Kamis, 22 Oktober 2015

Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing Oleh Darwin Rauf. S.ST



Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing

Oleh Darwin Rauf. S.ST
 

PENDAHULUAN
 
Pangan organik makin diminati sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan makanan sehat dan bergizi serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan meningkatnya permintaan bahan pangan organik maka kebutuhan akan pupuk organik makin bertambah pula. Jumlah pupuk organik yang dibutuhkan dalam sistem produksi pertanian cukup banyak, padahal sentra-sentra produksi pertanian belum tentu memiliki populasi ternak yang memadai untuk menghasilkan kotoran ternak. Pada tanaman padi dan palawija atau sayuran, misalnya, untuk menekan penggunaan pupuk anorganik (kimia) hingga 50%, diperlukan pupuk organik 2,0-2,5 t/ha. Jika penggunaan pupuk anorganik akan ditekan hingga 25% maka keperluan pupuk organik menjadi 3,5 t/ha atau lebih. Untuk menyediakan pupuk organikdalam jumlah besar diperlukan tenaga yang banyak sehingga akan meningkatkan biaya tenaga kerja, meskipun pupuk organik dapat diproduksi sendiri oleh petani. Agar aplikasi pupuk organik lebih hemat dan penggunaan tenaga kerja lebih murah, salah satu alternatifnya adalah dengan meningkatkan kandungan haranya, terutama hara makro seperti nitrogen, kalium, dan fosfor. Pada kotoran ternak, baik feses maupun urine, kadar nitrogen dapat ditingkatkan melalui pengkayaan dengan menggunakan mikroba pengikat nitrogen, dan untuk hara kalium dengan menggunakan mikroba fermenter Rummino bacillus. Kemudia diaduk dengan menggunakan alat pengaduk atau aerator selama 3-4 jam. Bak fermentasi lalu ditutup dan didiamkan 7 hari. Pada hari ke-8, bagian cairan (yang ada di atas) diambil dan bagian yang mengendap diperas/dipres. Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang diambil sebelumnya. Bagian padat baik juga digunakan sebagai pupuk atau dicampur dengan limbah padat lain untuk bahan bakar (briket). Biokultur dapat langsung digunakan
atau dikemas untuk selanjutnya disimpan.

Kandungan Unsur Hara Pupuk Cair

Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N, K, dan Corganik pada biourine maupun biokultur lebih tinggi dibanding urine atau cairan feses yang belum difermentasi. Kandungan N pada biourine meningkat dari rata-rata 0,34% menjadi 0,89%, sedangkan pada biokultur meningkat dari 0,27% menjadi 1,22%. Demikian pula kandungan K dan Corganik meningkat drastis. Namun kandungan P justru menurun pada biourine dan meningkat pada biokultur sehingga perlu ditambah Tanotec.
Meningkatnya kandungan N disebabkan mikroba Azotobacter yang digunakan untuk fermentasi mampu mengikat N dari udara, sedangkan R. bacillus lebih berperan dalam peningkatan kadar K dan C-organik. Kandungan hara P yang rendah disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Oleh karena itu, perlu dipikirkan untuk memasukkan mikroba pelarut P sehingga pupuk yang dihasilkan, selain mengandung N, K, C-organik tinggi, juga mengandung P yang cukup.
Dalam fermentasi menggunakan EM4 dan Tanotec, agar menghasilkan N, P, K, dan C-organik yang tinggi.

Teknik Produksi Pupuk Cair

Inovasi teknologi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan limbah kandang ternak terbagi atas pupuk cair dari urine (biourine) dan pupuk cair dari kotoran
ternak yang padat (biokultur). Untuk membuat biourine, urine ternak ditampung dalam bak, lalu ke dalamnya dimasukkan fermenter (EM4 + Tanotec). Setiap 1.000 liter urine difermentasi dengan larutan stater 1 liter, lalu diaduk -aduk selama 3-4 jam. Permukaan bak lalu ditutup dengan triplek atau plastik dan didiamkan 7 hari. Pada hari ke-8, urine diputar selama 6-7 jam. Pemutaran dimaksudkan untuk menguapkan amonia karena bersifat racun bagi tanaman. Urine yang telah difermentasi siap digunakan atau disimpan dalam wadah. Untuk membuat biokultur, kotoran ternak (feses) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan perbandingan 1:2. Ke dalam kotoran yang telah dicampur air kemudian dimasukkan fermenter (R. bacillus dan Azetobacter). Setiap 1 m3 campuran feses dan air ditambahkan 1 liter R. bacillus dan Azotobacter, lalu diaduk dengan bilah/pengaduk.
Untuk membuat larutan stater 1 liter adalah 100 ml EM4(10%) + 10 ml Tanotec (1%)+ 100 gr gula merah/molase (10%) + air hingga 100% (difermentasi selama 7 hari).

Alat & Bahan

ü Drum/bak
ü Terpal
ü Pengaduk/aerator
ü Kotoran Kambing segar
ü Urine Kambing


ü Stater (EM4 + Tanotec)
ü Molase/Gula
ü Air
BAGAN ALIR FERMENTASI URINE

Pencampuran
Urine 200 lt  + Stater (mikcrobia) 200 ml


Pupuk Cair siap pakai

Fermentasi selama 7 hari
Pengadukan selama 3-4 jam
 























 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar