Pupuk Cair Bermutu dari
Limbah Kambing
Oleh Darwin Rauf. S.ST
PENDAHULUAN
|
Pangan organik
makin diminati sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan makanan
sehat dan bergizi serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan meningkatnya permintaan bahan pangan organik
maka kebutuhan akan pupuk organik makin bertambah pula. Jumlah pupuk organik
yang dibutuhkan dalam sistem produksi pertanian cukup banyak, padahal sentra-sentra
produksi pertanian belum tentu memiliki populasi ternak yang memadai untuk
menghasilkan kotoran ternak. Pada tanaman padi dan palawija atau sayuran,
misalnya, untuk menekan penggunaan pupuk anorganik (kimia) hingga 50%,
diperlukan pupuk organik 2,0-2,5 t/ha. Jika penggunaan pupuk anorganik akan
ditekan hingga 25% maka keperluan pupuk organik menjadi 3,5 t/ha atau lebih. Untuk
menyediakan pupuk organikdalam jumlah besar diperlukan tenaga yang banyak
sehingga akan meningkatkan biaya tenaga kerja, meskipun pupuk organik dapat
diproduksi sendiri oleh petani. Agar aplikasi pupuk organik lebih hemat dan
penggunaan tenaga kerja lebih murah, salah satu alternatifnya adalah dengan
meningkatkan kandungan haranya, terutama hara makro seperti nitrogen, kalium,
dan fosfor. Pada kotoran ternak, baik feses maupun urine, kadar nitrogen dapat
ditingkatkan melalui pengkayaan dengan menggunakan mikroba pengikat nitrogen,
dan untuk hara kalium dengan menggunakan mikroba fermenter Rummino bacillus. Kemudia
diaduk dengan menggunakan alat pengaduk atau aerator selama 3-4 jam. Bak
fermentasi lalu ditutup dan didiamkan 7 hari. Pada hari ke-8, bagian cairan
(yang ada di atas) diambil dan bagian yang mengendap diperas/dipres. Cairan
hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang diambil sebelumnya. Bagian
padat baik juga digunakan sebagai pupuk atau dicampur dengan limbah padat lain
untuk bahan bakar (briket). Biokultur dapat langsung digunakan
atau dikemas untuk selanjutnya disimpan.
Kandungan Unsur Hara Pupuk Cair
Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar
hara N, K, dan Corganik pada biourine maupun biokultur lebih tinggi dibanding
urine atau cairan feses yang belum difermentasi. Kandungan N pada biourine
meningkat dari rata-rata 0,34% menjadi 0,89%, sedangkan pada biokultur
meningkat dari 0,27% menjadi 1,22%. Demikian pula kandungan K dan Corganik
meningkat drastis. Namun kandungan P justru menurun pada biourine dan meningkat
pada biokultur sehingga perlu ditambah Tanotec.
Meningkatnya kandungan N disebabkan mikroba Azotobacter
yang digunakan untuk fermentasi mampu mengikat N dari udara, sedangkan R.
bacillus lebih berperan dalam peningkatan kadar K dan C-organik. Kandungan
hara P yang rendah disebabkan inokulan yang ada kurang mampu melarutkan P. Oleh
karena itu, perlu dipikirkan untuk memasukkan mikroba pelarut P sehingga pupuk
yang dihasilkan, selain mengandung N, K, C-organik tinggi, juga mengandung P
yang cukup.
Dalam fermentasi menggunakan EM4 dan Tanotec, agar
menghasilkan N, P, K, dan C-organik yang tinggi.
Teknik Produksi Pupuk Cair
Inovasi teknologi pupuk cair dengan kandungan hara
tinggi berbahan limbah kandang ternak terbagi atas pupuk cair dari urine
(biourine) dan pupuk cair dari kotoran
ternak yang padat (biokultur). Untuk membuat
biourine, urine ternak ditampung dalam bak, lalu ke dalamnya dimasukkan
fermenter (EM4 + Tanotec). Setiap 1.000 liter urine difermentasi dengan larutan stater 1 liter, lalu
diaduk -aduk selama 3-4 jam. Permukaan bak lalu ditutup dengan triplek atau
plastik dan didiamkan 7 hari. Pada hari ke-8, urine diputar selama 6-7 jam.
Pemutaran dimaksudkan untuk menguapkan amonia karena bersifat racun bagi
tanaman. Urine yang telah difermentasi siap digunakan atau disimpan dalam
wadah. Untuk membuat biokultur, kotoran ternak (feses) ditampung dalam bak lalu
dicampur air dengan perbandingan 1:2. Ke dalam kotoran yang telah dicampur air
kemudian dimasukkan fermenter (R. bacillus dan Azetobacter).
Setiap 1 m3 campuran feses dan air ditambahkan 1 liter R. bacillus dan Azotobacter,
lalu diaduk dengan bilah/pengaduk.
Untuk
membuat larutan stater 1 liter adalah 100 ml EM4(10%) + 10 ml Tanotec (1%)+ 100
gr gula merah/molase (10%) + air hingga 100% (difermentasi selama 7 hari).
Alat & Bahan
ü
Drum/bak
ü
Terpal
ü
Pengaduk/aerator
ü
Kotoran Kambing segar
ü
Urine Kambing
|
ü
Stater (EM4 + Tanotec)
ü
Molase/Gula
ü
Air
|
BAGAN ALIR
FERMENTASI URINE
|
Pencampuran
|
|
Urine 200 lt + Stater (mikcrobia) 200 ml
|
Pupuk Cair siap pakai
|
Fermentasi selama 7 hari
|
Pengadukan selama 3-4 jam
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar