LAPORAN
PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG
DI
KELURAHAN FOBAHARU, KECAMATAN TIDORE UTARA
Oleh
Darwin Rauf, S.ST
PENDAHULUAN
Latar balakang
Pendampingan
merupakan sesuatu aspek penting dalam mensukseskan program srategis Kementrian
Pertanian yaitu Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).Pendampingan
yang bersinergi, terkoordinir, terfokus, dan terukur sangat di harapkan oleh
semua pihak dalam mengakselarasi pencapaian sasaran yang telah di tetapkan.
Balai Penyuluhan
Pertanian ( BPP ) Kecamatan Tidore Utara dalam pelaksanaan tupoksinya
berkoordinasi dengan stakeholders di Pemerintahan
Daerah Provinsi, Kabupaten/kota untuk menjadi penggerak pembangunan pertaniaan
dan pusat informasi teknologi spesifik lokasi. Disamping itu, Balai Penyuluhan
Pertanian ( BPP ) juga di tuntut untuk memfasilitasi inovasi teknologi
pertaniaan spesifik lokasi sebagai pendorong pembangunan pertanian.
Permasalahan
utama dari sektor tanaman pangan khususnya jagung adalah adanya kesenjangan
produktifitas di tingkat petani yang cukup besar. Produktifitas jagung masih
relatif rendah sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 6,5 ton per hektar
untuk jagung. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan farietas unggul yang
berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat di tinggkat petani masih relative
rendah (sekitar %), penggunaan pupuk yang belum rasional dan efisien,
penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih
belum diadopsi secara baik. Upaya dan strategi untuk meningkatkan produktifitas
dan produksi mutlak di perlukan melalui inplementasi inovasi teknologi.
Pendampingan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ) merupakan salah satu cara untuk
mengenalkan inovasi pertaniaan spesifik lokasi secara partisipatif kepada
masyarakat tani. Melalui kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) diharapkan terjadi perbaikan
pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi
teknologi dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha
taninya. Pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) )
di laksanakan di Kelurahan Fobaharu adalah Budidaya jagung.
Dukungan
pendampingan Penulis untuk akselerasi adopsi PTT dalam program Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) diantaraya adalah bibitjagung.
Pendampingan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) , Demfarm, dan penyediaan materi
penyuluhan. Pendampingan oleh Penulis dikoordinasikan dan disinergikan dengan
penyelenggaraan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dan Demfarm dilokasi Lahan Usaha tani Kelompoktani
Garakinyinga.
Tujuan
1.
Mendampingi
60% pelaksanaan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Budidaya
jagung di Kelurahan Fobaharu.
2. Meningkatkan kapasitas SDM petani, dan penyuluh.
3. Mempercepat adopsi dan difusi komponen
teknologi PTT Tanaman jagungdi Kelurahan Fobaharu.
4. Mengevaluasi penerapan komponen
teknologi dengan sumber data dari petani dan stakeholders lainnya.
5. Meningkatkan produktifitas dan
pendapatan petani jagung15%.
Keluaran
1.
Terdampinginya
60% pelaksanaan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Budidaya
jagung Hybryda di Kelurahan Fobaharu melalui berbagai kegiatan pendampingan.
2. Meningkatnya pendapatan SDM petani
dan pelaksana Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) .
3. Terselerasinya adopsi dan difusi
komponen teknologi tanaman jagung.
4. Dievaluasinya kinerja teknologi PTT
tanaman pangan melalui penyuluh jurusan penyuuhan pertanian, perkebunan, petani
dan stakeholders lainnya.
5.
Meningkatnya
produktifitas dan pendapatan petani jagung 15%.
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan
tanaman yang digemari di Kelurahan Fobaharu untuk dapat dikembangkan
produksinya.subsektor tanaman pangan dan berperan penting terhadap pencapaian
tanaman pangan. Jagung juga memberikan kontribusi besar terhadap hasil
pendapatan daerah Kota Tidore Kepulauan.
Senjang hasil
antara hasil penelitian dengan hasil real di tingkat petani sangat tinggi yaitu
lebih dari 40% hasil pengkajian menunjukan bahwa produktifitas jagung di Kelurahan
Fobaharu dapat mencapai 1,5 ton per hektar.
Salah satu cara
untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik
lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu. PTT
adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi
dan pendapatan petani melalui perakitan komponen sacara partisipatif bersama
petani.Dengan pendekatan ini di harapkan selain produsi jagung naik, biaya
produksi optimal, prodiknya berdaya saing dan lingkungan tetap terpelihara
sehingga bisa berkelanjutan.
Inovasi
teknologi berpeluang untuk di adopsi oleh petani apabila teknologi yang
diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Bermanfaat
bagi petani secara nyata
2. Lebih unggul dibandingkan dengan
teknilogi yang telah ada
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan
tenaga untuk mengadopsi teknologi tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan
ekonomi
5.
Meningkatkan
efisiensi dalam berproduksi.
Dari
sisi petaninya sendiri mereka juga memprtimbangkan beberapa faktor sebelum
mengadopsi teknologi. Factor-faktor yang di pertimbangkan olah petani
diantaranya adalah :
1.
Ketersediaan
pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak serta keuntungan yang baik.
2. Kepastian di perolehnya hasil panen
dengan resiko kegagalan yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi
petani
4. Petani mampu menyediakan modal untuk
mengadopsi teknologi
5.
Memberikan
niali tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Dalam proses
adopsi inovasi teknologi kepada pengguna akan mengalami proses dan tahapan
yaitu:
1.
Kesadaran,
2. Tumbuhnya minat,
3.
Evaluasi,
mencoba, dan adopsi.
Pada dasarnya
pendampingan merupakan bagian dari kegiatan di seminasi. Diseminasi teknologi
merupakan proses timbal balik, para pelaku menyediakan, menerima informasi dan
teknologi sehingga diperoleh kesepahaman dan kesepakatan bersama.
PTT dilaksanakan
berdasarkan 5 prinsip utama yaitu :
1.
Partisipatif.
Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta
meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran dilapangan.
2. Spesifik lokasi. Memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani
setempat.
3. Sumberdaya tanaman, tanah dan air
dikelolah dengan baik secara terpadu.
4. Sinergis atau serasi. Pemanfaatan
teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang
saling mendukung.
5.
Dinamis.
Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK
serta kondisi sosial ekonomi setempat.
Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah bentuk sekolah yang seluruh proses
belajar mengajarnya dilakukan di lapangan yang berdekatan dengan lahan belajar,
tidak terikat ruang kelas. Sekolah lapangan menjadi tempat pendidikan nonformal
bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam
mengenali potensi, penyusunan rencana usaha tani, mengatasi permasalahan. Melalui
Sekolah Lapang ( SL ) petani diharapkan mampu mengambil keputusan untuk
menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumber daya setempat secara
sinergis dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian, usaha taninya lebih
efisien, produktifitas tinggi dan berkelanjutan. Pendekatan Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan
keputusan para petani kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi
dan pengalaman lapangan, pembinaan menajemen kelompok serta sebagai percontohan
bagi kawasan lainnya.
Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) merupakan salah satu cara untuk mengenalkan
inovasi tenologi spesifik lokasi secara pertisipatif kepada masyarakat tani.
Melalui kegiatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani
dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar
untuk meningkatkan produktifitas, produksi dan pendapatan usaha taninya.
Dalam
pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) terdapat dua
komponen teknologi yaitu komponen dasar dan komponen pilihan.Komponen dasar
yaitu teknologi yang sangat di anjurkan untuk di terapkan disemua lokasi lahan
jagung. Komponen teknologi ini terdiri dari :
Varitas unggul ;
Benih bermutuh ;
1.
Pemberian
bahan organik dalam bentuk kompos ;
2. Pengaturan populasi tanaman secara
optimum ;
3. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman
dan status hara tanah ;
4.
Pengendalian
OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ) dengan penekatan pengendalian hama terpadu
( PHT).
Komponen teknologi pilihan yaitu
teknologi yang di sesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani
setempat. Teknologi ini terdiri atas :
1.
Pengolahan
tanah sesuai musim dan pola tanam ;
2. Penggunaan bibit muda ( 21 hari ) ;
3. Tanam bibit 1 biji ;
4. Penyiangan dengan alat kuda-kuda ;
5.
Panen
tepat waktu.
Falsafah Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) menunjukan bahwa agar teknologi yang di
introduksikan dapat di terima, di adopsi secara luas, maka peran dari seluruh
panca indra haruslah dioptimalkan. Falsafah dari Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebagai
berikut
1.
Mendengar,
saya lupa.
2. Melihat, saya ingat.
3. Melakukan, saya faham
4.
Menemukan
sendiri, saya kuasai
Falsafah diatas
menujukan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara
sistematis, lengkap, sederhana aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan
kerja dari pancaindara (learning bydoing)
secara pertisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani
tidak hanya mendengar ataupun melihat tetapi lebih di tekankan untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian, menentukan pilihan, mengadopsi,
dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Disini Nampak adanya bentuk
pemberdayaan petani. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan
inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti.
Petani akan
menerima dan mengadopsi inovasi teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis
menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan
dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi petani
haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana, dan pertisipatif
dengan mengoptimalkan kinerja dari pancaindra.
Penyuluh
adalah Pegawai Negri Sipil yang
selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah Pegawai Negri Sipil yang diberi tugas
dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan
penyuluhan sesuai UU No.16 tahun 2006 tentang sistem Penyuuhan Pertanian,
Prikanan dan Kehutanan.
Menurut
Departemen Pertanian (2010). Program penyuluhan adalah rencana tertulis yang
disusun secara sistematis untuk memberikan arahan dan program sebagai alat
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
Menurut
Depertemen Pertanian (2008), tugas pokok penyuluh pertanian adalah :
1. Merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan
petani dan keluarganya dalam menerapkan berbagai teknologi, produksi, pasca
panen dan teknologi.
2. Mengembangkan swadaya dan swakarsa
petani dan keluarganya.
3. Mengihtiarkan kemudahan bagi para petani
dan keluarganya dalam mendapatkan sarana produksi kredit dan alat pertanian.
4.
Mengenali
dan mengembangkan swadaya dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi petani
dan keluarganya.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) ).Tanaman jagung dimulai pada bulan Juni Sampai dengan bulan
Agustus 2013 .Tempat Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ini di Saung Kelompoktani Garakinyinga Kelurahan
Fobaharu, Kecamatan Tidore Utara, Provinsi Maluku Utara.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dalam Pendampingan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) /Demfarm Produksi Tanaman jagung adalah
seperti tertera pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Alat dan Bahan Praktikum Teknologi Produksi
Tanaman Jagung.
Alat
|
Bahan
|
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Prosedur
Pelaksanaan
Ruang
Lingkup
Peaksanaan Kegiatan pendampingan
Sekolah Lapangan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ) tahun 2013 di Kelurahan Fobaharu meliputi:
-
Teknik
budidaya tanaman jagung.
-
Pelaksanaan
kegiatan penyediaan dan distribusi bahan informasi teknologi, bahan dan demfarm
-
Pelaporan
akhir kegiatan.
Pendampingan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di lakukan dalam bentuk pendampingan secara
langsung ke lapangan maupun penyediaan bahan iformasi pertanian bagi petani.dan
demfarm merupakan contoh dari pendampingan yang dilakukan secara langsung
dilapangan.
Tahapan
Pelaksanaan
Persiapan
Cakupan kegiatan
pengawalan/pendampingan teknologi, di antaranya :
1.
Narasumber
dalam pelatihan petugas pemandu lapangan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) dan pelatihan petani peserta Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) .
2.
Membuat
petak demonstrasi usahatani (Demfarm PTT) sebagai wahana belajar dan komunikasi
bagi petugas pemandu lapangan dan/atau petani peserta sekolah lapangan
pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) dengan
pengawal/pendamping teknologi dan lokasi Demfarm diharapkan sebagai unit
produksi bibit jagung yang dipergunakan oleh petani setempat dan petani lain
pada musim berikutnya.
Membuat
Demfarm PTT dengan luasan 2-3 Ha. Demfarm berisikan :
1.
Keragaan
varietas unggul bibit jagung
2. Komponen teknologi PTT seacara
lengkap,sebagai narasumber untuk teknologi PTT.
3. Mengumpulkan data.
4. Membantu kelancaran distribusi bibit
jagung ke lokasi-lokasi yang berdekatan atau berdampingan dengan lokasi Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).
Pelaksanaan
Kegiatan
Peran penulis / Penyuluh
cukup penting dan strategis dalam pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT). Penyuluh banyak mendapatkan dukungan dari masyarakat
Kelurahan Fobaharu.
Pendampingan
yang dilakukan oleh penyuluh meliputi kegiatan koordinasi dan peningkatan
kapasitas sumberdaya manusia (SDM) baik untuk pemandu lapangan maupun juga kepada petani. Bentuk peningkatan
SDM dilakukan secara teori dan praktek ataupun kombinasi dari keduanya. Kegiatan
yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan SDM petani dan kelompoktani
diantaranya adalah pelatihan/apresiasi.
Adapun
permasalahan yang dihadapi dalam penerapan PTT tanaman jagung ini diantaranya
yaitu ;
1.
Penerapan
paket teknologi budidaya yang dilaksanakan belum sesuai spesifik lokasi.
2. Benih yang digunakan hanya berdasarkan
keinginan/kebiasaan petani.
3. Petani sudahmerasa puas atas produksi
yang dihasilkan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padahal
produksi tersebut masih bisa ditingkatkan karena masih ada komponen teknologi
yang belum diterapkan.
4. Kemampuan keuangan petani yang tidak
sama, sehingga penerapan teknologinya bervariasi antar petani.
5.
Pemahaman
tentang maksud dan tujuan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
masih perlu ditingkatkan.
Untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemanduan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
maka dilakukan apresiasi dan pelatihan
disamping juga pendidstribusian buku panduan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Budidaya jagung, buku saku, lieflet, brosur, folder
yang berkaitan dengan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Buku
panduan yang memuat komponen teknologi secara lengkap dan detail, sedangkan
buku saku mengulas komponen teknologi PTT tanaman jagung secara praktis.
Dalam kegiatan
apresiasi dijelaskan tentang filosofi,prinsip dasar, dan komponen teknologi
PTT. Disamping itu juga diajarkan tentang cara pengambilan sample untuk
pengamatan komponen pertumbuhan, komponen hasil dan cara pembibitan. Hal ini
dilakukan agar pengetahuan dan keterampilan para petani dilapangan dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran yang bersifat teori, praktek maupun gabungan
antar keduanya. Dalam kegiatan ini juga dijelaskan komponen hasil yang harus
dikumpulakn.Data sangat penting perannya dan tidak boleh diabaikan agar laporan
dapat disusun dengan baik.
Dalam
pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ,materi yang
diberikan sangat beragam mulai dari pengenalan benih unggul sampai dengan
teknik pemupukan yang efektif dan efisien. Penulis dan Penyuluh Pertanian
selaku pembimbing dan pendamping selalu mentaati jadwal yang sudah disiapkan
sebelumnya untuk membawakan materi bagi peserta Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) .
Demfarm sekolah
lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) di Kelurahan Fobaharu, dilakukan
pada lahan praktek seluas 2-3Ha. untuk menunjukan dan membuktikan keunggulan
pendekatan PTT kepada petani, kelompok tani, Stakehholders lainnya. Demfarm yang luasnya 2-3 ha itu dianggap
sebagai super imposed Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP )Kota Tidore Kepulauan,
sekaligus sebagai media pembuktian pendekatan PTT yang sebenarnya. Sarana
produksi (benih,pupuk,dan pestisida) untuk Demfarm disediakan oleh Dinas
Pertanian . Pendekatan PTT dan komponen PTT yang akan diterapkan pada kegiatan
demfarm disajikan pada table berikut :
Tabel. 1. Pendekatan PTT Pada
Demfarm Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Budidaya Jagung
Hibryda
Komponen
Teknologi
|
Keterangan
|
1.
Bibit
Unggul
2.
Bibit
bermutu
3.
Pembuatan
Bedengan
4.
Pemberian
bahan organic
5.
Pemupukan
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
6.
Pengendalian
OPT
7.
Pengolahan
tanah
8.
Pengairan
secara efektif dan sefisien
9.
Penyiangan
10.
Panen
|
ü Hibryda (F1 Hibryd)
ü Urea 150-200 Kg/Ha:
ü Berikan pupuk dasar 4 Kg urea/Za+7,5kg
TSP+4 Kg KCL per 1000 m2 diatas bedengan.aduk dan ratakan dengan tanah.diatas
bedengan.
ü Buat lubang tanam dengan jarak tanam
60x50 cm diatas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm
|
HASIL DAN PEMBAHASAN
Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) dalam
rangka Pelaksanaan Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) menerima peserta/kunjungan petani salah
satunya adalah menerima kunjungan kelompok tani dari wilayah Kota Tidore
Kepulauan yang tergabung dalam kelompoktani. Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Para petani
yang tergabung dalam kelompok pelaksana yang berjumlah 25 orang. Maksud dan
tujuannya adalah para petani ingin tahu lebih jelas tentang varietas hibryda dan
budidaya tanaman jagung, yang dilaksankan Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP ) ini.
Untuk itu para petani tersebut diberikan pembekalan tentang cara budidaya tanaman
jagung dengan varietas jagung hibryda, kesuburan tanah dan pemupukan spesifik lokal,cara
membuat pupuk kompos yang dipandu oleh pendamping dari Penyuluh yang memiliki wilayah binaan di
Kelurahan Fobaharu.
Gambar
1. Bersama Dengan Ketua Gapoktan Garakinyinga Dan Peserta SL-PTT
Jagung Serius Mengikuti Seluruh Rangkaian Kegiatan
Penentuan
Kebutuhan Bibit Jagung.
Untuk menentukan kebutuhan bibit yang tepat perlu diketahui beberapa hal
yaitu luas lahan, jarak tanam, bobot bibit, daya tumbuh bbit serta jumlah
tanaman per lubang tanam. Hal-hal diataslah yang menentukan jumlah kebutuhan bibit
jagung yang perlu ditanam untuk usaha tani dengan luasan tertentu..
Untuk mengetahui luas lahan yang akan
ditanami penulis melakukan pengkuran terhadap petakan bibit jagung yang menjadi
tempat penanaman bibit jagungpengukuran ini menggunakan tali meteran yang
direntangkan pada sisi panjang dan lebar bedengan. Dari pengukuran ini akan
diketahui luas bedengan yang akan
ditanami sehingga dapat ditentukan jumlah bbit yang dibutuhkan untuk ditanam.
Jarak tanam penulis tentukan berdasarkan
rekomendasi yang diberikan oleh Balai Penelitian yaitu 60 x5 0 cm.
Jumlah tanaman perlubang tanam yang penulis menganjurkan 1 biji tanaman
perlubang.
Penyiapan
Lahan
Penyiapan lahan
yang penulis lakukan meliputi perbaikan galangan, membajak tanah, dan menggaru, membuat bedengan.
Perbaikan
galangan dilakukan menggunakan cangkul dengan cara menaikkan tanah di pinggir
galangan dengan tanah serta menambal bagian galangan yang bocor atau rusak
selama musim tanam sebelumnya. Rumput-rumput yang tumbuh di galangan juga
dibersihkan.
Pembajakan tanah
dilakukan dengan cara membalik tanah menggunakan bajak yang ditarik oleh
traktor. Kedalaman pembajakan tanah adalah sekitar 20 cm. Pembajakan tanah
dilakukan dalam keadaan tanah kering dan gembur. Pembajakan tanah dilakukan
sebanyak dua kali.
Penggaruan tanah
dilakukan dengan menggunakan rotari yang ditarik oleh traktor. Dalam penggaruan
ini, tanah dalam keadaan kering. Kegiatan ini juga diiringi dengan perataan
tanah menggunakan rotary dan cangkul. Kegiatan penyiapan lahan untuk penanaman
jagung dapat dilihat pada gambar dibawah ini;
Gambar.2.
Penyiapan Lahan Tanaman Jagung
Penanaman
dan Pemupukan
Sebelum
penanaman, bedengan sudah disiapkan dengan cara dikeringkan sampai macak-macak.
Setelah itu, diukur dengan jarak tanam yang telah ditentukan dengan menggunakan
meter. Bedengan perlu dilakukan pemupukan dasar dengan dengan seluruh dosis SP-36 (100 Kg/Ha),
seluruh dosis KCl (50 kg/ha), dan sepertiga
dosis Urea (1/3 x 250 Kg/Ha). Ketiga jenis pupuk tersebut dicampur rata
kemudian disebarkan pada petakan bedengan secara merata.
Setelah itu,
dilakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 bibit per lubang tanam. Penanaman
bibit dilakukan dengan tugal sedalam 3-4 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman yang penulis lakukan meliputi pengendalian hama dan penyakit,
penyiangan gulma, Pengairan dilakukan dengan cara menjaga agar air di saluran
antar bedengan tidak kekeringan dan juga sampai jangan berlebihan yang dapat
menutupi bibit yang telah tumbuh. Pengendalian hama dan penyakit yang utama penulis
lakukan adalah menjaga tanaman dari serangan burung dan hama lainnya seperti
ayam yang ingin memakan bibit jagung yang ditanam.
Pemeliharaan
tanaman jagung yangpenulis laksanakan dalam pendampingan iniialah sebagai
berikut :
-
Penyulaman
;
-
Pemupukan
susulan ;
-
Penyiangan
;
-
Pengendalian
hama dan penyakit ;
-
Pengamatan.
Penyulaman
Penyulaman
dilakukan terhadap tanaman yang mati akibat rebah ataupun akarnya busuk.
Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam dengan cara yang sama dengan
penanaman pada pindah tanam.
Penyiangan
Penyiangan
dilakukan berdasarkan kondisi gulma. Selama praktikum penulis melakukan dua
kali penyiangan yaitu pada umur 3 minggu dan 5 minggu yakni sebelum dilakukan
pemupukan susulan pertama dan kedua. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma
yang tumbuh disekitar tanaman dengan menggunakan tangan. Dalam pencabutan gulma
harus hati-hati agar tidak merusak rumpun tanaman jagung.
Pemupukan
Susulan
Pemupukan
susulan penulis lakukan dua kali yakni pada umur 3 minggu dan 5 minggu. Jenis
pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis yang sama untuk setiap pemupukan
susulan yaitu sepertiga dari dosis (1/3 x 250 Kg/Ha). Cara pemberian pupuknya
adalah disebar secara merata ke seluruh petakan.
Pengendalian
Hama dan Penyakit
·
Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan secara mekanis, kultur teknis.
Pengamatan
·
Pengamatan
yang dilakukan selama pendampingan adalah :
a.
Kondisi
Bibit Tanam
Kondisi
bibit sewaktu tanam susulan yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
kekekaran, warna, pangkal bibit, . Pengamatan ini dilakukan terhadap 10 sampel
bibit yang telah dicabut untuk tanam susulan yang dipilih secara acak kemudian
dirata-ratakan.
b.
Kondisi Tanaman 1 Minggu
Kondisi tanaman 1 minggu setelah tanam yang diamati meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, warna, pangkal bibit.
Pengamatan ini dilakukan terhadap 10 sampel tanaman yang dipilih secara acak
kemudian dirata-ratakan.
c.
Pertumbuhan Tinggi tanaman
Pengamatan
pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan rutin setiap minggu terhadap 10 rumpun
sampel yang dipilih secara acak. Pengukurannya dimulai dari pangkal batang
sampai dengan ujung tanaman.
d.
Pertumbuhan Lebar daun
tanaman.
Pengamatan
pertumbuhan lebar daun tanaman dilakukan rutin setiap minggu terhadap 10 rumpun
sampel yang dipilih secara acak. Pengukurannya dimulai dari pangkal batang
sampai dengan ujung tanaman.
e.
Pertumbuhan Jumlah daun
tanaman.
Pengamatan
pertumbuhan jumlah daun tanaman dilakukan rutin setiap minggu terhadap 10
rumpun sampel yang dipilih secara acak. Pengukurannya dimulai dari pangkal
batang sampai dengan ujung tanaman.
f.
Hama dan Penyakit
Pengamatan
hama dan penyakit dilakukan secara rutin tiap minggu terhadap 10 rumpun sampel.
Dalam pengamatan ini, diamati jenis dan gejala serangan dari hama atau penyakit
yang menyerang.
Gambar.3. Peserta sekolah lapangan
pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) Jagung Sedang Melaksanakan Pemupukan Dan
Pengamatan
Hasil Yang Diharapkan
Gambar.4. Pemanenan dan Pengolahan Jagung
Hibryda
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah
melakukan pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) /Demfarm
budidaya tanaman jagung, penulis dapat menarik suatu kesimpulan sebagai berikut
:
1.
Dengan
pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) mampu meningkatkan kapasitas sumberdaya
manusia bagi petani/ kelompoktani dalam bentuk kegiatan yang bersifat teoritis
dan praktis.
2. Dengan pendampingan Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) terbukti dapat mempercepat adopsi dan difusi komponen
teknologi PTT tanaman jagung di Kelurahan Fobahau.
3. Meningkatnya pendapatan petani jagung 15% pada lokasi
Demfarm.
4.
Demfarm
dapat dimanfaatkan sebagai penangkaran untuk meningkatkan stok bibit di Kelurahan
Fobaharu.
5.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung adalah
belalang, penggerek batang , ulat
grayak.
Saran
1. Ketersediaan pupuk khususnya pupuk
bersubsidi ponska dan urea perlu
mendapat prioritas agar tersedia tepat waktu dan jumlahnya.
2. Tim Teknis Pelaksana Sekolah Lapangan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) perlu segera dibentuk agar koordinasi
dapat berjalan efektif,efisien dan optimal seta bersinergi dan terpadu.
3. Perlunya dibangun kemitraan yang saling
menguntungkan agar petani dengan keluarganya dapat lebih sejahtera.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Departemen
Pertanian (2010). Program penyuluhan.
-
Depertemen
Pertanian (2008), Tugas Pokok Penyuluh Penyuluh Pertanian.
-
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006tentangSistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar