Rabu, 29 Desember 2021

 

MENYUSUN KONSEP EVALUASI  PENYULUHAN PERTANIAN

Oleh, Darwin Rauf, S.ST

 

 

A. Latar Belakang        

       Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting, namun sering dikesampingkan karena dianggap mencari kesalahan, kegagalan dan kelemahan dari suatu kegiatan atau program. Sebenarnya evaluasi harus dilihat dari segi manfaatnya sebagai upaya memperbaiki dan penyempurnaan program/kegiatan sehingga lebih efektif, efisien dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 
       Suatu keharusan bagi seorang seorang penyuluh ataupun calon penyuluh untuk mengetahui konsep dasar evaluasi terutama terkait pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi dan manfaat evaluasi, teknik evaluasi, model dan pendekatan evaluasi. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang penyuluh akan kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi yang pada dasarnya dilaksanakan secara sistematis dan mengikuti kaidah berpikir ilmiah.

B. Pengertian Evaluasi

       Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Sedangkan menurut pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda : 2009).

       Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Masih dalam Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”.

       Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

       Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, selanjutnya menyajikan informasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap implementasi dan efektifitas suatu program.

Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Dan penilaian bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009 : 3) bahwa mengukur adalah ,membandingkan sesuatu dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di atas.

       Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan oleh Arikunto dan Cepi (2008 : 2), bahwa: Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Sedangkan Uzer (2003 : 120), mengatakan bahwa: Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan keputusan.

        Menurut Djaali dan Pudji (2008 : 1), evaluasi dapat juga diartikan sebagai “proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi”. Sedangkan Ahmad(2007 : 133), mengatakan bahwa “evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek,dll.) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian”.

       Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Crawford (2000 : 13), mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.

       Dari pengertian pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. “Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses” (Sudharsono dalam Lababa, 2008).

       Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

 

 

 

C. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

       Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Menurut Crawford (2000 ; 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi adalah :

  1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
  2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil.
  3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.
  4. untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data yang sistematis.

D. Teknik Evaluasi

       Untuk membuat sebuah keputusan yang merupakan tujuan akhir dari proses evaluasi diperlukan data yang akurat. Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan teknik dan instrumen yang valid dan reliabel. Secara garis besar evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan teknik nontes (alternative test).Hisyam Zaini, dkk. dalam Qomari (2008), mengelompokkan tes sebagai berikut :

  1. Menurut bentuknya; secara umum terdapat dua bentuk tes, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif adalah bentuk tes yang diskor secara objektif. Disebut objektif karena kebenaran jawaban tes tidak berdasarkan pada penilaian (judgement) dari korektor tes. Tes bentuk ini menyediakan beberapa option untuk dipilih peserta tes, yang setiap butir hanya memiliki satu jawaban benar. Tes subjektif adalah tes yang diskor dengan memasukkan penilaian (judgement) dari korektor tes. Jenis tes ini antara lain: tes esai, lisan.
  2. Menurut ragamnya; tes esai dapat diklasifikasi menjadi tes esai terbatas (restricted essay), dan tes esai bebas (extended essay). Butir tes objektif menurut ragamnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: tes benar-salah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice). Teknik nontes dalam evaluasi banyak macamnya, beberapa di antaranya adalah: angket (questionaire), wawancara (interview), pengamatan (observation), skala bertingkat (rating scale), sosiometri, paper, portofolio, kehadiran (presence), penyajian (presentation), partisipasi (participation), riwayat hidup, dan sebagainya.

E. Standar Evaluasi

        Standar yang dipakai untuk mengevaluasi suatu kegiatan tertentu dapat dilihat dari tiga aspek utama (Umar, 2002), yaitu;

  1. Feasibility (layak) : Utility (manfaat) : Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.
  2. Accuracy (akurat) : Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi. .
  3. Feasibility (layak) : Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

F. Model Evaluasi

       Ada beberapa model yang dapat dicapai dalam melakukan evaluasi (Umar, 2002 :), yaitu :

  1. Sistem assessment : Yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem. Evaluasi dengan menggunakan model ini dapat menghasilkan informasi mengenai posisi terakhir dari sauatu elemen program yang tengah diselesaikan.
  2. Program planning : Yaitu evalusi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.
  3. Program implementation : Yaitu evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan.
  4. Program Improvement : Yaitu evaluasi orang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisispasi masalah-masalah yang mungkin dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.
  5. Program Certification : Yaitu evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai atau manfaat program.

       Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model evaluasi, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan.

G. Pendekatan Evaluasi

       Evaluasi memiliki tujuan-tujuan alternatif dan tujuan-tujuan tersebut mempengaruhi evaluasi suatu program atau kegiatan. Mengenal pandangan-pandangan yang beraneka ragam dan mengetahui bahwa tidak semua evaluator setuju pada pendekatan tersebut dalam melakukan evaluasi suatu program/kegiatan adalah penting. Ada beberapa pendekatan umum dalam melakukan evaluasi yaitu :

  1. Objective-Oriented Approach

        Fokus pada pendekatan ini hanya tertuju kepada tujuan program/proyek dan seberapa jauh tujuan itu tercapai. Pendekatan ini membutuhkan kontak intensif dengan pelaksana program/proyek yang bersangkutan.

  1. Three-Dimensional Cube Atau Hammond’s Evaluation Approach

        Pendekatan Hammond melihat dari tiga dimensi yaitu instruction (karateristik pelaksanaan, isi, topik, metode, fasilitas, dan organisasi program/proyek), institution (karakteristik individual peserta, instruktur, administrasi sekolah/kampus/organisasi), dan behavioral objective (tujuan program itu sendiri, sesuai dengan taksonomi Bloom, meliputi tujuan kognitif, afektif dan psikomotor).

  1. Management-Oriented Approach

       Fokus dari pendekatan ini adalah sistem (dengan model CIPP: context-input-proses-product). Karena pendekatan ini melihat program/proyek sebagai suatu sistem sehingga jika tujuan program tidak tercapai, bisa dilihat di proses bagian mana yang perlu ditingkatkan.

  1. Goal-Free Evaluation

        Berbeda dengan tiga pendekatan di atas, pendekatan ini tidak berfokus kepada tujuan atau pelaksanaan program/proyek, melainkan berfokus pada efek sampingnya, bukan kepada apakah tujuan yang diinginkan dari pelaksana program/proyek terlaksana atau tidak. Evaluasi ini biasanya dilaksanakan oleh evaluator eksternal.

  1. Consumer-Oriented Approach

        Dalam pendekatan ini yang dinilai adalah kegunaan materi seperti software, buku, silabus. Mirip dengan pendekatan kepuasan konsumen di ilmu Pemasaran, pendekatan ini menilai apakah materi yang digunakan sesuai dengan penggunanya, atau apakah diperlukan dan penting untuk program/proyek yang dituju. Selain itu, juga dievaluasi apakah materi yang dievaluasi di-follow-up dan cost effective.

  1. Expertise-Oriented Approach

        Dalam pendekatan ini, evaluasi dilaksanakan secara formal atau informal, dalam artian jadwal dispesifikasikan atau tidak dispesifikasikan, standar penilaian dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Proses evaluasi bisa dilakukan oleh individu atau kelompok. Pendekatan ini merupakan pendekatan tertua di mana evaluator secara subyektif menilai kegunaan suatu program/proyek, karena itu disebut subjective professional judgement.

  1. Adversary-Oriented Approach

        Dalam pendekatan ini, ada dua pihak evaluator yang masing-masing menunjukkan sisi baik dan buruk, disamping ada juri yang menentukan argumen evaluator mana yang diterima. Untuk melakukan pendekatan ini, evaluator harus tidak memihak, meminimalkan bias individu dan mempertahankan pandangan yang seimbang.

  1. Naturalistic & Participatory Approach

        Pelaksana evaluasi dengan pendekatan ini bisa para stakeholder. Hasil dari evaluasi ini beragam, sangat deskriptif dan induktif. Evaluasi ini menggunakan data beragam dari berbagai sumber dan tidak ada standar rencana evaluasi. Kekurangan dari pendekatan evaluasi ini adalah hasilnya tergantung siapa yang menilai (Salehudin, 2009 : 5-7).

        Berbagai pendekatan untuk mengevaluasi suatu program atau proyek diterapkan untuk mendapatkan keefektifan dan keefisienan program atau proyek tersebut baik secara internal yaitu pihak pengembang atau pengelola, maupun secara eksternal yaitu pengguna. Bentuk-bentuk pendekatan evaluasi yang telah ada harus terus dikembangkan untuk meningkatkan kepuasan pengguna sebagai tujuan utama suatu program dijalankan.

Demikian sekilas pembahasan tentang Konsep Evaluasi, semoga bermanfaat, tulisan ini sepenuhnya hasil cuplikan dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19622/4/Chapter%20II.pdf

Posted by Unknown

CONTOH PENYUSUNAN KISI-KISI INSTRUMEN EVALUASI

 

A. Pendahuluan

Kisi-kisi instrumen merupakan pedoman atau panduan dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan instrumen yang diturunkan dari variabel evaluasi yang akan diamati. Baik, agar lebih mudah dipahami kita gunakan contoh penyusunan kisi-kisi instrumen evaluasi pada contoh kasus evaluasi ketersediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian dan pemanfaatannya.

 

B. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen biasanya dibuat dalam bentuk matrik atau tabel yang berisi variabel, dimensi, indikator dan butir-butir pertanyaan yang akan digunakan untuk mengevaluasi sesuatu. Supaya mudah dipahami langsung pada contoh saja.

  1. Tujuan Evaluasi : Mengetahui Ketersediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian dan pemanfaatannya di BPP Kecamatan Tidore Utara
  2. Permasalahan :

a.   sejauh mana ketersedian sarana penyuluhan pertanian di BPP Kecamatan Tidore Utara telah dipenuhi,

b.   sejauh mana efektivitas ketersedian prasarana penyuluhan pertanian di BPP Kecamatan Tidore Utara telah dipenuhi,

c.   Bagaimana efektivitas penggunaan sarana prasarana penyuluhan pertanian tersebut.

  1. Variabel evaluasi : Ketersediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian dan pemanfaatannya di BPP Kecamatan Tidore Utara.

Dari kajian literatur yang dilakukan (baca Permentan Nomor : 51 Tahun 2009) ternyata dimensi sarana prasarana penyuluhan pertanian terdiri dari :

  1. Ketersediaan sarana penyuluhan, dengan indikator :

a.   Tersedianya sarana alat informasi (komputer, modem, display, kamera, handycam, telepon dan mesin fax),

b.   Tersedianya alat bantu penyuluhan (overhead projector, LCD, sound system, TV/VCD/tape recorder, whiteboard),

c.   Tersedianya peralatan administrasi (komputer, printer, power supply, mesin tik, kalkulator, brankas, rak buku),

d.   Tersedianya kendaraan operasional roda 2 bagi PPL PNS, (e) Tersedianya buku dan hasil publikasi,

e.   Tersedianya mebeulair (meja+kursi kerja, meja+kursi rapat, meja+kursi latihan, meja+kursi perpustakaan, meja+kursi makan, rak buku perpustakaan, lemari buku+arsip, peralatan makan/minum, peralatan dapur).

  1. Ketersediaan prasarana penyuluhan, dengan indikator :

a.   Tersedianya ruangan yang memadai (ruang pimpinan, TU/administrasi, kelompok jabatan fungsional, aula/rapat, perpustakaan, ruang data dan informasi, ruang pameran/peraga, kamar mandi, dapur, gudang),

b.   Tersedianya rumah dinas kepala BPP,

c.   Tersedianya tempat parkir,

d.   Tersedianya penerangan/PLN yang memadai,

e.   Adanya jalan lingkungan menuju BPP,

f.    Adanya pagar halaman, (g) Tersedianya lahan percontohan.

  1. Pemanfaatan sarana prasarana penyuluhan, dengan indikator :

a.   Pusat Informasi dimanfaatkan untuk mengakses informasi berkaitan dengan hasil hasil peneiitian, menyediakan database penyuluhan pertanian dan tempat melakukan kegiatan penyuluhan,

b.   Alat bantu penyuluhan dimanfaatkan untuk melakukan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan,

c.   Peralatan Administrasi dimanfaatkan untuk kegiatan surat menyurat, dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan,

d.   Alat transportasi dimanfaatkan untuk memperlancar operasionalisasi kegiatan penyuluhan,

e.   Buku dan Hasil Publikasi dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian antara lain dalam penyusunan materi penyuluhan,

f.    Mebeulair dimanfaatkan untuk menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian,

g.   Ruangan dimanfaatkan untuk melaksanakan aktivitas dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian,

h.   Lahan percontohan dimanfaatkan untuk melakukan budidaya tanaman/ternak dalam penerapan teknologi baru,

i.    Rumah dinas dimanfaatkan untuk tempat tinggal pimpinan kelembagaan penyuluhan,

j.    Sumber Air bersih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian,

k.   Penerangan (PLN/genset) dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Berdasarkan variabel, dimensi dan indikator yang telah kita ketahui disusun kisi-kisi instrumen sebagai berikut :

Dimensi

Indikator

Butir Penyataan/Pertanyaan

Sarana Penyuluhan

Tersedianya sarana alat informasi (komputer, modem, display, kamera, handycam, telepon dan mesin fax).

Alat informasi (komputer, modem, display, kamera, handycam, telepon dan mesin fax) tersedia.

Tersedianya alat bantu penyuluhan (overhead projector, LCD, sound system, TV/VCD/tape recorder, whiteboard).

Alat bantu penyuluhan (overhead projector, LCD, sound system, TV/VCD/tape recorder, whiteboard) tersedia.

Tersedianya peralatan administrasi(komputer, printer, power supply, mesin tik, kalkulator, brankas, rak buku).

Peralatan administrasi (komputer, printer, power supply, mesin tik, kalkulator, brankas, rak buku) tersedia.

Tersedianya kendaraan operasional roda 2 bagi PPL PNS.

Kendaraan operasional roda 2 bagi PPL PNS tersedia.

Tersedianya buku dan hasil publikasi.

Buku dan hasil publikasi tersedia.

Tersedianya mebeulair (meja+kursi kerja, meja+kursi rapat, meja+kursi latihan, meja+kursi perpustakaan, meja+kursi makan, rak buku perpustakaan, lemari buku+arsip, peralatan makan/minum, peralatan dapur).

Mebeulair (meja+kursi kerja, meja+kursi rapat, meja+kursi latihan, meja+kursi perpustakaan, meja+kursi makan, rak buku perpustakaan, lemari buku+arsip, peralatan makan/minum, peralatan dapur) tersedia.

Prasarana Penyuluhan

Tersedianya ruangan yang memadai (ruang pimpinan, TU/administrasi, kelompok jabatan fungsional, aula/rapat, perpustakaan, ruang data dan informasi, ruang pameran/peraga, kamar mandi, dapur, gudang).

Ruangan yang memadai (ruang pimpinan, TU/administrasi, kelompok jabatan fungsional, aula/rapat, perpustakaan, ruang data dan informasi, ruang pameran/peraga, kamar mandi, dapur, gudang) tersedia.

Tersedianya rumah dinas kepala BPP.

Rumah dinas kepala BPP tersedia.

Tersedianya tempat parkir.

Tempat parkir tersedia.

Tersedianya penerangan/PLN yang memadai.

Penerangan/PLN yang memadai tersedia.

Adanya jalan lingkungan menuju BPP.

Jalan lingkungan menuju ke BPP tersedia

Adanya pagar halaman.

Pagar halaman ada.

Tersedianya lahan percontohan.

Lahan percontohan tersedia.

Pemanfaatan sarana prasarana penyuluhan

Dimanfaatkannya pusat informasi untuk : (a) mengakses informasi berkaitan dengan hasil hasil penelitian, (b) menyediakan database penyuluhan pertanian dan, (c) tempat melakukan kegiatan penyuluhan.

Pusat Informasi dimanfaatkan untuk : (a) mengakses informasi berkaitan dengan hasil hasil penelitian, (b) menyediakan database penyuluhan pertanian dan, (c) tempat melakukan kegiatan penyuluhan.

Dimanfaatkannya alat bantu penyuluhan untuk melakukan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan .

Alat bantu penyuluhan dimanfaatkan untuk melakukan proses pembelajaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Dimanfaatkan peralatan administrasi untuk kegiatan surat menyurat, dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Peralatan Administrasi dimanfaatkan untuk kegiatan surat menyurat, dalam rangka pelaksanaan kegiatan penyuluhan.

Dimanfaatkannya alat transportasi untuk memperlancar operasionalisasi kegiatan penyuluhan.

Alat transportasi dimanfaatkan untuk memperlancar operasionalisasi kegiatan penyuluhan.

Dimanfaatkan buku dan hasil publikasi untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian antara lain dalam penyusunan materi penyuluhan.

Buku dan Hasil Publikasi dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian antara lain dalam penyusunan materi penyuluhan.

Dimanfaatkannya mebeulair untuk menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian.

Mebeulair dimanfaatkan untuk menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dimanfaatkannya ruangan untuk melaksanakan aktivitas dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Ruangan dimanfaatkan untuk melaksanakan aktivitas dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dimanfaatkannya lahan percontohan untuk melakukan budidaya tanaman/ternak dalam penerapan teknologi baru.

Lahan percontohan dimanfaatkan untuk melakukan budidaya tanaman/ternak dalam penerapan teknologi baru.

Dimanfaatkannya rumah dinas untuk tempat tinggal pimpinan kelembagaan penyuluhan.

Rumah dinas dimanfaatkan untuk tempat tinggal pimpinan kelembagaan penyuluhan.

Dimanfaatkannya sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Sumber Air bersih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dimanfaatkannya penerangan (PLN/genset) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

Penerangan (PLN/genset) dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

 

Butir-butir instrumen dapat berbentuk pertanyaan maupun berbentuk penyataan. Biasanya butir instrumen dibuat terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok butir positif dan kelompok butir negatif. Demikian sekilas pembahasan mengenai penyusunan kisi-kisi instrumen, semoga bermanfaat.



Sumber :
PENGEMBANGAN KISI-KISI INSTRUMEN, http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mmpi5202/indeks.html,

PERMENTAN NOMOR : 51 TAHUN 2009, www.deptan.go.id/.../Permentan51_52/SK_PERMENTAN_51.pdf‎,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CARA  MENYUSUN INSTRUMEN EVALUASI PENYULUHAN

 

 

A. Pendahuluan

Mardikanto (2009) menyatakan bahwa evaluasi sebagai kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran dan penilaian terhadap sesuatu obyek berdasarkan pedoman yang telah ada. Masalahnya sekarang saat seorang penyuluh ingin melaksanakan evaluasi penyuluhan belum banyak instrumen baku yang tersedia. Maka untuk menyikapinya mau tidak mau instrumen tersebut harus dibuat sendiri dan kemudian dikembangkan sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya.

Orang bilang, menyusun instrumen evaluasi itu sulit, ya tentu saja sulit, tak ada sesuatu yang benar-benar mudah dilakukan jika kita tak pernah mau belajar melakukannya. Jadi sebenarnya hanya masalah bagaimana cara menyikapi kesulitan tersebut saja, jika mau belajar dan mencobanya tentu menyusun instrumen evaluasi bukan suatu yang terlalu sulit.

B. Pengertian Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif. Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian (evaluasi) dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.

Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia atau biasa disebut instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen yang dibuat sendiri. Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung menggunakan instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia atau belum baku maka seseorang harus dapat mengembangkan instrumen buatan sendiri untuk dibakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya.

 

 

C. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen

Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian, sebagai berikut :

  1. Lakukan pengkajian literatur sebanyak mungkin terkait dengan variabel atau masalah yang ingin diteliti
  2. Dari sekian banyak teori yang ada dalam literatur yang dibaca, tidak semuanya dipasang dalam landasan teori, tetapi dipilih teori yang mana paling sesuai untuk digunakan dalam penelitian atau evaluasi.
  3. Dari teori-teori yang diperoleh melalui kajian literatur tersebut, di dalamnya pasti menyangkut unsur atau elemen atau dimensi-dimensi yang membangun teori tersebut, misalnya tentang efektivitas ketersediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian. efektivitas ketersediaan sarana prasarana penyuluhan pertanian ini memiliki dimensi-dimensi yang membangunnya (Permentan Nomor : 51 Tahun 2009) seperti :

(a) Ketersediaan sarana penyuluhan,

(b) Ketersediaan prasarana penyuluhan, dan

(c) Pemanfaatan sarana prasarana penyuluhan.

  1. Jabarkan dimensi-dimensi tersebut ke dalam sub dimensi atau indikator-indikator (penunjuk).
  2. Setelah itu buatlah pertanyaan untuk masing-masing indikator. Ke lima langkah ini sebenarnya sama dengan langkah menyusun kisi-kisi instrumen. Nah itu dia, sebelum menyusun instrumen jangan lupa, agar pekerjaan membuat instrumen lebih terarah dan terukur, buatlah dulu kisi-kisi (rancangan) instrumennya.
  3. Selanjutnya lakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap tes atau kuesioner yang sudah dibuat pada point 5. Validitas adalah kemampuan alat ukur (instrumen) untuk mengukur apa yang hendak diukur dalam hal ini efektivitas metode siaran radio, sedangkan reliabilitas adalah keajegan, ketetapan, alat ukur bila digunakan untuk mengukur hal yang sama pada kondisi atau tempat yang berbeda.

Dari point 6, akan diketahui mana soal yang baik dan tidak baik, soal-soal yang baik inilah yang akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian/evaluasi yang akan dilakukan. Bagaimana contoh aplikasi dari apa yang telah dibahas dalam tulisan ini silahkan Pelajari "CONTOH PENYUSUNAN KISI-KISI INSTRUMEN EVALUASI"

Sumber :

PENGEMBANGAN KISI-KISI INSTRUMEN, http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mmpi5202/indeks.html

CARA MUDAH MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN, http://forumpenelitian.blogspot.com/2009/10/cara-mudah-menyusun-instrumen.html

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar