Sabtu, 07 September 2019

EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN Oleh Darwin Rauf, S.ST


EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
Oleh Darwin Rauf, S.ST

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Undang–undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sisitem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (pasal 1 ayat 2) menyatakan, bahwa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya  dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya alam lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan  produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan  dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.  Berdasarkan teori proses adopsi inovasi, perubanahan perilaku masyarakat  melalui kegiatan penyuluhan biasanya memerlukan waktu yang lama dimana prosesnya alih ilmu pengetahuan dan teknologi, petani tidak langsung menerapakan tetapi melewati tahap–tahap adopsi yaitu tahap penumbuhan perhatian, penumbuhan minat, penilaian, mencoba dan tahap menetapkan. Dalam proses adopsi inovasi ini penyuluh berperan sebagai  pelaksana perubahan ( agent of cahange ).
Dalam memberdayakan petani dan usaha kecil di pedesaan pemerintah selalu menggunakan pendekatan kelompok.  Kelompoktani terdiri dari dua orang  atau lebih petani yang mepunyai persepsi dan kepentingan yang sama dalam berusahatani.  Kelompoktani mempunyai fungsi yang sangat penting dalam peningkatan kegiatan suatu usahatani.  Fungsi itu adalah sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi.  Ketiga fungsi tersebut berkaitan satu sama lain, yang diawali dengan peran kelas belajar, dimana petani dapat memperoleh ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang berkaitan dengan usahatani mereka.  Dari pembelajaran tersebut diharapkan petani dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh baik melalui penyuluhan, karyawisata, kursus tani, dan lainnya.  Fungsi selanjutnya yaitu sebagai wahana kerjasama, petani melalui kelompoktani diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan lembaga yang dapat mendukung kegiatan usahatani misalnya lembaga permodalan, perusahan sarana pertanian, lembaga pemasaran, atau instansi lainnya baik pihak pemerintah maupun pihak swasta. Selanjutnya sebagai unit produksi, melalui kelompoktani diharapkan dapat menyusun rencana kegiatan usahatani yang akan dikembangkan, dan dilaksanakan secara bersama serta dapat mengembangkan kegiatan tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian. Pemerintah dalam upaya mengembangkan kegiatan usaha tani telah melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
Program PTT Jagung dilaksanakan antara lain melalui PTT, sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan evaluasi kegaiatan PTT terutama pada aspek pengolahan tanah.
            Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan nonformal atau proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dapat mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi, baik informasi pasar, teknologi permodalan, harga pasar dalam upaya meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha pendapatan dan kesejahteraan dan meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup.
            Untuk memenuhi harapan tersebut maka peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap pelaku utama merupakan salah satu faktor penyebab gagalnya produktifitas usahatani, untuk merubah pengetahuan keterampilan dan sikap pelaku utama tersebut maka diperlukan metode yang tepat menyampaikan suatu teknologi kepada pelaku utama.  Salah satu tugas penyuluh adalah merubah penegtahuan keterampilan dan sikap dengan menggunakan metode penyuluhan diantaranya melalui kegiatan PTT tanaman jagung.
            PTT merupakan salah satu metode penyuluhan yang digunakan dalam upaya mengatasi masalah serangan hama dan penyakit sekaligus menjadi alternatif pemecahan masalah yang dihadapi pelaku utama.
Masalah dan Tujuan.
Masalah
Berdasarkan penilaian terhadap tingkat penerapan teknologi berdasarkan 5 jurus kemampuan kelompoktani dan program serta sarana penyuluhan, makadapat dirumuskan masalah-masalah yang akan di evaluasi adalah sebagai berikut :
1.      Tingkat pemahaman petani .
2.      Tingkat pengetahuan petani
3.      Tingkat sikap petani

Tujuan
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan evaluasi di lakukan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengetahuan dan sikap petani terhadap budidaya tanaman jagung melalui SLPTT Jagung.
2.      Untuk mengukur tingkat keberhasilan program yang di buat sesuai dengan kebutuhan petani.
3.      Untuk menilai apakah sarsaran penyuluhan sudah sesuai dengan jenis usaha yang dikembangkan.
Manfaat Evaluasi
Evaluasi ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis antaralain sebagai berikut :
1.      Secara teoritis evaluasi diharapkan menjadi acuan dalam mengukur apakah program penyuluhan dapat dilanjutkan ataukah harus dievaluasi karena tidak sesuai dengan kebutuhan atau program pengembangan.
2.      Secara praktik evaluasi ini diharapkan dapat memberikan masukan baik terhadap penyelenggaraan kegiatan, pelaksanaan kegiatan ditingkat lapangan maupun penyuluh agar pelaksanaan kegiatan penyuluhan kedepan akan sesuai dengan tujuan, sasaran dan manfaat dilaksanakannya penyuluhan.

TINJAUAN PUSTAKA
Adopsi
Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian  pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric)  pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melakanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya perubahan  sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya (Mardikanto, 1993). Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide, alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasinya dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya (Mardikanto dan Sutarni, 1983). Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Adopsi inovasi merupakan proses berdasarkan dimensi waktu. Dalam penyuluhan pertanian, banyak kenyataan petani biasanya tidak menerima begitu saja, tetapi untuk sampai tahapan mereka mau menerima ide-ide tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Menurut Lionberger (1960).
 Langkah-langkah yang dilakukan seseorang untuk mengadopsi suatu ide atau gagasan baru adalah sebagai berikut :
1.      Kesadaran (awareness), yaitu pengetahuan pertama tentang ide baru, produk atau latihan.
2.      Tumbuhnya minat (Interest), yaitu aktif mencari informasi tentang ide atau gagasan baru untuk mengetahui manfaat dan penerapan ide atau gagasan baru tersebut.
  1. Evaluasi (Evaluation), yaitu penilaian terhadap informasi dilihat dari suatu kondisi, apakah cocok untuk diterapkan.
  2. Percobaan (Trial), dimana bersifat sementara untuk mencoba gagasan atau ide baru yang diterima untuk lebih meyakinkan.
  3. Penerapan (Adoption), yaitu penggabungan secara penuh latihan kedalam operasi atau pelaksanaan yang berkesinambungan.
 Dengan adanya perbedaan dalam kecepatan menerima sesuatu hal baru oleh petani, berakibat timbulnya suatu pembagian golongan petani yang didasarkan atas cepat lambatnya proses adopsi dan partisipasi petani dalam usaha penyebarlusan hal-hal baru tersebut ke dalam lingkungannya. Dikenal lima golongan adopter, yaitu :
  1. Golongan perintis atau inovator
  2. Golongan pengetrap dini atau early adopter.
  3. Golongan tokoh setempat atau pengetrap awal atau early mayoritity.
  4. Golongan penganut lambat atau golongan pengetrap akhir atau late mayority.
  5. Golongan penolak atau golongan kaum kolot atau laggard. .
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi menurut Slamet dalam Mardikanto dan Sutarni (1983), meliputi :
Sifat-sifat Inovasi
1.      Keuntungan relatif (relative advantage)
Setiap ide (inovasi) baru akan dipertimbangkan mengenai seberapa jauh keuntungan relatif yang dapat diberikan, yang diukur dengan derajat keuntungan ekonomi, besarnya penghematan atau keamanan, atau pengaruhnya terhadap posisi sosial yang akan diterima oleh komunikasi selaku adopter. Menurut Rogers (1983), keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis.
2.      Kompatibilitas (compatibility)
Setiap inovasi baru akan cepat diadopsi manakala mempunyai kecocokan atau berhubungan dengan kondisi setempat yang telah ada di masyarakat. Menurut Rogers (1983), kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima.
3.      Kompleksitas (complexity)
Inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikasinya. Menurut Rogers (1983), kompleksitas adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dapat dipahami oleh penerima tertentu, sedangkan orang lainnya tidak. Kerumitan suatu inovasi menurut pengamatan anggota sistem sosial, berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya. Ini berarti makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan makin lambat pengadopsiannya.
4.      Triabilitas (trialability)
Inovasi baru yang tidak mudah dicoba karena perlengkapannya yang kompleks dan memerlukan biaya atau modal yang besar lebih sulit diadopsi dibanding benih varietas unggul baru yang tidak mahal dan mudah dikerjakan oleh petani. Menurut Rogers (1983), triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu.
5.      Observabilitas (observability)
Inovasi baru akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau hasilnya mudah dan atau cepat dapat dilihat atau diamati oleh komunikannya.
Jenis Keputusan Inovasi
 Tergantung bagaimana proses atau siapa yang harus berhak mengambil keputusan untuk mengadopsi inovasi baru, sangat menentukan kecepatan adopsi. Keputusan yang diambil secara individual (optional), relatif lebih cepat bila dibanding adopsi inovasi yang harus menunggu keputusan kelompok (kolektif), apalagi dibanding dengan yang harus menunggu pihak penguasa yang berhak mengambil keputusan.
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), ada beberapa tipe keputusan inovasi, yaitu :
  1. Keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh individu yang berada dalam posisi atasan.
  2. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya.
Keputusan individual ini ada 2 macam :
1.      Keputusan opsional yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.
2.      Keputusan kolektif yakni keputusan yang dibuat oleh individu-individu  yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus.

Ciri-ciri Sistem Sosial
  1. Adopsi inovasi didalam masyarakat modern, relatif lebih cepat dibanding dengan adopsi inovasi di dalam masyarakat yang masih tradisional.
  2. Demikian pula, proses adopsi dalam masyarakat lokalite akan lebih lamban bila dibandingkan di dalam masyarakat yang kosmopolite.
Kegiatan Promosi
 Kecepatan adopsi inovasi juga sangat ditentukan oleh semakin intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi promosi yang dilakukan agen pembaharuan (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak lain yang berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut seperti : lembaga penelitian produsen, pedagang, dan atau sumber informasi (inovasi) tersebut.
Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah. yaitu :
  1. Pengetahuan, terjadi ketika seseorang dihadapkan pada suatu inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman fungsi-fungsi dari inovasi itu sendiri.
  2. Persuasi atau bujukan, terjadi ketika seseorang membentuk suatu sikap yang kurang baik atau baik ke arah inovasi.
  3. Pengambilan keputusan, terjadi ketika seseorang terlibat dalam aktivitas yang mendorong kearah suatu pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.
  4. Implementasi, terjadi ketika seseorang menggunakan suatu inovasi.
  5. Konfirmasi, terjadi ketika seseorang mencari penguatan mengenai suatu inovasi untuk menolak atau mengadopsi suatu inovasi.
Penyuluh adalah Pegawai Negri Sipil  yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah Pegawai Negri Sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan penyuluhan sesuai UU No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Menurut Departemen Pertanian (2010), program penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arahan dan program sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan pertanian.
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh penyuluh berdasarkan program penyuluh. Menurut Depertemen Pertanian (2008), tugas pokok penyuluh pertanian adalah :
1.      Merubah sikap, pengetahuan dan ketrampilan petani dan keluarganya dalam menerapkan berbagai teknologi, produksi, pasca panen dan teknologi.
2.      Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya.
3.      Mengikhtiarkan kemudahan bagi para petani dan keluarganya dalam mendapatkan sarana produksi kredit dan alat pertanian.
4.      Mengenali dan mengembangkan swadaya dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi petani dan keluarganya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Alur pikir untuk kegiatan Evaluasi PTT Jagung di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan
Program Dinas Pertanian,
Intesifikasi Jagung
PTT Jagung
Sikap
Budidaya Jagung
Pengetahuan
Budidaya Jagung

Pemahaman
Budidaya Jagung
Produksi Meningkat
Pendapatan Meningkat
PenyuluhanPertanian
Produksi Pangan,
 

Gambar. Kerangka Pemikiran dalam Penerapan PTT Jagung

Program Penyuluhan Pertanian produksi pangan  dilaksanakan terintegrasi dengan program pembangunan pertanian di Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan. Tujuan Program Penyuluhan Pertanian produksi pangan  adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi Jagung secara berkesinambungan. Implementasi program Penyuluhan Pertanian produksi pangan  secara melembaga dilaksanakan oleh semua pihak yang bergerak di bidang pertanian tanaman pangan, termasuk petani sebagai penerima manfaat program.Petani sebagai pelaksana teknis usahatani Jagung perlu mendapatkan berbagai informasi teknologi pertanian yang berhubungan dengan budidaya Jagung termasuk Intensifikasi Jagung, PTT Jagung, dan PTT Jagung yang dapat menjamin produksi jagung. Berbagai informasi tersebut didapatkan petani melalui pendekatan PTT Jagung, petani dapat menambah pemahaman tentang budidaya jagung, tingkat pengetahuan tentang budidaya jagung dan sikap petani tentang budidaya jagung. Dengan tingkat pemahaman, Pengetahuan, dan sikap petani yang baik , maka produksi pangan khususnya jagung  dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani beserta keluarganya.


PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan evaluasi  dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Januari, Februari, Maret  2018 di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan.
Sasaran
Sasaran kegiatan evaluasi adalah petani/anggota kelompoktaniyang telah melaksanakan PTT jagung di Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, (BPP) Kecamatan Oba.
Metode
Metode yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan tanya jawab dengan panduan kuisioner yang terdapat pada lampiran .
Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi petani responden adalah yang sudah mengikuti  kegiatan PTT jagung  sebanyak  30 orang. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah  sampel  yang diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi tentang PTT jagung yang diperlukan bagi peneliti.
Lokasi pengambilan sampel adalah Kelompok tani yang ada di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan.Kelompoktani yang diambil sampel adalah 3 kelompoktani masing-masing sebanyak 10 orang/responden sehingga total 30 orang.
Sampel evaluasi berasal dari ;
a.       Pengurus kelompoktani dengan alasan  bahwa pengurus kelompoktani aktivitas kegiatan usahatani jagungnya lebih tinggi
b.      Pengurus kelompoktani bersifat terbuka terhadap suatu inovasi,
c.       Pengurus kelompoktani memiliki rasa tanggungjawab  yang besar atas suatu kegiatan, dan
d.      Pengurus kelompoktani merupakan pemimpin (key leader) bagi anggotanya.

Teknik Pengumpulan Data
         Sumber data yang diambil dalam  kegiatan  Evaluasi ini adalah ;
1    .Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara  dan hasil dari pengisian  kuesioner 
2.    Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari  Penyuluh Pertanian WKBPP   Kecamatan Oba.
         Teknik pengumpulan data primer pada kegiatan Evaluasi ini menggunakan metode Wawancara semi berstruktur. Wawancara semi berstruktur yang merupakan suatu teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kajian ini.Bentuknya berupa pertanyaan kepada responden secara langsung dan berhadapan. Wawancara dilakukan kepada responden yaitu :
1. Wawancara dan diskusi langsung kepada Kepala Balai Penyuluhan Pertanian   ( BPP)  
2. Wawancara dengan aparat Kelurahan dan anggota masyarakat. 
3. Wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner sebagai pengarah untuk mengumpulkan
     data.
4. Kuesioner bentuknya berupa pertanyaankepada responden secara langsung dan berhadapan.
   Merupakan teknik kedua yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatn ini yaitu dengan
    memberikan kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara tertutup.
5. Observasi. Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap
    objek evaluasi yaitu lahan petani jagung.
4.      Kuesioner bentuknya berupa pertanyaankepada responden secara langsung dan berhadapan. Merupakan teknik kedua yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatn ini yaitu dengan memberikan kuesioner kepada responden berupa pertanyaan tertulis secara tertutup.
5.      Observasi. Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap objek evaluasi yaitu lahan petani jagung.
Cara Pengumpulan data sekunder untuk kegiatan evaluasi ini  dengan meminta data yang dibutuhkan ke Balai Penyuluhan Pertanian, (BPP). 
1.      Pemahaman Teknologi PTT
Untuk mengetahui sampai sejauh mana  tingkat pemahaman petani tentang teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada lampiran.
2.      Pengetahuan Petani tentang Prinsip-prinsip PTT
Untuk mengetahui sampai sejauh mana  tingkat pengetahuan petani tentang teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada Lampiran.
3.      Sikap Petani Mendukung Program PTT
Untuk mengetahui sampai sejauhmana  sikap petani terhadap teknologi PTT dengan menggunakan kuesioner sebagaimana terdapat pada lampiran.
Analisis dan Interpretasi Data
Analisis tahap satu adalah menguji validitas dan reabilitas dengan SPSS dan Excel, sedangkan analisis selanjutnya adalah analisis data hasil evaluasi.
Analisis dan Interpretasi data yang digunakan pada kegiatan  Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan hasil  banyak data dari variabel kinerja petani / Kelompoktani.  Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan analisis tabulasi yaitu dengan menghitung jumlah, nilai rata-rata dan presentase setiap variabel pertanyaan. Tabulasi dilakukan menggunakan program Excel.
Kriteria yang digunakan adalah :
1.      Pemahaman teknologi PTT
a.         Penerapan baik bila renate skor > 2,6
b.         Penerapan sedang bila renate skor 1,3 – 2,6 
c.         Penerapan kurang baik bila renate skor  < 1,3   
2.      Pengetahuan petani terhadap teknologi PTT
a.          Pemahaman baik bila renate skor > 2,6
b.         Pemahaman sedang bila renate skor 1,3 – 2,6
c.          Pemahaman kurang baik bila renate skor  < 1,3
3.      Sikap petani terhadap teknologi PTT
a.          Kemampuan  baik bila renate skor > 2,6
b.         Kemampuan sedang  bila renate skor 1,3 – 2,6
c.          Kemampuan kurang bila renate skor  < 1,3

Instrument yang Digunakan
Instrument atau alat ukur yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi adalah berupa kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan PTT yang bertujuan untuk meningkatkan pengatahuan, keterampilan dan sikap petani dalam menerapkan teknologi dalam usaha taninya menjabarkan indikator-indikator yang dievaluasi  menjadi komponen yang akan dijadikan butir-butir pertanyaan. Butir-butir pertanyaan akan disusun dalam instrument berupa kuisioner.

Parameter yang Digunakan
Parameter yang digunakan pada evaluasi ini adalah menggunakan skala likret untuk mengukur sikap tentang inovasi dengan memberi sekor / nilai 1-4, dimana ,Nilai 4 Sangat Memahami, Sangat Tahu, Sangat Setuju .Nilai 3 Memahami, Tahu, Setuju. Nilai 2. Cukup Memahami, Cukup Tahu, Cukup Setuju. Nilai 1 Tidak Memahami, Tidak Tahu, Tidak Setuju



HASIL DAN PEMBAHASAN

Validitas dan Reabilitas

1.      Uji Kesahihan (Validitas)
Suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu kebenaran suatu hal yang ingin diukur oleh peneliti atau pengkaji. Dengan kesahihan alat ukur yang digunakan memberi keyakinan kepada peneliti bahwa dengan perangkat pengukuran yang digunakan maka suatu yang akan diukur dapat diketahui. Kesahihan yang diukur disini yaitu kesahihan tentang isi, dipertimbangkan agar instrumen pengumpul dan data penelitian benar-benar dapat mengukur hal yang dicari peneliti atau pengkaji.
2.   Uji keterandalan (Reliabilitas). Keterandalan sering juga disebut dengan kejituan atau ketepatan. Suatu alat ukur dikatakan andal bila alat tersebut digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama, kriteria alat ukur tersebut dikatakan andal apabila nilai Cronbach’s Alpha nya lebih besar atau sama dengan 0,60.
Penerapan Teknologi Yang di Evaluasi
Teknologi pengelolaan tanaman  terpadu pada tanaman jagung diharapkan dapat diterapkan kepetani. Untuk dapat diketahui maka dilaksanakan evaluasi baik terhadap Pemahaman, Pengetahuan, dan Sikap petani dalam menerapkan.
Pengambilan  Data
Evaluasi awal dilakukan dengan evaluasi dan mengajukan pertanyaan dengan mengunakan Kuesioner kepada responden yang belum menerapkan PTT jagung. Sedangkan Evaluasi akhir dilakukan dengan evaluasi dan mengajukan pertanyaan dengan menggunakan Kuesioner kepada responden yang melaksanakan PTT  jagung. 
Analisis Data
Analisa data lapangan diberikan skor sesuai dengan metode Scoring yang telah ditetapkan, data kemudian di analisis sesuai dengan kebutuhan evaluasi untuk mengetahui pengaruh perubahan pemahaman, pengetahuan dan sikap petani, kemudian data tersebut diolah untuk mengukur sejauh mana pengaruh PTT  jagung  terhadap petani jagung.
 Berdasarkan hasil rekapitulasi data pada lampiran 2 selanjutnya disajikan dalam tabel 1


Tabel.1. Renate Nilai Pemahaman, Pengetahuan dan Sikap Petani hasil Evaluasi PTT Jagung di Trans Koli Sp 1, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan
No
Uraian
Renate nilai
1.
Pemahaman
2,66
2.
Pengetahuan
2,76
3.
Sikap
2,74

Jumlah
8,16

Renate Total
2,72

1.      Pemahaman .
 Berdasarkan nilai renate yang diperoleh yaitu 2,66, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan demikian maka untuk aspek pemahaman pertani dalam PTT Jagung termasuk kategori baik.
2.      Pengetahuan
  Berdasarkan nilai renate yang diperoleh yaitu 2,76, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan demikian maka untuk aspek pengetahuan  pertani dalam PTT Jagung termasuk kategori baik.
3.      Sikap
Berdasarkan nilai renate yang diperoleh yaitu 2,74, maka nilai tabulasi > dari 2,6 dengan demikian maka untuk aspek sikap  pertani dalam PTT Jagung termasuk kategori baik.
4.      Penerapan Teknologi PTT Jagung
Penerapan teknologi menunjukkan bahwa tingkat pemahaman, pengetahuan, dan sikap petani dalam penerapan PTT Jagung termasuk kategori baik.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi  kegiatan ini adalah :
1.      Pemahaman  petani tentang  PTT  jagung sudah mencapai 2.66 sehingga   termasuk kategori pemahaman baik .
2.      Pengetahuan petani mengalami kenaikan sebesar 2,76 dan termasuk kategori memgetahui.
3.      Sikap petani mengalami kenaikan sebesar 2,76 dan termasuk kategori menyetujui.
4.      Hasil evaluasi menunjukkan bahwa tingkat penerapan PTT jagung sehingga tingkat penerapan  PTT sudah termasuk kategori baik.

Saran

1.      Pelaksanaan evaluasi perlu dilaksanakan karena sangat mendukung kegiatan dilapangan.
2.      Dengan pelaksanaan evaluasi maka kita dapat mengetahui tingkat keberhasilan para petani dalam melakasanakan kegiatan program PTT yang telah dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), ada beberapa tipe keputusan inovasi,
Menurut Departemen Pertanian (2010). Program penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arahan dan program 
Mardikanto, Totok.1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Menurut Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi (1987), saluran komunikasi yakni alat yang dipergunakan untuk menyebarkan suatu inovasi .
Menurut Rogers (1983), observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu   inovasi dapat dilihat oleh orang lain.
Menurut Slamet dalam Mardikanto dan Sutarni (1983),  Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adopsi
(Mardikanto, 1993). cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengetahuan, dan atau ketrampilannya
(Mardikanto dan Sutarni, 1983). metode maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya
Menurut Junaidi (2007), adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis
Menurut Lionberger (1960), langkah-langkah yang dilakukan seseorang untuk mengadopsi suatu ide atau gagasan baru
Menurut Rogers (1995), model proses pengambilan inovasi terdiri dari 5 langkah.
Priyatno Duwi. 2009. SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92.

Lampiran.
KUESIONER
 EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN
 DI TRANS KOLI SP 1, KECAMATAN OBA,
 KOTA TIDORE KEPULAUAN
 

Komoditi Jagung
Nama Responden                    :  ..................................................................
Umur                                       :  ..................................................................
Nama Kelompoktani               :  ..................................................................
Alamat                                    :  Kelurahan / Desa......................................
                                                   Kecamatan ...............................................
                                                   Kab/Kota...................................................
Tanggal Evaluasi                     :  ..................................................................
Enumerator / PPL                   :  M. Bakri Malagapi, S.Pt
 

Petunjuk :
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar.
No
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Skor
I
PEMAHAMAN


1.                     
 Apakah Bapak/Ibu sudah  memahami tekhnik pengolahan tanah dengan baik?
a.    Sangat memahami
b.   Memahami
c.    Cukup memahami
d.   Tidak memahami
4
3
2
1
2.                   
Apakah  Bapak/Ibu sudah memahami bahwa  pengolahan tanah  yang baik harus menggunakan alat bajak, traktor, pacul ?
a.  Sangat memahami
b.  Memahami
c.  Cukup memahami
d. Tidak memahami

3. 

Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa bentuk bedengan jagung yang baik itu guludan dicacah sampai halus?
a. Sangat memahami
b.  Memahami
c. Cukup memahami
d. Tidak memahami

4
Apakah Bapak/ Ibu memahami bahwa tinggi guludan bedengan Jagung yang baik itu 60 cm?
a. Sangat memahami
b.  Memahami
c. Cukup memahami
d. Tidak memahami

5

Apakah Bapak/ Ibu memahami bahwa lebar guludan bedengan Jagung yang baik itu 25 cm?
a.    Sangat memahami
b.  Memahami
c. Cukup memahami
d. Tidak memahami

6
Apakah Bapak/Ibu memahami bahwa panjang guludan bedengan Jagung yang baik itu disesuaikan dengan lahan usaha?
a. Sangat memahami
b. Memahami
c. Cukup memahami
d. Tidak memahami

 II
PENGETAHUAN


1


Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pengolahan tanah yang baik?

a.  Sangat tahu
b.  Tahu
c.  Cukup tahu
d. Tidak tahu
4
3
2
    1
2
Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan pengolahan tanah?
a. Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

3
Apakah Bapak/Ibu mengetahui kelebihan pengolahan tanah?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

4
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara membuat bedengan Jagung yang baik ?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

5
Apakah Bapak/Ibu mengetahui alat yang baik digunakan untuk melakukan pembuatan guludan Jagung ?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

6
Apakah Bapak/Ibu mengetahui tinggi guludan yang baik pada Jagung?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

7
Apakah Bapak/Ibu mengetahui lebar guludan yang baik pada Jagung?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu


8
Apakah Bapak/Ibu mengetahui maksud dan tujuan guludan tanah dibiarkan selama 15 hari sampai kena panas dan hujan?
a.Sangat tahu
b. Tahu
c. Cukup tahu
d. Tidak tahu

III
S I K A P


1
Apakah Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah untuk Jagung dilakukan 2x
a.    Sangat setuju
b.   Setuju
c.    Cukup setuju
d.   Tidak setuju
4
3
2
    1
2
Apakah Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah menggunakan alat manual ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

3
Apakah Bapak/Ibu setuju jika pengolahan tanah menggunakan alat mesin ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

4
Apakah Bapak/Ibu setuju jika  guludan tanah dibiarkan selama 15 hari sampai kena panas dan hujan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

5
Apakah Bapak/Ibu setuju jika  pemupukan dilakukan tepat waktu ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

6
Apakah Bapak/Ibu  setuju jika  menggunakan benih jagung hibrida ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

7
Apakah Bapak/Ibu setuju jika menggunakan pupuk kandang ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d.  Tidak setuju



Tidak ada komentar:

Posting Komentar