut penyuluh PNS adalah Pegawai Negri Sipil yang diberi tugas dan tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan penyuluhan sesuai
UU No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan.
Menurut Departemen
Pertanian (2010), program penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun
secara sistematis untuk memberikan arahan dan program sebagai alat pengendali
pencapaian tujuan penyuluhan pertanian.
Rencana Kerja
Tahunan Penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh berdasarkan
program penyuluh. Menurut Depertemen Pertanian (2008), tugas pokok penyuluh
pertanian adalah :
1. Merubah sikap,
pengetahuan dan ketrampilan petani dan keluarganya dalam menerapkan berbagai
teknologi, produksi, pasca panen dan teknologi.
2. Mengembangkan swadaya
dan swakarsa petani dan keluarganya.
3. Mengikhtiarkan
kemudahan bagi para petani dan keluarganya dalam mendapatkan sarana produksi
kredit dan alat pertanian.
4. Mengenali dan
mengembangkan swadaya dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi petani dan
keluarganya.
KERANGKA PEMIKIRAN
Alur pikir untuk kegiatan Evaluasi PTT Jagung di Trans Koli Sp 1,
Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan
Program Dinas Pertanian,
|
Intesifikasi Jagung
|
PTT Jagung
|
Sikap
Budidaya Jagung
|
Pengetahuan
Budidaya Jagung
|
Pemahaman
Budidaya Jagung
|
Produksi Meningkat
|
Pendapatan Meningkat
|
PenyuluhanPertanian
Produksi Pangan,
|
Gambar. Kerangka
Pemikiran dalam Penerapan PTT Jagung
Program Penyuluhan Pertanian produksi pangan dilaksanakan terintegrasi dengan program
pembangunan pertanian di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan. Tujuan
Program Penyuluhan Pertanian produksi pangan
adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui
peningkatan produksi Jagung secara berkesinambungan. Implementasi program
Penyuluhan Pertanian produksi pangan
secara melembaga dilaksanakan oleh semua pihak yang bergerak di bidang
pertanian tanaman pangan, termasuk petani sebagai penerima manfaat
program.Petani sebagai pelaksana teknis usahatani Jagung perlu mendapatkan
berbagai informasi teknologi pertanian yang berhubungan dengan budidaya Jagung
termasuk Intensifikasi Jagung, PTT Jagung, dan PTT Jagung yang dapat menjamin
produksi jagung. Berbagai informasi tersebut didapatkan petani melalui
pendekatan PTT Jagung, petani dapat menambah pemahaman tentang budidaya jagung,
tingkat pengetahuan tentang budidaya jagung dan sikap petani tentang budidaya
jagung. Dengan tingkat pemahaman, Pengetahuan, dan sikap petani yang baik ,
maka produksi pangan khususnya jagung
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani beserta
keluarganya.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan
evaluasi dilaksanakan selama 3 (tiga)
bulan mulai dari bulan Januari, Februari, Maret
2018 di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan.
Sasaran
Sasaran kegiatan evaluasi
adalah petani/anggota kelompoktaniyang telah melaksanakan PTT jagung di Wilayah
Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, (BPP) Kecamatan Oba.
Metode
Metode yang dilakukan dalam
evaluasi ini adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan tanya jawab
dengan panduan kuisioner yang terdapat pada lampiran .
Populasi dan
Pengambilan Sampel
Populasi
petani responden adalah yang sudah mengikuti
kegiatan PTT jagung sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Purposive
sampling adalah sampel
yang diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu
diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
tersebut memiliki informasi tentang PTT jagung yang diperlukan bagi peneliti.
Lokasi pengambilan sampel adalah
Kelompok tani yang ada di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore
Kepulauan.Kelompoktani yang diambil sampel adalah 3 kelompoktani masing-masing
sebanyak 10 orang/responden sehingga total 30 orang.
Sampel evaluasi berasal
dari ;
a.
Pengurus kelompoktani
dengan alasan bahwa pengurus
kelompoktani aktivitas kegiatan usahatani jagungnya lebih tinggi
b.
Pengurus kelompoktani
bersifat terbuka terhadap suatu inovasi,
c.
Pengurus kelompoktani
memiliki rasa tanggungjawab yang besar
atas suatu kegiatan, dan
d.
Pengurus kelompoktani
merupakan pemimpin (key leader) bagi
anggotanya.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber
data yang diambil dalam kegiatan Evaluasi ini adalah ;
1 .Data Primer
Data Primer
yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan hasil dari pengisian
kuesioner
2. Data Sekunder
Data Sekunder
yaitu data yang diperoleh dari Penyuluh
Pertanian WKBPP Kecamatan Oba.
Teknik pengumpulan data
primer pada kegiatan Evaluasi ini menggunakan metode Wawancara semi
berstruktur. Wawancara semi berstruktur yang merupakan suatu teknik wawancara
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kajian ini.Bentuknya berupa
pertanyaan kepada responden secara langsung dan berhadapan. Wawancara dilakukan
kepada responden yaitu :
1. Wawancara dan diskusi
langsung kepada Kepala Balai Penyuluhan
Pertanian ( BPP)
2. Wawancara dengan
aparat Kelurahan dan anggota masyarakat.
3. Wawancara kepada
petani dengan menggunakan kuisioner sebagai pengarah untuk mengumpulkan
data.
4. Kuesioner bentuknya
berupa pertanyaankepada responden secara langsung dan berhadapan.
Merupakan
teknik kedua yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatn ini yaitu
dengan
memberikan kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara
tertutup.
5. Observasi. Teknik ini
dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap
objek
evaluasi yaitu lahan petani jagung.
4. Kuesioner bentuknya
berupa pertanyaankepada responden secara langsung dan berhadapan. Merupakan
teknik kedua yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatn ini yaitu
dengan memberikan kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara
tertutup.
5. Observasi. Teknik ini
dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap objek
evaluasi yaitu lahan petani jagung.
Cara Pengumpulan data sekunder
untuk kegiatan evaluasi ini dengan meminta data yang dibutuhkan ke Balai Penyuluhan Pertanian,
(BPP).
1. Pemahaman
Teknologi PTT
Untuk mengetahui sampai
sejauh mana tingkat pemahaman petani
tentang teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada
lampiran.
2. Pengetahuan
Petani tentang Prinsip-prinsip PTT
Untuk mengetahui sampai
sejauh mana tingkat pengetahuan petani
tentang teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada
Lampiran.
3. Sikap
Petani Mendukung Program PTT
Untuk mengetahui sampai
sejauhmana sikap petani terhadap
teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada lampiran.
Analisis dan Interpretasi Data
Analisis
tahap satu adalah menguji validitas dan reabilitas dengan SPSS dan Excel,
sedangkan analisis selanjutnya adalah analisis data hasil evaluasi.
Analisis dan Interpretasi data
yang digunakan pada kegiatan Evaluasi
ini dilaksanakan berdasarkan hasil
banyak data dari variabel kinerja petani / Kelompoktani. Kemudian data tersebut diolah dengan
menggunakan analisis tabulasi yaitu
dengan menghitung jumlah, nilai rata-rata dan presentase setiap variabel
pertanyaan. Tabulasi dilakukan menggunakan program Excel.
Kriteria yang
digunakan adalah :
1.
Pemahaman teknologi PTT
a.
Penerapan baik bila renate skor
> 2,6
b.
Penerapan sedang bila renate skor
1,3 – 2,6
c.
Penerapan kurang baik bila renate
skor < 1,3
2.
Pengetahuan petani terhadap
teknologi PTT
a.
Pemahaman baik bila renate skor
> 2,6
b.
Pemahaman sedang bila renate skor
1,3 – 2,6
c.
Pemahaman kurang baik bila renate
skor < 1,3
3.
Sikap petani terhadap teknologi
PTT
a.
Kemampuan baik bila renate skor > 2,6
b.
Kemampuan sedang bila renate skor 1,3 – 2,6
c.
Kemampuan kurang bila renate
skor < 1,3
Instrument yang Digunakan
Instrument atau
alat ukur yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi adalah berupa kuisioner
yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan PTT yang
bertujuan untuk meningkatkan pengatahuan, keterampilan dan sikap petani dalam
menerapkan teknologi dalam usaha taninya menjabarkan indikator-indikator yang
dievaluasi menjadi komponen yang akan dijadikan
butir-butir pertanyaan. Butir-butir pertanyaan akan disusun dalam instrument
berupa kuisioner.
Parameter yang Digunakan
Parameter yang
digunakan pada evaluasi ini adalah menggunakan skala likret untuk mengukur
sikap tentang inovasi dengan memberi sekor / nilai 1-4, dimana ,Nilai 4 Sangat
Memahami, Sangat Tahu, Sangat Setuju .Nilai 3 Memahami, Tahu, Setuju. Nilai 2.
Cukup Memahami, Cukup Tahu, Cukup Setuju. Nilai 1 Tidak Memahami, Tidak Tahu,
Tidak Setuju
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validitas dan Reabilitas
1. Uji Kesahihan
(Validitas)
Suatu alat
ukur untuk menunjukkan suatu kebenaran suatu hal yang ingin diukur oleh
peneliti atau pengkaji. Dengan kesahihan alat ukur yang digunakan memberi
keyakinan kepada peneliti bahwa dengan perangkat pengukuran yang digunakan maka
suatu yang akan diukur dapat diketahui. Kesahihan yang diukur disini yaitu
kesahihan tentang isi, dipertimbangkan agar instrumen pengumpul dan data
penelitian benar-benar dapat mengukur hal yang dicari peneliti atau pengkaji.
2. Uji keterandalan (Reliabilitas). Keterandalan sering juga disebut dengan kejituan
atau ketepatan. Suatu alat ukur dikatakan andal bila alat tersebut digunakan
berulang kali memberikan hasil yang sama, kriteria alat ukur tersebut dikatakan
andal apabila nilai Cronbach’s Alpha
nya lebih besar atau sama dengan 0,60.
Penerapan Teknologi Yang di Evaluasi
Teknologi
pengelolaan tanaman terpadu pada tanaman
jagung diharapkan dapat diterapkan kepetani. Untuk dapat diketahui maka
dilaksanakan evaluasi baik terhadap Pemahaman, Pengetahuan, dan Sikap petani
dalam menerapkan.
Pengambilan Data
Evaluasi awal
dilakukan dengan evaluasi dan mengajukan pertanyaan dengan mengunakan Kuesioner
kepada responden yang belum menerapkan PTT jagung. Sedangkan Evaluasi akhir
dilakukan dengan evaluasi dan mengajukan pertanyaan dengan menggunakan
Kuesioner kepada responden yang melaksanakan PTT jagung.
Analisis Data
Analisa data
lapangan diberikan skor sesuai dengan metode Scoring yang telah ditetapkan,
data kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan evaluasi untuk mengetahui
pengaruh perubahan pemahaman, pengetahuan dan sikap petani, kemudian data
tersebut diolah untuk mengukur sejauh mana pengaruh PTT jagung
terhadap petani jagung.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada
lampiran 2 selanjutnya disajikan dalam tabel 1
Tabel.1. Renate Nilai Pemahaman, Pengetahuan dan
Sikap Petani hasil Evaluasi PTT Jagung di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota
Tidore Kepulauan
No
|
Uraian
|
Renate nilai
|
1.
|
Pemahaman
|
2,66
|
2.
|
Pengetahuan
|
2,76
|
3.
|
Sikap
|
2,74
|
|
Jumlah
|
8,16
|
|
Renate Total
|
2,72
|
1. Pemahaman .
Berdasarkan nilai renate yang diperoleh yaitu
2,66, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan demikian maka untuk aspek
pemahaman pertani dalam PTT Jagung termasuk kategori baik.
2. Pengetahuan
Berdasarkan nilai renate yang
diperoleh yaitu 2,76, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan demikian maka
untuk aspek pengetahuan pertani dalam
PTT Jagung termasuk kategori baik.
3. Sikap
Berdasarkan nilai
renate yang diperoleh yaitu 2,74, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan
demikian maka untuk aspek sikap pertani
dalam PTT Jagung termasuk kategori baik.
4. Penerapan Teknologi
PTT Jagung
Penerapan teknologi menunjukkan bahwa tingkat
pemahaman, pengetahuan, dan sikap petani dalam penerapan PTT Jagung termasuk
kategori baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi kegiatan ini adalah :
1. Pemahaman petani tentang PTT
jagung sudah mencapai 2.66 sehingga
termasuk kategori pemahaman baik .
2. Pengetahuan petani mengalami
kenaikan sebesar 2,76 dan termasuk kategori memgetahui.
3. Sikap petani
mengalami kenaikan sebesar 2,76 dan termasuk kategori menyetujui.
4.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat penerapan
PTT jagung sehingga tingkat penerapan PTT
sudah termasuk kategori baik.
Saran
1.
Pelaksanaan evaluasi perlu dilaksanakan karena
sangat mendukung kegiatan dilapangan.
2.
Dengan pelaksanaan evaluasi maka kita dapat
mengetahui tingkat keberhasilan para petani dalam melakasanakan kegiatan
program PTT yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), ada beberapa
tipe keputusan inovasi,
Menurut Departemen Pertanian (2010). Program
penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk
memberikan arahan dan program
Mardikanto, Totok.1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), saluran
komunikasi yakni alat yang dipergunakan untuk menyebarkan suatu inovasi .
Menurut Rogers (1983), observabilitas adalah
tingkat dimana hasil-hasil suatu
inovasi dapat dilihat oleh orang lain.
Menurut Slamet dalam Mardikanto dan Sutarni (1983), Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi
(Mardikanto, 1993). cerminan dari adanya
perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya
(Mardikanto dan Sutarni, 1983). metode maupun
peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya
Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks
dan dinamis
Menurut Lionberger (1960), langkah-langkah yang dilakukan seseorang untuk
mengadopsi suatu ide atau gagasan baru
Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan
inovasi terdiri dari 5 langkah.
Priyatno Duwi. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi,
Regresi dan Multivariate. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta:
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92.
Lampiran.
KUESIONER
EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI TRANS KOLI SP 1, KECAMATAN OBA,
KOTA TIDORE KEPULAUAN

Komoditi Jagung
Nama Responden :
..................................................................
Umur : ..................................................................
Nama Kelompoktani :
..................................................................
Alamat : Kelurahan / Desa......................................
Kecamatan ...............................................
Kab/Kota...................................................
Tanggal Evaluasi :
..................................................................
Enumerator /
PPL : M. Bakri Malagapi, S.Pt

Petunjuk :
Jawablah pertanyaan berikut
dengan cara melingkari salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar.
No
|
Pertanyaan
|
Alternatif Jawaban
|
Skor
|
I
|
PEMAHAMAN
|
|
|
1.
|
Apakah Bapak/Ibu sudah memahami tekhnik pengolahan tanah dengan
baik?
|
a.
Sangat memahami
b.
Memahami
c.
Cukup memahami
d.
Tidak memahami
|
4
3
2
1
|
2.
|
Apakah Bapak/Ibu sudah memahami bahwa pengolahan tanah yang baik harus menggunakan alat bajak,
traktor, pacul ?
|
a.
Sangat memahami
b.
Memahami
c.
Cukup memahami
d. Tidak memahami
|
|
3.
|
Apakah
Bapak/Ibu memahami bahwa bentuk bedengan jagung yang baik itu guludan dicacah
sampai halus?
|
a. Sangat memahami
b. Memahami
c. Cukup
memahami
d. Tidak
memahami
|
|
4
|
Apakah Bapak/
Ibu memahami bahwa tinggi guludan bedengan Jagung yang baik itu 60 cm?
|
a. Sangat memahami
b. Memahami
c. Cukup
memahami
d. Tidak
memahami
|
|
5
|
Apakah Bapak/
Ibu memahami bahwa lebar guludan bedengan Jagung yang baik itu 25 cm?
|
a.
Sangat memahami
b. Memahami
c. Cukup
memahami
d. Tidak
memahami
|
|
6
|
Apakah
Bapak/Ibu memahami bahwa panjang guludan bedengan Jagung yang baik itu
disesuaikan dengan lahan usaha?
|
a. Sangat
memahami
b. Memahami
c. Cukup
memahami
d. Tidak
memahami
|
|
II
|
PENGETAHUAN
|
|
|
1
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui cara pengolahan tanah yang baik?
|
a.
Sangat tahu
b.
Tahu
c.
Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
4
3
2
1
|
2
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui tujuan pengolahan tanah?
|
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
3
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui kelebihan pengolahan tanah?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
4
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui cara membuat bedengan Jagung yang baik ?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
5
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui alat yang baik digunakan untuk melakukan pembuatan
guludan Jagung ?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
6
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui tinggi guludan yang baik pada Jagung?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
7
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui lebar guludan yang baik pada Jagung?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
8
|
Apakah
Bapak/Ibu mengetahui maksud dan tujuan guludan tanah dibiarkan selama 15 hari
sampai kena panas dan hujan?
|
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu
|
|
III
|
S I K A P
|
|
|
1
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah untuk Jagung dilakukan 2x
|
a.
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Cukup setuju
d.
Tidak setuju
|
4
3
2
1
|
2
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah menggunakan alat manual ?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
3
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah menggunakan alat mesin ?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
4
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika guludan tanah
dibiarkan selama 15 hari sampai kena panas dan hujan?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
5
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika pemupukan
dilakukan tepat waktu ?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
6
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika menggunakan benih jagung hibrida ?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
7
|
Apakah
Bapak/Ibu setuju jika menggunakan pupuk kandang ?
|
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar