Sabtu, 07 September 2019

PROPOSAL EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN Oleh Darwin Rauf, S.ST



PROPOSAL EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN
Oleh Darwin Rauf, S.ST

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian Evaluasi menurut Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001), mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan. Proses ini meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut; merumuskan tujuan, mengidentifikasi kriteria yang cocok untuk mengukur keberhasilan dan untuk menentukan dan menjelaskan tingkat keberhasilan.
Sedangkan Frutchey (1973) dalam Mardikanto (2008), menjelaskan pengertian evaluasi adalah kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari. Dalam semua kegiatan evaluasi terdapat tiga unsur,yaitu sebagai berikut :
1)      Observasi (pengamatan)
2)      Membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
3)      Membuat kesimpulan atau pengambilan keputusan
Menurut PUSLUH DEPTAN (1995) evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas, efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996) evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana programa tujuan programa penyuluhan pertanian disuatu wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap programa penyuluhan yang dilakukan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan  seberapa jauh suatu hal itu berharga, bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi  ada dua unsur  utama yaitu menilai dan mengukur (Thomas,2005).
Evaluasi Dampak penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah
dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah   yang bersangkutan.
Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1)      Evaluasi harus berdasarkan fakta
2)      Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau programa penyuluhan
3)      Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari programa penyuluhan bersangkutan
4)      Evaluasi penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda, untuk  mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5)      Evaluasi penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif.
6)      Evaluasi penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan yang digunakan.
7)      valuasi perlu di pertimbangkan dengan teliti
8)      Evaluasi harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran
Kegiatan penyuluhan pertanian dipengaruhi oleh 2 faktor,yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Pengembangan sumberdaya manusia sangat ditentukan oleh faktor internal dan faktor ekternal. Faktor-faktor tersebut akan menyebabkan perbedaan antara rencana yang akan dicapai dengan hasil sangat nyata, sesuai kondisi yang mempengaruhinya.Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan penyuluhan berdasarkan parameter tertentu yang disusun secara sistimatis dalam bentuk suatu kajian. Parameter tersebut meliputi :
1)      Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
2)      Efektifitas alat bantu dan metode penyuluhan pertanian
3)      Ketepatan materi penyuluhan pertanian.
4)      Penyelenggaraan penyuluhan pertanian
Kegunaan dari evaluasi ini adalah untuk memberikan informasi tentang efektifitas pelaksanaan dan metode penyuluhan pertanian  kepada petani, sehingga dapat menjadi acuan dan perbaikan dalam penentuan kebijakan di masa yang akan datang, Evaluasi yang dilakukan dilakukan pada tiga aspek yaitu: Evaluasi input yang mencakup Ketepatan kelompok sasaran, kegiatan penyuluhan pertanian.. Evalusi yang ke dua  adalah Evaluasi Dampak yang terdiri dari dampak langsung dan dampak tidak langsung. Pada dampak langsung mencakup penguatan modal, penerapan tekhnologi (pupuk dan bibit), pendapatan petani, air irigasi, kegiatan penyuluhan, pengembangan usaha, perilaku kolektif, dan ketersediaan kredit. Sedangkan pada dampak tidak langsung mencakup mekanisme pemasaran, surplus pangan, dan kemitraan usaha.
Adapun beberapa hal yang ditemukan dalam evaluasi yang dilakukan, secara umum dapat digambarkan bahwa dengan sebuah input yang baik akan menimbulkan dampak yang positif. Pemilihan kelompok sangat penting dalam menentukan keberhasilan programa ini, karena kelompok tani adalah instrumen utama yang melaksanakan programa ini. Kelompok tani yang tepat dengan manajemen yang teratur dan tenaga pemberdaya yang bekerja dengan baik akan memiliki dampak yang baik dalam pelaksanaan programa. Proses pengelolaan dana pada saat dana mulai masuk di rekening kelompok, baik penggunaan maupun perputaran dana yang dilakukan juga sangat berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan nantinya
1.2. Masalah
Evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di wilayah Binaan Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan diperlukan untuk menelaah setiap hasil kegiatan yang tercantum dalam Programa Penyuluhan Pertanian  Tahun 2019. Meskipun secara umum kegiatan pernyuluhan pertanian memberikan dampak yang baik ,tetapi masih belum tercapai secara optimal. Khusunya untuk metode penyuluhan pertanian temu karya, temu usaha dan sekolah lapang
1.3. Tujuan
Tujuan Evaluasi Dampak Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di wilayah Kelurahan Mareku Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan  Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui dampak  pelaksanaan metode, alat bantu, penyelenggaraan dan perubahan perilaku sasaran.
2)      Mengurangi resiko kegagalan kegiatan tahun berikutnya.
3)      Mengetahui mutu Programa penyulah yang telah dilaksanakan.
4)      Mengembangkan rasa tanggungjawab penyuluh pertanian.
5)      Memuat kerangka pedoman atau tindakan untuk memecahkan masalah yang menyebabkan kegagalan kegiatan penyuluhan pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Tinjauan PustakaPenyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka (Sastraadmadja, 1993). Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku (behavior) petani dan anggota keluarganya yaitu mengubah pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilannya. Perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilani ini akan merupakan “pintu gerbang” terjadinya penghayatan (Characterization, habitually) dan penerapan (adopsi) dari inovasi (pembaharuan) pertanian yang disuluhkan atau yang menjadi misinya. Tanpa terjadi perubahan perilaku ini tidak akan terjadi proses penghayatan atau penerapan dalam diri petani dan anggota keluarganya. Adapun misi atau pesan penyuluh pertanian adalah bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) (Padmowiharjdjo. S, 2001).
Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun organisasi. Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal. Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai, perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien. Untuk mengubah sikap, pendekatan kelompok dapat memberikan motivasi yang kuat bagi para petani untuk melaksanakan suatu inovasi, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan akan lebih efektif (Mardikanto, 1993). Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting karena itu penyuluh menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain secara terperinci dan spesifik, yang menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut :

1)      Masalah yang dihadapi?
2)      Siapa yang akan disuluh?
3)      Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan?
4)      Apa pendekatan yang dipakai?
5)      Metode atau saluran apa yang dipakai?
6)      Sistem evaluasi apa yang ada di dalam rencana keseluruhan kegiatan yang dimaksud? (Nasution. Z, 1990).
Penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20 di masa penjajahan. Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandadi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek-praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknolog-teknologi yang lebih maju dilain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Margono. S, 2003).
Secara umum, peran penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai sasaran penyuluhan itu dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan. Akan tetapi, dalam pengembangannya, peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan iinovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhannya, akan tetapi, ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik (Mardikanto. T, 1993). Dengan adanya jalinan keterkaitan antara penyuluh pertanian dengan petani maka pada suatu saat nanti didalam menghadapi masala-masalah penyuluhan tidak tergantung kepada programa dari pemerintah semata-mata tetapi merupakan kemandirian petani itu sendiri. Dengan adanya suatu programa yang direncanakan oleh petani dan terjaminnya dukungan operasional dari aparatur-aparatur penyuluhan pertanian, penyediaan sarana produksi, pemasaran, pengolahan hasil, permodalan maka dengan demikian produktivitas usaha tani terus menerus meningkat dan permintaan pasar terpenuhi dengan kata lain mampu memanfaatkan setiap peluang ekonomi yang melintas dihadapannya (Suryadi. A, 1995). Ada tiga model penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk lesson learned yang pernah dilaksanakan di indonesia yaitu sebagai berikut:
1)      stem kerja LAKUSUSI (Latihan Kunjungan dan Supervisi)
2)      sekolah Lapangan, dan
3)      FMA (Farmers Manage Activities)
Ada berbagai masalah penyuluhan pertanian yang kita jumpai sampai saat ini yaitu adalah:
1)      Kelembagaan
2)      Ketenagaan
3)      Kompetisi Penyuluhan
4)      Kesadaran penyuluh terhadap perubahan budaya petani
5)      Kebiasaan (habit) penyuluh
6)      Penyusunan Programa
7)      Sarana
8)      Sikap petani
9)      Kepemimpinan petani
10)  Kelembagaan petani
11)   Pembiayaan
12)  Intensitas kegiatan
13)  Perubahan keterkaitan penelitian dan penyuluhan
14)  Inovasi
15)  Kerjasama SDM
(Soedijanto, 2004). Programa penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada di daerah tersebut (sistem bottom up). Pemerintah harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat lalu kemudian menentukan programa apa yang cocok dilakukan di daerah tersebut. Untuk mengetahui keberhasilan programa penyuluhan, maka diperlukan penelitian secara ilmiah. Ada beberapa kegunaan evaluasi dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu sebagai berikut:
1.      Kegunaan bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri, yakni:
a.       Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang telah dicapai.
b.      Untuk mencari bukti apakah sekuruh kegiatan telah dilaksanakan seperti yang direncanakan.
c.       Untuk mengetahui segala masalah yang muncul/dijumpai yang berkaitan dengan tujuan yang diinginkan
d.      Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi sistem kerja dan metoda-metoda penyuluhan yang telah dilaksanakan.
e.       Untuk menarik simpati aparat dan warga masyarakat bahwa programa tersebut memang mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga diharapkan mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan berikutnya.
2.      Kegunaan bagi aparat penyuluhan, yakni meliputi:
a.       Penyuluh merasa diperhatikan dan tidak dilupakan, sehingga memberikan kepuasan psikologis yang akan mendorong aktivitas penyuluhannya di masa mendatang.
b.      Melalui evaluasi, seringkali juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap aktivitas atau mutu kegiatan penyuluhan itu sendiri, sehingga berpengaruh dalam menentukan masa depan bagi pengenbangan karier penyuluh yang bersangkutan.
c.       Dengan adanya evaluasi maka penyuluh akan selalu mawas diri dan berusaha agar kegiatannya berjalan dengan baik sehingga membiasak diri untuk selalu rajin, tekun dan bertanggung jawab.
3.      Kegunaan bagi pelaksana evaluasi, yakni meliputi:
a.       Kebiasaan untuk mengemukakan pendapat berdasarkan data atau fakta dan bukan didasarkan kepada asumsi atau praduga semata.
b.      Kebiasaan bekerja sistematis, sesuai dengan prosedur dan pedoman yang telah ditetapkan.
c.       Memperolah peningkatan pengetahuan dan keterampilan. (Mardikanto.T,). 1993
Programa adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Programa dapat dihasilkan melalui proses perencanaan programa yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih kriteria yang terbaik dalam mencapai tujuan. Rencana kerja adalah pernyataan tertulis yang memuat secara lengkap tentang apa, mengapa, bagiamana, siapa, bilamana, dimana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. (Mardikanto dan Sutarni, 1990). Efektifitas suatu programa penyuluhan pertanian harus memenuhi beberapa persyaratan, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Peyuluhan pertanian haruslah diberikan di tempat petani berada.
b.      Materi penyuluhan bersifat khusus sesuai dengan perhatian dan kebutuhan petani, contohnya adalah bagaimana menaikkan produksi, bagaimana memperbesar selisih antara biaya dan penerimaan, bagaimana meningkatkan taraf hidup keluarganya dan sebagainya.
c.       Mempertimbangkan kenyataan bahwa petani adalah orang dewasa, sehingga penyuluhan pertanian harus menggunakan metode yang khusus untuk orang dewasa.
d.      Setiap teknologi baru yang disampaikan haruslah memungkinkan secara teknis untuk dilakukan didalam usaha taninya dan secara ekonomi layak untuk diterapkan serta secara sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat (Sinar Tani, 2001).
Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh evaluator melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai perencanaan, pelaksanaan dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan untuk pengembangan selanjutnya. Tujuan evaluasi pertanian adalah untuk menentukan arah penyempuranaan kegiatan penyuluhan, memberikan gambaran kemajuan pencapaian tujuan, perbaikan programa dan rencana kerja, mengukur efektifitas metode penyuluhan yang digunakan. Bagian-bagian programa dan rencana kerja yang dapat dievaluasi yaitu :
a.       Penetapan Programa yang meliputi pengumpulan data situasi, perumusan kebutuhan, perumusan masalah, perumusan tujuan, penetapan prioritas alternatif pencapaian tujuan dan partisipasi petani/kontak tani.
b.      Pelaksanaan Programa yaitu meliputi metode dan proses belajar-mengajar, proses pembinaan sasaran, informasi dan rekMarekundasi yang diberikan penyuluh, proses dan kualitas pelaporan serta respon dan partisipasi sasaran penyuluhan.
c.       Hasil Programa yang meliputi kualitas perubahan perilaku yang diharapkan, yakni: pengetahuan, keterampilan, sikap, penerapan inovasi, dan peningkatan kesejahteraan petani. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data evaluasi adalah wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur untuk data kuantitatif dan atau menggunakan kuesioner terbuka untuk data kualitatif, angket (diisi oleh petani sendiri), observasi (pengamatan langsung) untuk mengukur pembentukan kebiasaan atau keterampilan (Ban dan Hawkins, 1999).
Evaluasi dan penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menentukan apakah programa telah mencapai sasarannya, dan apakah sasaran tersebut dapat dicapai lebih efektif dengan menggunakan cara lain. Hal ini memungkinkan semua yang terlibat dalam programa penyuluhan dapat berjalan lebih efektif dari pengalaman dengan melakukan pengamatan yang sistematis serta analisis terhadap pengalamannya (Ban dan Hawkins, 1999). Sesungguhnya yang menjadi titik berat dalam kegiatan evaluasi adalah mengetahui apakah jenis kegiatan penyuluhan telah memberi perubahan baru yang positif pada pengelolaan usaha tani atau tidak perubahan yang positif dalam pengelolaan usaha tani meliputi perubahan yang mengarah ke arah perbaikan cara bercocok tanam, cara pemungutan hasil, termasuk perubahan sarana pertanian yang telah atau sedang dipakai oleh petani (Kartasapoetra, 1994). Menurt Stephen Isaac dan William B. Michael seperti yang dikutip oleh Lababa (2008), model-model evaluasi dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu :
1.      Goal Oriented Evaluation
Dalam model ini, seorang evaluator secara terus-menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta programa serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah programa. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang ada kesenjangan ( Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.
2.      Decision Oriented Evaluationram.
Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan programa. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product.
3.      Transactional Evaluation
Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah programa dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam programa tersebut.
4.      Evaluation Research
Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait engan strategi instruksional.
5.      Goal Free Evaluation
Model yang dikembangkan oleh Micheal Scriven ini yakni Goal Free Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan programa sebagaimana model Goal Oriented Evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan programa, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi salama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
6.      Adversary Evaluation
Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Dalam prakteknya, model adversary terdiri atas empat tahapan yaitu :
a.       Mengungkapkan rentangan isu yang luas dengan cara melakukan survey berbagai kelompok yang terlibat dalam satu programa untuk menentukan kepercayaan itu sebagai isu yang relevan.   
b.      Mengurangi jumlah isu yang dapat diukur
c.       Membentuk dua tim evaluasi yang berlawanan dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk berargumen.
d.      Melakukan sebuah dengar pendapat yang formal. Tim evaluasi ini kemudian mengemukakan argumen-argumen dan bukti sebelum mengambil keputusan.
Salah satu contoh Model Evaluasi Decision Oriented Evaluation adalah Model CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model ini melihat kepada empat dimensi yaitu Dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses, dan dimensi Produk. Keuniakan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah programa. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan programa atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan(ideality). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu programa yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu programa. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan programa secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu programa. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi programa, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat untuk membimbing pemilihan strategi programa dalam menspesifikasikan rancangan prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana programa yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktek implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalah prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tidak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau programa ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan.
Tujuan utama evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders, yaitu :
1.      Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan
2.      Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan
3.      Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi dilaksanakan Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcMarekus dalam hubungannya dengan konteks, input, proses kemudian diinterpretasikan harga dan jasa yang diberikan. Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Secara garis besar, kegiatan evaluasi produk meliputi kegiatan penetapan tujuan operasional programa, kriteria-kriteria pengukuran yang telah dicapai, membandingkannya antara kenyataan lapangan dengan rumusan tujuan, dan menyusun penafsiran secara rasional.
4.      Analisis produk ini diperlukan pembanding antara tujuan, yang ditetapkan dalam rancangan dengan hasil programa yang dicapai. Hasil yang dinilai berupa skor tes, presentase, data observasi, diagram data, sosiMarekutri dll, yang dapat ditelesuri kaitannya dengan tujuan-tujuan yang lebih rinci. Selanjutnya dilakukan analisis kualitatif tentang mengapa hasilnya seperti itu. Keputusan-keputusan yang diambil dari penilaian-penilaian implementasi pada setiap tahapan evaluasi programa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu rendah, moderat dan tinggi. Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan.
Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu:
a.       Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu membantu merencanakan pilihan  keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan programa.
b.      Evaluasi masukan (input) untuk keputusan strukturiasi yaitu menolong mengatur keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.              
c.       Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu keputusan sampai sejauh mana programa telah dilaksanakan.
d.      Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.   (Isaac and Michael, 1981).

KERANGKA PEMIKIRAN

Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah melakukan perubahan pada petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap serta prilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial ekonomi diantaranya berusaha tani yang lebih baik (better farming), usaha tani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), masyarakat tani yang lebih sejahtera (better community) dan lingkungan yang lebih mendukung (better environment). Programa penyuluhan pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan petani, karena petani memiliki gambaran mengenai programa yang mereka inginkan disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka (sistem bottom up). Programa penyuluhan pertanian juga dibuat dengan melihat potensi desa ada. Petani tergabung dalam kelompok tani yang merupakan suatu kelembagaan yang dibentuk berdasarkan kepentingan dan kesepakatan bersama guna mencapai tujuan bersama. Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya di lapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang dijadikan pedoman inilah yang selanjutnya disebut dengan programa penyuluhan pertanian. Dalam pelaksanaan programa penyuluhan pertanian terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL sendiri sehingga diperlukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani maupun PPL tersebut. Untuk melihat apakah sebuah programa yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi dampak terhadap suatu programa tersebut.
Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah programa tersebut perlu penambahan, sehingga programa yang disusun selanjutnya benar-benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah programa penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya.

BAB III.
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan Evaluasi dampak penyuluhan pertanian akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari bulan Januari  s.d Maret 2019 di Wilayah binaan Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan.
3.2. Sasaran
Sasaran kegiatan evaluasi dampak adalah petani/anggota kelompoktani yang telah mengikuti kegiatan  penyuluhan di Wilayah binaan Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan.
3.3. Metode
Metode yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah menggunakan metode survei dengan menggunakan tanya jawab dengan panduan kuisioner yang terdapat pada lampiran 1.
3.4. Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi Petani Responden adalah yang sudah mengikuti  kegiatan Penyuluhan Pertanian  sebanyak  80 orang. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah  sampel  yang diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi tentang Penyuluhan Pertanian yang diperlukan bagi peneliti.
Lokasi pengambilan sampel adalah Kelompok tani yang ada di Wilayah binaan Kelurahan Mareku, Kecamatan Tidore Utara. Kelompok tani yang diambil sampel adalah kelompok tani sebanyak 8 kelompok tani masing-masing sebanyak 10 orang/responden sehingga total 80 orang.Sampel evaluasi berasal dari ;
  1. Pengurus kelompoktani dengan alasan  bahwa; Pengurus kelompoktani aktivitas kegiatan usahatani jagungnya lebih tinggi dan pernah mengikuti Penyuluhan Pertanian.
  2. Pengurus kelompoktani bersifat terbuka terhadap suatu inovasi,
  3. Pengurus kelompoktani memiliki rasa tanggungjawab  yang besar atas suatu kegiatan, dan
  4. Pengurus kelompoktani merupakan pemimpin (key leader) bagi anggotanya.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
         Sumber data yang diambil dalam  kegiatan  Evaluasi dampak ini adalah ;
1. Data Primer ,
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara  dan hasil dari pengisian  kuesioner.
2. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari  Kantor Kelurahan Mareku, data BPP Kecamatan Tidore Utara. Teknik pengumpulan data primer pada kegiatan Evaluasi ini menggunakan metode Wawancara semi berstruktur. Wawancara semi berstruktur yang merupakan suatu teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam kajian ini.Bentuknya berupa pertanyaan kepada responden secara langsung dan berhadapan. Wawancara dilakukan kepada responden yaitu :
1)   Wawancara dan diskusi langsung kepada Kepala Balai Penyuluhan Pertanian   ( BPP )
2)   Wawancara dengan aparat Kelurahan/Desa dan anggota masyarakat 
3)   Wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner sebagai pengarah untuk mengumpulkan data.
4)   Kuesioner bentuknya berupa pertanyaankepada responden secara langsung dan berhadapan.
5)   Observasi. Teknik ini dilakukan secara langsung berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap objek evaluasi yaitu lahan petani
Cara Pengumpulan data sekunder untuk kegiatan Evaluasi dampak ini  dengan meminta data yang dibutuhkan ke BPP untuk :
1. Pengetahuan.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana  tingkat pengetahuan petani tentang penerapan penyuluhan pertanian
2. Sikap
Untuk mengetahui sampai sejauh mana  sikap petani tentang penerapan penyuluhan pertanian
3. Keterampilan
Untuk mengetahui sampai sejauh mana  keterampilan petani terhadap penerapan penyuluhan pertanian
3.6. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis tahap satu adalah menguji validitas dan reabilitas dengan SPSS dan Excel, sedangkan analisis selanjutnya adalah analisis data hasil evaluasi.
Analisis dan Interpretasi data yang digunakan pada kegiatan  Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan hasil  banyak data dari variabel kinerja petani / Kelompoktani.  Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan analisis tabulasi yaitu dengan menghitung jumlah, nilai rata-rata dan presentase setiap variabel pertanyaan. Tabulasi dilakukan menggunakan program Excel.
Kriteria yang digunakan adalah sbb:
A. Perubahan Pengetahuan, Sikap dan KetrampilanPengetahuan
a.         Penerapan tinggi
b.         Penerapan sedang
c.         Penerapan rendah
B. Efektifitas Alat Bantu dan Metode Penyuluhan Pertanian
a.         Penerapan tinggi
b.         Penerapan sedang
c.         Penerapan rendah
C. Ketepatan Materi Penyuluhan Pertanian
a.         Penerapan tinggi
b.         Penerapan sedang
c.         Penerapan rendah
D.Penyelenggaraan Penyuluhan
a.         Penerapan tinggi
b.         Penerapan sedang
c.         Penerapan rendah
3.7. Instrument yang di gunakan
Instrument atau alat ukur yang digunakan dalam melaksanakan Evaluasi dampak ini adalah berupa Kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan penyuluhan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan pengatahuan sikap dan keterampilan petani dalam menerapkan tekhnologi dalam usaha taninya menjabarkan indikator-indikator yang di Evaluasi  menjadi komponen yang akan dijadikan butir-butir pertanyaan. Butir-butir pertanyaan akan disusun dalam instrument berupa kuisioner.
3.8. Parameter yang digunakan
Parameter yang digunakan pada evaluasi dampak ini adalah menggunakan skala likret untuk mengukur pengetahuan sikap dan keterampilan  tentang inovasi petani dengan memberi sekor / nilai 1-4, dimana ,Nilai 4 Sangat Mengetahui, Sangat Tahu, Sangat Setuju .Nilai 3 Mengetahui, Tahu, Setuju. Nilai 2. Cukup Mengetahui, Cukup Tahu, Cukup Setuju. Nilai 1 Tidak Mengetahui, Tidak Tahu, Tidak Setuju

 DAFTAR PUSTAKA

Frutchey (1973) dalam Mardikanto (2008), Tentang pengertian evaluasi adalah kegiatan lumrah yang biasa kita lakukan sehari-hari
PUSLUH DEPTAN (1995) Tentang Evaluasi kegiatan Penyuluhan Pertanian
Padmowihardjo (1996)Tentang  evaluasi penyuluhan pertanian adalahsebuah proses sistematis
Padmowiharjdjo. S, (2001).Tentang misi atau pesan penyuluh pertanian
Raudabaugh dalam Yayasan Pengembangan Sinar Tani (2001), Tentang Pengertian Evaluasi sebagai suatu proses
Sastraadmadja, (1993). Tentang Tujuan penyuluhan pertanian
Soedijanto, (2004). Tentang Programa penyuluhan yang baik sebaiknya dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat
Thomas,(2005). Menilai dan mengukur  Tentang Evaluasi Dampak penyuluhan pertanian

Lampiran 1.

KUESIONER
 EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN
DI WILAYAH BINAAN KELURAHAN MAREKU
KECAMATAN TIDORE UTARA
 

Nama Responden                    :  ..................................................................
Umur                                       :  ..................................................................
Nama Kelompoktani               :  ..................................................................
Alamat                                                :  Kelurahan .........................................................
                                                   Kecamatan ...............................................
                                                   Kab/Kota...................................................
Tanggal Evaluasi                     :  ..................................................................
 

Petunjuk :
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling benar.
No
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Skor
I
PENGETAHUAN



1
Apakah Bapak/Ibu sudah  Mengetahui tekhnik tanam jajar legowo dengan baik?
a.    Sangat mengetahui
b.   Mengetahui
c.    Cukup Mengetahui
d.   Tidak Mengetahui
4
3
2
1
2
Apakah  Bapak/Ibu sudah Mengetahui budidaya padi hibrida ?
a.  Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c.  Cukup Mengetahui
d.  Tidak Mengetahui

3

Apakah Bapak/Ibu Mengetahui penggunaan pestisida organik?
a. Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

4
Apakah Bapak/ Ibu Mengetahui tekhnik penerapan PHT dalam budidaya cabe merah?
a. Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

5

Apakah Bapak/ Ibu Mengetahui penggunaan pupuk organik/ bokasih?
a.    Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

6
Apakah Bapak/Ibu Mengetahui cara pengolahan hasil pertanian oleh KWT?
a. Sangat Mengetahui
b. Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui









7


Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa?

a. Sangat mengetahui
b.Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d.Tidak Mengetahui
4
3
2
    1
8
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara penanaman empon-empon dilahan pekarangan?
a. Sangat Mengetahui
b.Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d.Tidak Mengetahui

9
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara penanaman rumput gaja jenis unggul?
a. Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

10
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan fermentasi jerami ?
a. Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

11
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan urea molase block (UMB)?
a. Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

12
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing?
a. Sangat Mengetahui
b. Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui

13
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan kolam ikan dipekarangan?
a.    Sangat mengetahui
b.    Mengetahui
c.    Cukup Mengetahui
d.    Tidak Mengetahui


14
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan?
a.     Sangat Mengetahui
b.     Mengetahui
c.     Cukup Mengetahui
d.     Tidak Mengetahui

15
Apakah Bapak/Ibu mengetahui cara pembuatan Lumbung Desa ?
a.Sangat Mengetahui
b.  Mengetahui
c. Cukup Mengetahui
d. Tidak Mengetahui



II
S I K A P


1
Apakah Bapak/Ibu Setuju menggunakan tekhnik tanam jajar legowo?
a.    Sangat setuju
b.   Setuju
c.    Cukup setuju
d.   Tidak setuju
4
3
2
    1
2
Apakah  Bapak/Ibu Setuju dengan adanya budidaya padi hibrida ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

3
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan penggunaan pestisida organik?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

4
Apakah Bapak/ Ibu Setuju dengan tekhnik penerapan PHT dalam budidaya cabe merah?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

5
Apakah Bapak/ Ibu Setuju dengan  penggunaan pupuk organik/ bokasih?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

6
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan  pengolahan hasil pertanian oleh KWT?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

7
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa?

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d.  Tidak setuju

8
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan penanaman empon-empon dilahan pekarangan?
a.     Sangat setuju
b.     Setuju
c.     Cukup setuju
d.     Tidak setuju

9
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan penanaman rumput gaja jenis unggul?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

 10
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pembuatan fermentasi jerami ?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

11
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pembuatan urea molase block (UMB)?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

12
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

13
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pembuatan kolam ikan dipekarangan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

14
Apakah Bapak/Ibu setuju dengan pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan?
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Cukup setuju
d. Tidak setuju

15
Apakah Bapak/Ibu Setuju dengan pembuatan Lumbung Desa ?
a. Sangat setuju
b.Setuju
c. Cukup setuju
d.Tidak setuju



III
KETERAMPILAN


1
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam menggunakan tekhnik tanam jajar legowo?
a. Sangat terampil
b.Terampil
c. Cukup terampil
d.Tidak terampil
4
3
2
    1
2
Apakah  Bapak/Ibu Terampil dalam budidaya padi hibrida ?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

3
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam penggunaan pestisida organik?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

4
Apakah Bapak/ Ibu Terampil dalam tekhnik penerapan PHT dalam budidaya cabe merah?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

5
Apakah Bapak/ Ibu Terampil dalam penggunaan pupuk organik/ bokasih?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

6
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pengolahan hasil pertanian oleh KWT?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

7
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pengendalian hama wangwung pada tanaman kelapa?

a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d.  Tidak terampil

8
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam penanaman empon-empon dilahan pekarangan?
a. Sangat terampil
b.Terampil
c. Cukup Terampil
d.Tidak setuju

9
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam penanaman rumput gaja jenis unggul?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

 10
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pembuatan fermentasi jerami ?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

11
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pembuatan urea molase block (UMB)?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

12
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pembuatan kandang panggung untuk ternak kambing?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

13
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pembuatan kolam ikan dipekarangan?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

14
Apakah Bapak/Ibu Terampildengan pembuatan AD/ART Poktan/Gapoktan?
a. Sangat terampil
b. Terampil
c. Cukup terampil
d. Tidak terampil

15
Apakah Bapak/Ibu Terampil dalam pembuatan Lumbung Desa ?
e. Sangat terampil
f. Terampil
g. Cukup terampil
h.Tidak terampil













Tidak ada komentar:

Posting Komentar